17 Mei 2011

Takmir Mall

 

"Dibutuhkan Takmir Musalla Mall, Supermarket, Pasar dan Mushalla Perkantoran. Syarat: Muslim, diutamakan alumni pesantren dan paham fiqih thaharah".

Iklan di atas, sejatinya belum pernah ada, baik di media cetak maupun elektronik. Padahal mestinya, mushalla yang dikelola Pasar dan pengembang beberapa mall atau supermarket, memerlukan petugas khusus yang bertanggung jawab terhadap kebersihan dan kesucian mushalla. Bahkan, di beberapa perkantoran milik pemerintah atau swasta, juga perlu takmir. Bukan itu saja, restoran, hotel, terminal, stasiun, lokasi wisata, perlu petugas mushalla yang akrab disebut "Takmir Mushalla".

Memang, lokasi perbelanjaan semisal Mall, Pasar Besar, Terminal, dan sebagainya itu bukanlah masjid yang khusus untuk shalat bagi umat Islam. Namun, keberadaan mushalla juga urgen di tengah aktivitas sehari-hari yang tidak memungkinkan bagi umat Islam untuk menutup tokonya atau menghentikan aktivitasnya lalu pergi ke masjid sehingga mereka berlabuh ke mushalla untuk menunaikan shalat.

Begitu pentingnya posisi mushalla di tempat-tempat kerja, maka yang tidak kalah pentingnya adalah keberadaan pengelola atau takmir mushalla itu sendiri. Biasanya, pengelola mushalla yang ada adalah orang yang sekaligus bertugas menjaga toilet dekat mushalla. Tugas utamanya hanya sekedar menjaga kotak uang bagi pengunjung yang habis buang air kecil. Sementara itu, kemampuannya di bidang fiqih thaharah masih perlu dipertanyakan.

Bersih belum tentu suci. Statemen ini penting diketahui. Karenanya, petugas kebersihan saja tidak cukup untuk mengelola toilet sekaligus mushalla, apalagi jika tugasnya masih ditambah mengumpulkan uang toilet! Tanggung jawab itu tidak akan maksimal bila ditangani oleh seorang cleaning servis sehingga, sekali lagi, diperlukan takmir mushalla.

Tugas takmir mushalla, antara lain: menjaga kesucian tempat sholat dan perangkat ibadah seperti mukenah, sajadah, karpet dan perangkat shalat, melestarikan kebersihan dan kenyamanan beribadah, bila perlu mushalla-mushalla di mall atau pasar besar dilengkapi sound system yang suaranya bisa diakses oleh seluruh pengunjung gedung sehingga ketika saat adzan tiba, sang takmir melantunkan adzan dan iqamah. Takmir mushalla juga harus mampu menguasai fiqih thaharah, bisa melantunkan ayat suci al-Quran dengan baik dan benar, berani menjadi imam, jujur, amanah dan bertanggung jawab atas tugas-tugasnya.

Selain kebutuhan di atas, alasan utama mengapa diperlukan takmir mall adalah kondisi mushalla yang memprihatinkan. Jika mau jujur, mushalla yang ada di mall, pasar atau perkantoran, sangat menyedihkan. Sudah lokasinya berada di lantai paling dasar, biasanya dekat parkiran atau kantin karyawan, juga bersebelahan dengan toilet yang kadang baunya menyengat dan kesuciannya meragukan. Akhirnya, mushalla pun seperti tak bertuan. Kadar kesucian lantai yang terhubung dari toilet ke mushalla, sekali lagi akan menimbulkan was-was bagi hendak beribadah.

Mushalla mall atau pasar juga sepi pengunjung. Ia bagaikan etalase toko yang tidak menarik minat umat Islam untuk shalat. Seandainya, mushalla mall dikelola secara benar menurut tuntunan fiqih dan berperan aktif menghimbau para pengunjung untuk shalat tepat waktu, maka sedikit banyak mushalla akan tampak hidup dan ruh keagamaan akan mewarnai dunia bisnis.

Memang, kewajiban menunaikan shalat adalah bersifat personal. Namun demikian, menghimbau orang lain untuk berbuat kebaikan dan menyadarkan bahwa shalat bukan sekedar kewajiban tapi juga kebutuhan, adalah hal positif.

Nilai lebih lainnya, posisi takmir di mushalla mall, pasar atau perkantoran juga akan membuka peluang "tenaga kerja" yang seluas-luasnya bagi para sarjana agama dan alumnus pesantren. Mereka yang berilmu tinggi di bidang agama akan sangat berguna bila diberdayakan. Mereka adalah aset yang sedari awal telah dikader untuk melestarikan kehidupan beragama yang baik dan benar bagi umat.

Terakhir, nasib dan posisi mushalla di pertokoan maupun di perkantoran, perlu diperjuangkan. Salah satunya, harus diperkokoh dengan adanya takmir atau orang yang berjuang untuk menghidupkan shalat, menjaga kesucian dan meramaikan aktivitas ibadah. Dengan demikian, akan ada keseimbangan antara dunia bisnis dan ibadah.

Tidak ada komentar:
Tulis komentar