20 Juli 2009

Perjalananku Semalam

 



Pagi ini, saya akan bercerita tentang perjalananku semalam. Sekitar jam 21.00, aku dijemput SN-2009, SuperNur -sejenis piring terbang tanpa awak- mengantarku keliling dunia. Aku sempat mampir di Jakarta, tepatnya di daerah Kuningan, Jaksel untuk melihat serpihan kaca akibat bom di JW Marriot dan Ritz Carlton. Lebih dari itu, sekilas aku melihat beberapa orang berteriak Allahu Akbar selepas sholat jenazah.

Rupanya mereka teman-teman si bomber yang bunuh diri itu. Setelah itu, aku terpaksa mampir ke Istana Negara menemui presiden SBY. Dalam diskusi empat mata, saya katakan kepada beliau agar tabah, sabar tapi tetap waspada. Teroris adalah musuh bersama yang harus dibasmi dari muka bumi. Beliau pun mengangguk senang dengan ucapan saya tadi.

Dari Jakarta, saya terus menuju Malaysia untuk bertemu Wayne Roonie dkk. Sir Alex Ferguson, manajer Mancester United tak bisa menyembunyikan kekecewaan karena batal tampil di Istora Senayan Jakarta. Bersama Pak Agum Gumelar, saya pun memahami sikap itu. Mumpung di negeri jiran, saya luangkan waktu bertemu Pangeran Fakhri, suami Manohara. Kepadanya saya beritakan bahwa Mano saat ini sedang di Solo menerima anugerah sebagai Putri Kerajaan, bahkan sinetronnya akan segera tayang di televisi. Fakhri hanya terdiam mendengar kabar itu.

Dari Malaysia, saya meneruskan perjalanan menuju Saudi Arabia. Banyak lokasi yang saya kunjungi di negeri bersejarah itu. Setelah tawaf dan solat sunnah di Masjidil-Haram, saya dijamu Raja Abdulloh di istana mewahnya. Senang sekali saya bisa bertatap muka dengan Sudais Abdurahman, imam Masjidil-Haram, Habib Abdullah putra Syekh Maliki, Habib Umar Al-Hafidz dari Yaman yang kebetulan sedang umrah, Rektor King Saud University, dan beberapa tokoh yang lain. Dalam sambutan, saya hanya berucap terima kasih dan memohon agar selalu didoakan. Mereka serempak mengamini.

Setelah itu, saya segera menuju kota Madinah untuk berziarah kepada Sang Kekasih, Nabi Muhammad saw. Melalui pintu Babus-Salam, saya menuju Raudah untuk sholat tepat didalam Mihrab Nabi, lalu segera menuju makam Nabi yang berbelahan dengan Abu Bakar dan Umar bin Khottob.

Dari Masjid Nabawi, saya berzirah ke Baqi', Gunung Uhud, Masjid Quba, Masjid Khomtsah di Khondaq dan Masjid Qiblatan. Selesai dari kota Nabi, saya terus berangkat ke jalur Gaza di Palestina. Masih tampak bercak-bercak darah manusia akibat bentrok berkepanjangan antara Israel dan Palestina. Hanya 2 menit saya berada di sana sekedar bersalaman dengan pimpinan Hammas dan Fatah. Kemudian, saya langsung ke Vatikan, Italia sekedar untuk berpesan kepada para uskup bahwa Islam adalah agama cinta damai dan semua umat beragama harus saling menghormati. Lalu, saya menuju ke India dan Pakistan. Di sana, saya telah ditunggu para ulama muslim dan tokoh agama dari Hindu. Beruntung dalam pertemuan tadi malam, semua pihak sepakat untuk mengakhiri konflik yang selalu mengatasnamakan agama.

Tak lama setelah melihat tarian khas India, saya segera berpamitan menuju China. Negara ini harus saya kunjungi sebab Nabi pernah berpesan: Carilah ilmu walau ke negeri Cina. Di sebuah lapangan, saya sempat melihat latihan militer antara pasukan Rusia dan China. Dari negeri tirai bambu, saya ke Jepang, lalu ke negeri adidaya, Amerika Serikat. Usai makan malam bersama Barack Obama di White House, saya langsung di ajak ke makam Michael Jackson bersama Bill Gates, Hillary Clinton, M.Syamsi Ali, Mike Tyson dan beberapa senator. Hingga tadi malam, para fans Jacko masih ada yang berkumpul di area pemakaman.
Dari USA, saya langsung melesat menuju Bulan. Di satelit bumi itu, saya ingin memastikan apakah jejak kaki Neil Amstrong masih ada? Sebab, kebenaran kapal antariksa USA di masa Presiden Ronald Reegan itu kini diperdebatkan lagi. Dari Bulan, saya menuju planet Mars untuk menyaksikan mega-proyek USA seputar fasilitas Tour to Mars. Di angkasa raya, saya benar-benar menyaksikan jutaan bintang mengitari matahari yang tajri li mustaqarrin laha, berputar pada porosnya.

Subhanallah! begitu indah jagad raya ini. Dari atas sana, manusia-manusia sombong tampak kerdil, lebih kecil dari seekor semut (naml). Lantunan doa terdengar bersautan menembus langit. Sebelum fajar merah merona di ufuk sebelah timur, saya telah kembali di kota Malang, tepat di depan rumahku. Tak satupun yang tahu perjalananku ini hingga aku menulisnya di situs ini. Demikian perjalananku yang fantastik dan super cepat. Hanya semalam saja!

Mungkin, pembaca akan menyebut saya gila, pembohong, tukang nglantur, hanya mimpi atau mungkin juga ada yang percaya. Tapi yang jelas, penuturan Nabi tentang kabar Isra-Miraj di hadapan para tokoh dan masyarakat Quraisy 14 abad yang lalu lebih dahsyat dari cerita saya tadi. Isra-Miraj membongkar nalar logika manusia di era unta yang jauh tertinggal dari zaman internet saat ini. Isra-Miraj benar-benar cobaan bagi mereka yang baru beriman kepada Nabi. Ucapan Abu Bakar yang menyatakan: "Jika Muhammad yang bercerita Isra-Miraj, saya percaya" adalah sebuah pengakuan jujur (shiddiq) bahwa memahami Isra-Miraj harus dengan pendekatan iman, tidak cukup hanya dengan logika manusia, apalagi eksperimen ilmiah yang hanya sebatas pada data dan fakta.

Jika perjalanan saya ini dirilis dan disebarluaskan lagi melalui berbagi media cetak maupun elektronik, saya yakin sedikit banyak akan menggemparkan dunia. Maka, bandingkan dengan kabar Isra-Miraj yang diwartakan Nabi di pagi hari dan dirilis al-Quran dalam surah al-Isra ayat 1, lalu diperingati setiap tahun, jelas perjalanan itu hingga kini tak tertandingi, baik secara substantif, demonstratif, publikatif maupun implikatifnya.

Isra-Miraj selain untuk menampakkan sebagian kebesaran Allah, ia adalah cobaan bagi semua manusia apakah keimanan masih tetap tertanam di dada setelah mendengar kabar itu. Ia adalah refleksi puncak penyerahan diri seorang hamba kepada Sang Pencipta.

Tidak ada komentar:
Tulis komentar