5 November 2011

Mengingat Arafah

 


Haji itu adalah Arafah, demikian ketetapan Allah dalam al-Quran. Sehingga, dalam perspektif fiqih, seseorang yang telah berniat haji lalu pada tanggal 9 Dzul Hijjah bakda duhur ia menetap di Arafah, maka ia sudah berhaji meski semua rukun, wajib dan sunnah haji belum tuntas ia lakukan.

Apakah cukup menetap atau berada di sana saja, meski diam dan tidak melakukan aktifitas apapun? Ya, cukup berada di Arafah sudah dikategorikan berhaji dalam pandangan fiqih Islam.

Tentu saja, bagi orang haji yang berada di padang Arafah akan merasakan lebih bermakna dari sekedar acara champing. Di tempat itu, jutaan manusia berpakaian sama putih, berniat sama bersih, semua berkumpul, menyatukan hati dan pikiran untuk mengingat Allah, mengagungkan asma-Nya, memohon ampunan dan karunia-Nya.

Peluh keringat bercampur tetes air mata bertumpah ruah saat menundukkan jiwa dan raga demi Allah. Yang terucap hanya Allah, yang terlintas hanya Allah, yang tertuju cuma Allah, yang satu yang wujud hanya Allah. Inilah wuquf, menetapkan hati, pikiran, pikiran, jiwa, raga, sukma, nafas, semuanya berpusat pada Yang Ahad, Huw Allah.

Ketika semua itu menyatu dan memancar dari padang Arafah, maka bentangan langit yang luas pun akan terbuka lebar. Malaikat berebut berturunan, pintu-pintu surga terbuka lebar, dan yang puncaknya adalah Allah bertajalli, memberi ampunan sebanyak-banyak kepada hamba-hamba yang memohon dan dimohonkan maghfirah.

"Inilah hari bagi siapapun yang memiliki pendengaran dan penglihatan, dosanya diampuni", sabda Nabi. Beliaupun menegaskan, "Sebaik-baik doa adalah doa di hari Arafah dan sebaik-baik ucapan yang aku dan para Nabi sebelumku ucapkan adalah Laa ilaha illa Allah wahdahu laa syarika lahu".

Akhirnya, Allah pun berseru: "Wahai Malaikat-Ku! Tak melihatkah kalian terhadap hamba-hamba-Ku. Mereka datang dengan rambut lusuh dan pakaian kumuh dari penjuru tempat yang jauh, dari lembah yang dalam, mereka berharap rahmat dan ampunan-Ku. Seandainya dosa-dosa mereka sebanyak butir pasir atau tetasan hujan atau riak gelombang lautan, pasti Aku mengampuninya. Wahai Hamba-hamba-Ku! Kini pulanglah kalian sebab kalian telah diampunii dan juga orang-orang yang kalian mintakan ampunan" (Hadis)

Allah benar-benar ber-tajalli. Dia sungguh hadir dan bisa dirasakan bagi siapa saja yang melihat dan meyakini-Nya dekat dan bahkan merasa selalu bersama-Nya. Dia tampak begitu murah, kaya, agung, mulia, pengampun, penyayang, dan begitu cinta terhadap hamba-hamba-Nya.

Mengingat kemuliaan Arafah, mengenang hamparan padangnya yang luas membentang, memikirkan segala keutamaan yang mengalir deras di sana, siapapun takkan kuasa menahan rindu untuk bisa hadir di sana.

Semoga Allah mengabulkan segala doa dan permohonan para hujjaj dan haji mereka semua dimabrurkan Allah. Dan, semoga segala yang Allah limpahkan di Arafah, juga dilimpahkan ke bumi kita, Indonesia.

Tidak ada komentar:
Tulis komentar