27 April 2012

Generasi Sakit

 


Di dunia industri hiburan, khususnya musik, kemunculan grup-grup ala "boy band" akhir-akhir ini, benar-benar menjadi trend di kalangan anak muda. Di samping juga, lahirnya genk-genk motor yang meresahkan masyarakat.

Tak ayal lagi, jika kemudian anak-anak muda yang kebetulan punya modal tampang agak nyentrik, mode rambut ala mandarin, meski kualitas vokalnya pas-pasan, maka bisa saja secara instant membentuk grup boy band. Asal, didukung dana dan manajemen yang solid serta strategi pemasaran yang kreatif.

Terlebih lagi, even-even perlombaan dan ajang adu kreatifitas yang tersebar di berbagai media, juga kian marak, seta didukung sponsor yang dananya tak terbatas. Ini semua turut andil mendukung lahirnya boy band baru.

Yang tak kalah penting lagi, demam boy band kini memang sedang melanda Asia, mulai dari Korea, Jepang, Malaysia hingga ke Indonesia sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia. Jelas, momentum ini tidak akan disia-siakan oleh dunia industri musik. Jutaan para penggila boy band di kalangan anak muda adalah pasar empuk yang bisa mendatang keuntungan berlipat-ganda.

Di Indonesia, untuk membakar "fanatisme" generasi muda terhadap boy band idola mereka, maka didatangkanlah grup-grup boy band dari luar negeri, terutama dari negeri gingseng, Korea, yang dinilai sebagai barometer boy band di Indonesia. Salah satunya adalah “Super Junior” yang bikin heboh!

Konser boy band yang nanti akan digelar di Jakarta itu, entah bertujuan untuk menggerakkan industri musik tanah air, untuk mengukur dan mensejajarkan talenta dalam negeri, atau untuk tujuan lainnya. Yang pasti, this is a bussines.

Dan, yang paling menggemparkan, atau tepatnya, yang paling aneh, adalah saat-saat generasi muda kita rela antri tiket hanya untuk menonton aksi panggung para boy band luar negeri. Sungguh di luar dugaan!

Perlu dipertanyakan, ada apa ini? Mengapa generasi muda Indonesia sampai rela berdesak-desakan dan antri berjam-jam, hanya untuk menonton boy band "Super Junior"? Mereka tidak peduli lagi dengan siang atau malam, harga tiketnya mahal atau dilipat gandakan, yang penting puas, bisa berjingkrak, berteriak bersama boy band idola mereka.

Benar-benar sakit!

Bisa dilihat juga, beberapa fans boy band dari generasi muda Indonesia, ada yang sampai mengenal cukup dalam seputar latar belakang idola, bila perlu hafal silsilah nasab mereka. Ada yang ngefans karena sangat terpukau dengan kualitas vokal atau gaya panggung sang artis, namun tidak sedikit juga yang cuma ikut-ikutan. Yah….karena semua teman suka boy band, maka ngak keren dong kalau ketinggalan zaman. Ngerti atau ngak, yang penting larut dalam arus trend modern.

Benar-benar sakit!

Kabarnya, demi "SuJu", para remaja kita rela bermalam demi selembar tiket. Bahkan, ada yang mengaku pusing, kejepit, kesakitan, pingsan serta penderitaan lainnya. Anehnya, mereka tetap menikmati. Kabarnya lagi, karena tiket ludes hanya dalam hituangan menit, mereka marah dan berdemo agar konser ditambah hingga akhirnya SuJu pun diputuskan akan manggung 3 kali di Indonesia. Edan!

Ada apa dengan generasi muda Indonesia? Mengapa fans boy band begitu gila dan tumbuh subur bagai jamur? Ada apa pula dengan geng-geng motor, tawuran antar pelajar dan maraknya aksi kriminalitas di kalangan muda-mudi?

Pertanyaan ini seharusnya menjadi perhatian orang tua dan juga pemerintah di negeri ini. Apakah generasi kita perlu terus-terusan diberi makan berupa hiburan musik dan joget saja? Apakah sebagai panutan bagi mereka, hanya kita suguhkan para publik figur semacam selebritis dan artis hingga mereka ngefans mati-matian?

Jika hanya hiburan, musik, joget, hidup hedonis, materialistis, contoh artis, selebritis, dan keglamoran yang terus disuguhkan kepada generasi muda, maka sebenarnya bangsa ini sedang mempersiapkan sebuah generasi yang sakit di masa depan.

Tidak ada komentar:
Tulis komentar