17 April 2011

Cayya, Cayya, Boooom!!

 

Briptu Norman Kamalu, namanya langsung tenar berkat goyang India ala Syakhru Khan yang divideokan lalu ter-upload di jaringan internet. Awalnya, video goyang polisi di situs Youtube itu sempat menjadi kontroversi; pantaskah seorang polisi berjoget, apalagi dengan mengenakan seragam lengkap? Dalam keadaan tugas negara, bolehkah hal itu dilakukan?

Ternyata, pertanyaan-pertanyaan kontroversial di tengah masyarakat dan media massa itu, akhirnya terjawab. Briptu Norman ber-cayya-cayya tidak dalam waktu tugas, tapi saat istirahat. Polisi juga manusia. Sebagai makhluk berbudaya, sah-sah saja polisi berkreasi dan itu bagian dari seni. Terlebih lagi, instansi kepolisian yang selama ini dikenal garang dan menjauh dari masyarakat, perlu diubah citranya. Oleh sebab itu, keberadaan Briptu Norman dengan skill menyanyi yang dimiliki dan diapresiasi oleh masyarakat maupun media, merupakan berkah bagi kepolisian untuk kembali bisa berinteraksi dengan masyarakat.

Istilahnya, polisitainment atau normantainment. Yakni, sebuah hiburan dari polisi untuk masyarakat. Dengan fenomena ini, diharapkan slogan polisi sebagai pengayom, pelindung dan mitra masyarakat, dapat terwujud. Intinya, Briptu Norman dinilai efektif menjadi media polisi untuk bergumul, bergaul dan bermasyarakat agar sekat-sekat formalitas dan hal-hal yang terkait dengan aturan-aturan ketat, menjadi cair.

Di sisi lain, melejitnya nasib Norman hingga merambah ke panggung hiburan, bagaikan menutup luka-luka lama. Atau, lebih jelasnya, bisa melupakan kasus-kasus besar yang selama ini membelit di tubuh kepolisian dan mencoreng citranya. Cayya-cayya ala Norman mampu mengalihkan opini dan ingatan masyarakat tentang kasus-kasus besar semisal tentang Susno Djuaji yang menyanyi dan "mencakot" para pimpinan polisi yang nakal, tentang kasus Gayus yang mengarah pada indikasi suap di antara anggota polisi, dan banyak lagi

Karena itu, sekali lagi, Norman dinilai sebagai aset yang perlu dihargai dan diapresiasi. Hanya saja, ada satu hal yang cukup menggelikan; mengapa seorang Norman yang hanya bergoyang cayya-cayya sedemikian dielu-elukan atau bahkan didewa-dewakan oleh masyarakat dan juga media? Apakah sebegitu unik dan langkanya polisi bergoyang sampai-sampai pujian, sanjungan dan publikasinya terus-menerus diekspos?

Yang tidak habis pikir, mengapa masyarakat Indonesia begitu terpukau habis-habisan? Hampir semua acara entertainment di stasiun tv swasta menghadirkan Norman untuk unjuk kebolehan bernyanyi dan bergoyang. Pagi, siang, sore hingga tengah malam, para kuli berita seakan juga menikmati goyang sayya-sayya.Lebih dari itu, yayasan yang selama ini bergerak di bidang pendidikan, semisal Universitas Bung Karno, juga tidak mau ketinggalan "menghargai" Norman dengan memberinya beasiswa dan juga motor. Apa tidak ada lagi di negeri ini yang melebihi Norman? Atau dengan kata lain, para mahasiswa yang berprestasi di bidang keilmuan dan guru-guru yang telah susah payah mengajar anak didiknya, juga pernah diapresiasi seperti Norman yang "hanya" bergoyang sudah dapat beasiswa!

Benar-benar negara yang aneh dan pola pikir yang menggelikan. Tidak salah, bila para ulama salaf berkata, "Kholif Tu'rof". Artinya, "Nyelenehlah, maka kamu akan tenar!". Dan, polisi bergoyang sungguh hal yang nyeleneh, unik, antik sehingga mampu terkenal dan berubah menjadi selebritis.

Dari sini, masyarakat seperti belajar bila ingin cepat melejit, satu-satunya cara harus bikin yang aneh-aneh. Bila diapresiasi positif, syukur. Bila ternyata dihujat, juga tidak apa-apa. Hitung-hitung berspekulasi dan berjudi. Tampaknya, ke depan, masyarakat kita masih akan dimanjakan pertunjukan unik yang layak jual dan menghibur. Boleh jadi, akan muncul menteri bertinju, artis berdakwah, mahasiswa mengemis, guru jadi pesulap, anggota DPR nonton film porno, wartawan merangkap paranormal, dan alih profesi aneh lainnya.

Yang jelas, di tengah terpaan masalah dan bencana yang melanda negeri ini secara bertubi-tubi, masyarakat masih bisa tersenyum sambil ber-cayya-cayya hingga tanpa diduga-duga, terdengar.......booooom!! Masjid al-Dzikra di kompleks Polresta Cirebon meledak karena ulah orang yang bunuh diri. Puluhan anggota polisi menjadi korban. Belum sempat aparat kepolisian berlama-lama menikmati canda dan goyang cayya-cayya, kembali ratapan air mata membasahi para abdi negara.

Semoga kepolisian tetap diberi keteguhan, kesabaran dan sikap berbesar hati untuk terus menjadi pengayom dan pelindung masyakarat. Tanpa digoyang pun, masyarakat akan terus mendukung polisi selama aparat negara bertindak adil, bijak, berpihak pada rakyat dan selalu ada di tengah-tengah masyarakat.

Tidak ada komentar:
Tulis komentar