9 Mei 2012

Menuju PIQ Masa Depan

 


Hasil diskusi tiada henti antara para gus dan sesepuh alumni yang kemudian dilanjutkan dalam Lokakarya Alumni, dan terakhir, hasilnya dipresentasikan dalam acara Reuni Akbar & Haflah PIQ ke-34, Ahad 5 Mei 2012 lalu, merupakan titik bersejarah dalam menggagas dan merintis The New PIQ di masa depan.

Laksana bola salju yang terus menggelinding, wacana itu kini akan terus diperbincangkan dan tentunya harus selalu ditindaklanjuti dengan langkah-langkah riil. Perlunya, agar mimpi itu tidak berhenti hanya sekedar wacana belaka sehingga bak mimpi basah yang tak menghasilkan apapun kecuali bercak.

Oleh karenanya, segala sumbangan baik berupa pemikiran, opini, produk maupun dana penunjang harus terus ditebar, disosialisasikan, diusahakan supaya semua pihak tahu dan menyadari, terutama bagi keluarga besar PIQ, bahwa "kita" sedang punya gawe atau proyek besar untuk masa depan yang itu sudah dimulai.

Tulisan edisi perdana ini, berharap akan menyuguhkan beberapa hal kecil yang boleh jadi bisa menjadi bahan pemikiran dan bagian dari sosialisasi tersebut. Tentunya, akan lebih sempurna bila semua pihak memberikan sumbangsih yang pasti akan bermanfaat dalam meniti masa depan PIQ.

Melihat kesatuan antara seluruh keluarga ndalem, santri dan alumni pada momen Reuni Akbar awal Mei lalu, kian menambah keyakinan kita dalam melangkah. Meminjam istilah Ust Abdullah Murtadha, sinergi semua komponen alumni dan jaringan PIQ yang luas inilah sebenarnya kekuataan riil PIQ yang teramat mahal nilainya.

"Himmatur rijaal tahdimul jibaal", begitu peribahasa Arab yang pernah diajarkan Ammi Luthfi saat di pesantren dulu. Bahwa, tekad lelaki sanggup meruntuhkan gunung sekalipun. Dengan kata lain, tidak ada kata "impossible" bila semua santri dan alumni telah menyatukan tekad. Mega proyek di depan mata ini, bukanlah sesuatu yang mustahil untuk diwujudkan.

Salah satu buktinya, ajakan Gus Faiz untuk memulai "Ayo, sejak hari ini dan mulai dari diri sendiri" ternyata seperti gayung bersambut. Para alumni yang sebelumnya banyak tidak siap, eh akhirnya demi PIQ mereka menunjukkan loyalitasnya dengan memberi sumbangan awal yang itu sangat berharga untuk mengukur komitmen kita bersama.

Satu lagi pesan berharga dari Gus Anas, sebagai santri kita tidak boleh lupa dengan kekuatan doa. Itulah senjata seorang mukmin, begitu sabda Nabi. Artinya, sejak hari ini pula, setiap keluarga besar PIQ dihimbau untuk menyelipkan dalam doanya untuk terealisasi PIQ masa depan yang kita cita-citakan bersama.

Mengetahui mega proyek bernilai 149 Milyard ini, mungkin saja, proyek ini masih dilihat dalam tataran mimpi, dan pandangan ini memang wajar. Namun, yang perlu dicatat, bahwa ini ru'yah shalihah dari para santri yang shalih, bukan mimpi biasa. Menurut Ibnu Sirin, hal semacam itu lebih mudah menjadi kenyataan.

Oleh karenanya, seperti hadis Nabi, "jaddiduu imanakum....", maka proyek itu harus terus dikumandangkan, diucapkan, ditulis dan terus diingat agar merasuk ke dalam jiwa dan terwujud dalam langkah nyata. Tanpa upaya untuk terus menggugah dan menggugah, proyek itu bisa saja kandas di tengah jalan karena mudah dilupakan.

Pada sambutan terakhir, Gus Rifat pun tidak menutupi rasa kagumnya terhadap respon alumni dan santri, terutama terhadap perolehan infaq dadakan siang itu. Menurut beliau, dibandingkan dengan hasil penggalian dana di saat pembangunan awal PIQ tahun 1978 lalu yang besarnya sekitar 150.000 rupiah, maka infaq awal dari para alumni pada Reuni Akbar Mei lalu itu, sudah cukup menggembirakan.

Artinya, sebagai langkah pertama, itu sudah cukup mantap meski harus terus diusahakan. Sebab, jalan masih panjang, kata Bimbo. Murabbir ruh, Kiai Basori Alwi berpesan agar generasi PIQ bisa meneruskan estafet keberhasilan PIQ yang telah beliau perjuangkan. Caranya, dengan menjadikan puncak prestasi atau “nihayah” yang pernah diraih PIQ selama ini sebagai “bidayah” atau permulaan kita semua dalam melangkahkan kaki menuju PIQ di masa depan.

Tidak ada komentar:
Tulis komentar