4 Januari 2012

Hah, Ada Syiah Di Madura!

 


Benar-benar mengejutkan, aksi pembakaran pesantren syiah di Sampang, Madura yang lalu menjadi berita nasional. Berbagai media mengeksposnya sehingga peristiwa itu menarik simpati, kecaman, keprihatinan, kutukan, penyesalan dan sebagainya.

Sebenarnya, yang lebih mengejutkan, bukan aksi pembakaran atau kekerasan itu. Akan tetapi yang paling mengejutkan adalah mengapa ada syiah di Madura? Padahal, sejak dahulu kala, agama yang dianut orang di Madura adalah Islam dan Islam yang dipilih adalah Islam Ahlussunnah Wal Jamaah. Inilah ajaran Islam warisan para kiai, ulama dan auliya' dalam pandangan orang Madura yang diwarisi sejak dulu. Tidak ada yang lain.

Sedangkan Islam Ahlussunnah yang dimaksud orang Madura, terutama sejak era Indonesia adalah Islam ala NU (Nahdlatul Ulama) yang mereka anggap sebagai ormas Islam satu-satunya yang sejak dahulu berpegang pada akidah Islam yang benar sebagaimana pesan Rasulullah saw. Para kiai dan pengasuh pesantren di Madura adalah kiai NU dan berakidah Ahlussunnah Wal Jamaah. Inilah Islam di Madura.

Oleh sebab itu, posisi kiai di Madura begitu urgen. Mereka sangat dimuliakan karena para kiai atau ulama adalah pewaris para nabi. Orang Madura lebih takut dan hormat kepada kiai daripada pemerintah sekalipun. Kiai yang dimaksud adalah kiai sunni, kiai yang benar-benar teguh berpegang pada akidah Islam Ahlussunnah Wal Jamaah, beraklaqul karimah dan benar-benar mengayomi umat.

Secara singkat, bisa dikatakan bahwa Islam di Madura sejak dulu adalah Islam Sunni. Karena itu, wajar jika orang Madura sangat alergi dengan berbagai aliran lainnya. Bahkan, dengan ormas Islam selain NU pun, mereka tidak begitu antusias. Hanya Islam Sunni dan NU saja yang ada di mata muslim Madura dan ini adalah pilihan mereka yang teguh dan harus dihormati. Dengan kata lain, "Jangan sebarkan paham lain di depan orang Madura. Titik!!".

Ada sebuah humor ala Madura terkait hubungan NU dan Muhammadiyah yang dahulu selalu tidak akur. Katanya, agama di Madura hanya ada dua saja. Apa itu? Jawabnya, "Yang pertama, Islam. Yang kedua, Muhammadiyah". Heheee....

Meski ini hanya sebuah humor, tapi maknanya cukup mendalam, bahwa sikap fanatik orang Madura dalam beragama, terutama terhadap Islam Aswaja dan NU adalah sangat kuat, teguh, kokoh dan tidak mudah terpengaruh. Jangankan beda ormas, beda partai saja di mata orang Madura sudah dianggap "orang lain".

Karena begitu mengakarnya Islam Sunni dan ormas Islam NU di Madura, maka yang harus disadari dan diketahui bagi semua orang adalah bahwa orang Madura tidak mengenal istilah plin-plan, berubah-ubah atau nyeleneh atasnama leberalisasi pemikiran dan kebebasan berkeyakinan. Filosofis inilah yang justru sering tidak dimengerti, dianggap kolot dan orang Madura dinilai tidak terbuka terhadap perbedaan. Padahal, justru inilah sebuah watak, sebuah keyakinan dan kekuatan "iman" yang harus pula dihormati.

Dengan kata lain, jika ada paham berbeda, aliran nyeleneh, sekte di luar kebiasaan atau apa saja yang terkait agama tapi lain dengan Islam Ahlussunnah Wal Jamaah, maka jangan salahkan orang Madura, jika paham, aliran atau sekte itu disebut sesat atau bahkan kufur.

