28 Desember 2009

Kesalahan Mendidik Anak

 


Jadual kerja yang padat, dan problema sehari-hari, seringkali membuat orangtua sulit bertemu anaknya. Tak jarang, anak-anak ditinggal bersama pengasuh atau dititipkan ke kakek-neneknya. Ketika hal ini terjadi, tak ada yang bisa memastikan anak akan mendapatkan pelajaran mengenai moral, atau nilai-nilai yang menjadi pegangannya dalam hidup bermasyarakat. Anda mungkin tak menyadari, namun ada hal-hal yang seringkali lalai kita ajarkan pada anak:

1. Memanjakan anak

Bukan rahasia lagi, para orangtua mencintai anak-anaknya dan ingin mereka mendapatkan segala yang tak mereka miliki di masa kecilnya. Namun, ada harga yang harus dibayar untuk perlakuan seperti ini. Tak sedikit orangtua yang bermaksud baik untuk anak-anaknya malah berujung memanjakan anak-anaknya ke tingkat sampai si kecil tidak bahagia dengan apa yang ia miliki. Ini akan menghasilkan anak yang tak pernah puas, dan selalu meminta lebih. Padahal, umumnya, si kecil bukannya ingin punya selemari mainan, tetapi waktu untuk bersama orangtuanya. Jika orangtua terus memanjakan anaknya, bagaimana mereka akan belajar menerima kekecewaan dalam hidup di masa depan? Atau bagaimana mereka akan belajar bersyukur atas apa pun?

2. Kekurangan disiplin

Ketika Anda terlalu malas untuk mendisiplinkan anak, Anda menciptakan “monster cilik” untuk mengganggu kerabat, guru, orangtua teman-temannya, dan siapa pun yang kenal dengannya. Adalah hal yang tak benar jika membiarkan si kecil menggunakan perabot rumah sebagai tempatnya bereksperimen. Berlompatan, berlarian, merusak barang, membuat keadaan rumah seperti kapal pecah, atau membongkar barang seenaknya. Mereka seharusnya bisa bertingkah sopan dan tenang, baik di dalam maupun di luar rumah. Anda tak mau, kan, anak Anda menciptakan kekacauan di rumah temannya? Jika bukan Anda yang mendisiplinkan si kecil, orang lain mungkin akan melakukannya, dan Anda tak akan suka hal ini.

3. Tidak mengajarkan tanggung jawab yang cukup kepada si kecil

Anak-anak seharusnya tidak menunggu imbalan ketika mereka harus melakukan pekerjaan di rumah. Tempat tinggal mereka adalah rumah, bukan hotel. Mereka seharusnya menyadari bahwa itu adalah tempat tinggal bersama, dan ada tanggung jawab untuk menjaganya tetap bersih dan nyaman. Jika mereka tumbuh tanpa tanggung jawab yang cukup, bagaimana mereka bisa bertanggung jawab ketika mereka bekerja nanti? Atau bagaimana mereka bisa menyelesaikan kuliah yang butuh kemandirian, dan mempertanggungjawabkan uang orangtuanya?

4. Bukan pasangan terbaik

Seperti kita ketahui, anak mencontoh orang dewasa di dekatnya dengan sangat baik. Bagaimana Anda dan pasangan bertingkah di depan si kecil adalah hal yang penting. Tanpa kita sadari, perilaku dan tingkah kita terhadap pasangan akan dicontoh anak dalam memperlakukan pasangannya di masa mendatang. Bagaimana Anda memanggil, berteriak ketika bertengkar, atau membelai lembut, akan menjadi pembelajaran mereka. Anak belajar lebih banyak lewat pandangan mereka ketimbang lewat pendengaran. Jika Anda memperlakukan pasangan Anda dengan cinta dan hormat, ini juga akan menunjukkan kepada anak-anak Anda nilai sebuah keluarga. Hal ini akan membantu mereka merasa bahwa keluarga merupakan tempat bernaung dan nyaman, di luar dunia yang terlihat gelap dan menyeramkan.

5. Ekspektasi berlebihan

Ketika berjanji kepada anak-anak, Anda harus menge-set ekspektasi yang masuk akal, terutama ketika berhadapan dengan yang masih amat kecil. Jangan berharap berlebihan kepada si kecil. Misalnya, agar si kecil bisa duduk diam ketika Anda pergi ke restoran. Jangan juga mengharap anak laki-laki Anda ikut tim basket, padahal ia lebih senang ikut marching band. Akan lebih baik jika Anda mampu mengenali kelebihan anak, dan membimbing mereka untuk mengekspresikan dirinya dalam bidang tersebut.

6. Terbiasa dilayani

Jangan biarkan anak tumbuh menjadi anak yang cengeng. Anak-anak jaman sekarang terbiasa dibantu dan dilayani dalam segala hal. Dari membersihkan kamar hingga memasang plester. Karena terlalu sering dilayani, anak-anak sekarang menjadi kurang ajar. Mengajarkan mereka untuk bertahan melewati masa susah, atau sakit, akan membuat mereka lebih kuat. Ajarkan mereka untuk mengerjakan segala sesuatunya sendiri tanpa bantuan si Mbak. Hal ini bukan berarti Anda tidak mencintainya. Justru karena mencintainya, Anda ingin mereka bisa mandiri.

7. Memaksakan tren kepada anak-anak

Biarkan anak-anak menjadi anak-anak. Orangtua seharusnya tidak mendorong tren kepada anak-anak. Karena Anda tidak berhasil menjadi juara lomba kecantikan di masa kecil, bukan berarti Anda bisa membuat si kecil mengikuti dan memenangi kontes-kontes seperti itu. Mengajarkan anak soal gairah dan tujuan memang baik, tetapi biarkan mereka tumbuh menjadi apa yang mereka mau. Si kecil sudah cukup merasakan kesulitan untuk tumbuh besar di lingkungan yang penuh tekanan, jadi jangan paksa mereka menjadi seseorang yang Anda impikan terjadi pada Anda dulu.

8. Pembangkang

Ini termasuk hal yang sulit dilakukan. Jika Anda mengultimatum si kecil dengan hukuman jika melakukan kenakalan, lakukan jika ia melakukan kenakalan tersebut. Meski berat, namun hal ini penting untuk menunjukkan kepada si kecil bahwa Anda serius dengan perkataan Anda. Jika tidak, omongan Anda hanya akan dianggap sebagai angin lalu. Ujung-ujungnya, anak-anak tak akan menaruh kepercayaan lagi pada orangtuanya.



2 komentar:
Tulis komentar
  1. mumtaz...apalagi buat yang sudah punya anak syukron ustazd,,,
    sekali-kali nulis tentang urgensi pernikahan dini untuk meminimalisir pacaran tanpa batas..

    BalasHapus
  2. Mas Tamim, usulan yg bagus, terima kasih. Pernikahan Dini is Pernikahan Diniyyun, ahakadza...?

    BalasHapus