30 Juli 2010

Mangkuk Cantik, Madu dan Sehelai Rambut

 


Suatu hari, Rasulullah saw beserta beberapa sahabatnya, Abu Bakar ra., Umar ra., dan Utsman ra. bertamu ke rumah Ali bin Abu Thalib ra. Di rumah Ali, isterinya Siti Fatimah yang juga putri Nabi menghidangkan kepada para tamu spesial ini madu yang diletakkan di dalam sebuah mangkuk yang cantik. Ketika semangkuk madu itu dihidangkan, ada sehelai rambut turut serta nyangkut di dalam madu.

Semua tamu, termasuk Nabi Muhammad saw mengetahui adanya sehelai rambut yang ikut di sajian tersebut. Biasanya, jika kita disodori makanan lalu ada rambut yang nyangkut, sering sekali kita berkomentar miring kepada si empunya rumah, tapi tidak bagi Rasulullah saw. Beliau justru membuat sebuah metafora yang mengalihkan perhatian para tamu yang lain. Inilah kecerdasan Rasulullah saw.

Nabi Muhammad saw meminta para sahabatnya itu membuat suatu perbandingan terhadap ketiga benda yang kini ada di hadapannya; semangkuk cantik, madu dan sehelai rambut.

Abu Bakar berkata, "Iman lebih cantik dari mangkuk cantik ini. Orang yang beriman lebih manis dari madu. Dan, mempertahankan iman lebih susah dari meniti sehelai rambut".

Umar berkata, "Sebuah kerajaan lebih cantik dari mangkuk cantik ini. Seorang penguasa atau raja lebih manis dari madu. Tapi, memerintah dengan adil dan bijaksana lebih sulit dari meniti sehelai rambut".

Utsman berkata, "Menurut saya, ilmu lebih cantik dari mangkuk cantik. Orang yang menuntut ilmu lebih manis dari madu. Tapi, beramal dengan ilmu yang dimilikinya, justru jauh lebih sulit dari meniti sehelai rambut".

Ali berkata, "Tamu lebih cantik dari mangkuk cantik ini. Menjamu tamu itu lebih manis dari madu. Dan, membuat tamu senang sampai kembali pulang ke rumahnya adalah lebih sulit dari meniti sehelai rambut".

Siti Fatimah berkata, "Seorang wanita lebih cantik dari sekedar mangkuk cantik ini. Wanita yang berjilbab dan menutup auratnya, tentu lebih manis dari madu. Akan tetapi, untuk mendapatkan wanita yang tak pernah dilihat oleh orang lain kecuali muhrimnya adalah lebih sulit dari meniti sehelai rambut".

Rasulullah saw bersabda, "Seseorang yang mendapatkan taufiq dan hidayah untuk beramal adalah lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini. Beramal dengan amal yang baik itu, jelas lebih manis daripada madu. Namun, beramal dengan ikhlas adalah lebih sulit dari meniti sehelai rambut".

Jibril pun tak mau kalah. Malaikat penyampai wahyu itu berkata, "Menegakkan pilar-pilar agama lebih cantik dari sebuah mangkuk cantik. Menyerahkan diri, harta dan waktu untuk usaha agama lebih manis dari madu. Tapi, mempertahankan usaha agama secara istiqomah sampai akhir hayat adalah lebih sulit dari meniti madu".

Terakhir, Allah swt berfirman, "Surga-Ku lebih cantik dari mangkuk cantik itu. Nikmat surga-Ku lebih manis dari madu, dan jalan menuju surga adalah lebih sulit dari meniti sehelai rambut".

Indahnya metafora mereka yang dari ketiga benda itu melahirkan hikmah dan pelajaran yang demikian berharga. "Metafora mereka yang sarat pelajaran dan makna itu lebih indah dari mangkuk cantik tersebut. Mereka yang menyampaikan metafora tersebut jauh lebih manis dari madu. Tapi, memahami, menghayati, dan mengamalkan kandungan metafora mereka adalah jauh lebih sulit daripada meniti sehelai rambut".

Tidak ada komentar:
Tulis komentar