Dalam menjaga kemurnian agama yang diyakini dan akan diwariskan kepada generasi mendatang, maka orang Madura akan membela mati-matian. Mereka bahkan siap berpisah dengan orang tua, anak-anak dan sanak saudara yang dianggap keluar dari garis Islam Ahlussunnah Wal Jamaah. Bagi orang Madura, hidup menderita dalam kemiskinan atau terlunta-lunta di dunia bukanlah masalah berat. Sebab, orang Madura dengan wataknya yang keras dan pengaruh letak geografisnya yang panas telah mendidik mereka hidup tabah, memiliki semangat juang dan tidak kenal menyerah.

Lain halnya dengan kondisi beda akidah, beda madzhab, beda aliran, apalagi yang menyimpang dari keyakinan Islam Ahlussunnah Wal Jamaah. Bagi orang Madura, siapa saja yang memilih jalan berbeda dan menyimpang dari Islam Sunni yang telah lama diwariskan para kiai dan ulama, maka jalan itu sangat tepat disebut "Sesat atau Kafir". Sekali lagi, inilah keyakinan orang Madura sejak dahulu hingga sekarang yang harus dihormati.

Karenanya, upaya-upaya kristenisasi di Madura sejaka dulu, selalu tidak pernah berhasil. Selain NU yang berpijak pada Aswaja, ormas-ormas lainnya di Madura, juga tidak laku. Nah, kalau sekarang muncul paham Syiah di pulau Madura, apalagi memakai nama pesantren yang lalu di mata orang Madura, kaum Syiah itu dinilai sesat, maka siapa lagi yang disalahkan kalau bukan yang menyimpang itu?

Boleh jadi, kaum Syiah di Omben Madura telah diperingatkan berkali-kali atau mereka telah memahami watak orang Madura yang fanatik terhadap Islam Ahlussunnah, tapi mereka sendiri yang pura-pura tidak mengerti dan mencari sensasi hingga berujung pada aksi pembakaran. Jadi, harap dimaklumi, bahwa inilah Madura.

Karena itu, justru seharusnya paling mengejutkan adalah mengapa Syiah atau paham-paham nyeleneh itu masuk ke Madura, padahal sedari awal diketahui bahwa orang Madura telah antipati terhadap apapun selain Islam Ahlussunnah Wal Jamaah. Bukankah jika ada Syiah masuk Madura sama saja dengan pepatah: "Ulo marani gepuk" artinya "Ular kok menghampiri pentungan". Nantang kan?

Fanatik dalam beragama, keras dan kokoh dalam memegang prinsip, siap berjihad demi menjaga tradisi keberagamaan adalah bagian dari karakteristik orang Madura. Islam Ahlussunnah Wal Jammah pilihan orang Madura. Sebab itu, jangan salahkan mereka jika ada paham baru yang masuk ke sana lalu orang Madura bertindak dengan caranya sendiri.

Saya yakin, orang Madura di Sampang itu telah melewati tahap demi tahap dalam ber-amar makruf nahi munkar. Mulai dari menasehati, memberi peringatan, mengajak dialog hingga berdebat. Jika pada akhirnya meletus aksi penganiayaan dan pembakaran, maka semua pihak harus introspeksi diri.

Bagi orang Madura, perlu terus disosialisasikan kepada mereka bahwa tindakan anarkhi adalah tidak benar di mata hukum. Main hakim sendiri di negara Indonesia adalah tindakan yang melawan hukum dan bahkan menyalahi agama, sebab agama Islam sangat tidak menyukai kekerasan atasnama apapun.

Sedangkan bagi kaum Syiah, atau mungkin paham lain yang hendak menyebar di Madura, atau paham sesat lain yang boleh jadi telah ada di Madura tapi sembunyi, maka paham-paham baru, aneh dan menyimpang dari Islam Ahlussunnah Wal Jamaah itu, supaya tahu diri bahwa pulau Madura mulai dari ujung Kamal di Bangkalan hingga Sumenep adalah tanah air warga muslim yang berakidah Ahlussunnah Wal Jamaah!!

Tidak ada komentar:
Tulis komentar