19 Agustus 2011

Babak Akhir Ramadan

 


Memasuki sepertiga terakhir bulan Ramadan, mestinya, umat Islam yang sudah terbiasa berpuasa menahan nafsu untuk tidak makan, tidak minum dan juga tidak berhubungan seksual di siang, makin menunjukkan tingkat kedewasaan yang tinggi. Indikasinya, ia makin gencar melakukan berbagai ritual ibadah untuk meningkatkan nilai taqwa.

Mestinya, setelah melewati malam Nuzulul Qur'an yang sangat sakral dan mengajak umat untuk lebih getol belajar al-Quran, membaca, memahami dan berusaha mengamalkan isinya, maka ia akan semakin bersemangat lagi untuk menjadi "manusia qur'ani" yang haus terhadap ilmu dan tenggelam dalam lautan kebesaran Allah swt.

Mestinya, setelah mendengar berbagai nasihat dan tawsiyah yang disampaikan selama Ramadan, baik pagi hingga malam hari, ada banyak faidah yang bisa dipetik oleh umat Islam sehingga memasuki hari-hari akhir Ramadan, ia makin tumbuh menjadi manusia yang bertaqwa dengan sebenar-benarnya.

Namun ternyata, kekuatan nafsu memang begitu dahsyatnya. Nafsu untuk tampil mewah di hari lebaran, nafsu mencari dan meraup keuntungan materi duniawi, dan nafsu-nafsu lain yang dibalut ambisi hewani malah kian menjadi-jadi. Demi mempersiapkan even lebaran, apapun dilakukan, tidak peduli halal maupun haram.

Inilah alasan mengapa Rasulullah saw sampai bersabda, "Raja'mun min jihadin ashghar ila jihadin akbar. Jihadun nafs", kalian baru saja melewati jihad atau perjuangan kecil dan kini menuju perjuangan besar, yakni perjuangan melawan hawa nafsu.

Sabda Nabi tersebut disampaikan usai beliau dan para sahabatnya meraih kemenangan dalam pertempuran dahsyat pada perang Badar Kubra yang kebetulan terjadi pada bulan Ramadan Tahun ke-2 Hijriyah.

Artinya, kegarangan pasukan musuh, tajam pedang dan tombak, sakitnya luka sayatan dan sabetan senjata, terjangan kuda, panasnya gurun sahara, semua itu masih kalah dahsyat dengan godaan hawa nafsu. Hal ini, bisa dilihat dalam bulan Ramadan.

Meski ada banyak janji pahala, ada Nuzulul Quran, tawsiyah, puasa, tadarrus, shalat tarawih dan witir, buka bersama, atau apapun namanya, semua belum banyak diambil hikmahnya oleh umat Islam. Madrasah ritual dan spiritual Ramadan, masih kalah dengan kekuatan pasar, kemewahan lebaran, kenikmatan mudik dan pernik-pernik Ramadan yang bersifat kebendaan.

Inilah sebuah refleksi jelang berakhirnya Ramadan agar sisa-sisa kesempatan berharga ini, bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya. Hanya orang-orang pilihan Allah saja, yang dirinya mengalami perubahan menjadi sosok bertaqwa.

Visit my web
www.taufiq.net

Tidak ada komentar:
Tulis komentar