16 Juli 2012

KH Mustaid Imron

 


Kiai Gang Muris adalah nama populer yang disematkan pada sosok KH Mustaid Imron. Julukan itu tidak lepas dari peran besar di Masjid Muritsul Jannah yang kebetulan terletak di dalam kampung, tepatnya di Gang Muris Kebalen Wetan Malang.

Beliau adalah ulama yang sabar, rendah hati, low profile dan figur pengayom bagi umat. Namun di balik sosok kesederhanaannya, tersimpan lautan ilmu pengetahuan agama yang sangat dalam. Hampir setiap saat, beliau tidak lepas dari ilmu. Mengaji dan mengajar adalah hidupnya. Sebuah pengabdian mulia yang patut diapresiasi.

Berasal dari keluarga Jawa, tepatnya dari komunitas warga Kudus yang tersebar di Kotalama, Kiai Mustaid adalah kiai yang bisa diterima semua kalangan. Tua, muda, pria, wanita, dari suku Jawa maupun Madura, semua merasa senang mengaji kepada Kiai yang sehari-hari berprofesi sebagai penjahit kain ini.

Dikaruniai 8 orang anak terdiri dari 2 laki-laki dan 6 perempuan, Kiai Mustaid menjalani kehidupan dengan penuh perjuangan. Tidak mudah menanggung hidup keluarga besar di tengah aktivitasnya yang juga mengabdi untuk umat. Namun, beliau sanggup membagi waktu dan memberi sebuah keteladanan, bahwa bagaimanapun juga dunia itu penting, namun jangan sampai urusan duniawi mengalahkan kepentingan ukhrawi.

Itulah poin penting yang bisa dipetik dari perjalanan hidup Kiai Mustaid yang dulu setiap subuh selalu bertindak sebagai imam tetap di Masjid Muritsul Jannah. Selepas shalat, beliau senantiasa memberi pengajian umum atau kuliah subuh kepada jamaah hingga waktu duha tiba. Sebuah istiqamah yang sulit ditandingi.

Untuk kalangan manula, cara mengajar Kiai Mustaid sangat diminati. Suaranya merdu, perangainya kalem sehingga dalam menjelaskan sebuah ilmu, dapat tersampaikan dengan pelan-pelan sehingga mudah dimengerti oleh mereka yang telah lanjut usia.

Selain menjadi imam rawatib, khatib tetap dan mengajar di Masjid Muritsul Jannah, Kiai Mustaid juga bagian dari pengurus dan guru di Yayasan Pendidikan Darus Sholihin Kotalama yang akhir-akhir ini terus menampakkan kemajuan. Beliau adalah salah satu perintis sekaligus pengajar di Madrasah Diniyah Darus Sholihin Kotalama, madrasah diniyah pertama di wilayah Kotalama Malang.

Kiai Mustaid juga banyak berkiprah dalam pembinaan thariqat atau istighatsah di kalangan jamaah Masjid Muthahhar Jodipan. Acara itu biasa mereka sebut "khususiyyah". Melalui dzikir, Kiai Mustaid ingin menanamkan aspek pendalaman spiritual agar umat memiliki ketahanan mental dan iman yang teguh dalam menghadapi segala macam permasalahan hidup.

Masih teringat, bagaimana beliau memimpin pembacaan "hizib nashar" tiap menjelang pertengahan malam. Usaha batiniyah ini digagas oleh Kiai Mustaid dan diikuti semua pengurus takmir Masjid Muritsul Jannah guna membentengi diri dalam jihad melawan kemungkaran.

Saat itu, tepatnya di tahun 1993, warga dan jamaah masjid sedang berhadapan dengan para pemilik hotel dan pebisnis "esek-esek" yang tumbuh subur di jalanan dan kampung Kebalen Wetan. Usaha spiritual ini guna mendukung upaya negosiasi dan politik untuk menutup hotel-hotel berbasis seks di Kebalen Wetan.

Dengan izin Allah, usaha itu berhasil. Tahun 1994, semua izin usaha bisnis haram itu dicabut dan selamanya tidak boleh lagi bercokol di Kebalen Wetan, apapun alasan dan kondisinya. Keberhasilan ini tidak lepas dari kekuatan doa dan hizib yang dikomandoi Kiai Mustaid Imron. Juga, bantuan doa para ulama dan kiai se-Malang Raya.

Kiai Mustaid Imran pulang ke rahmatullah di usia 66 tahun. Dua tiga tahun sebelum wafat, beliau masih aktif berkhutbah di Masjid Muritsul Jannah. Masih terekam dalam ingatan, bagaimana ekspresi beliau saat khutbah dalam kondisi sakit. Beberapa kali Sang Khatib ini sering menitikkan air mata saat khutbah, terutama ketika membahas maut dan akhirat.

Beliau tidak menghembuskan nafas terakhir di  rumahnya yang berlokasi di kampung Kotalama. Namun, Kiai yang sedang berjuang melawan stroke ini, dipanggil oleh Allah saat beliau beristirahat di kediamannya di kampung Perusahaan, Jagalan, Malang pada tahun 1999.

Kepergiaannya menyisakan duka mendalam di kalangan jamaah Masjid Muritsul Jannah. Kiai Gang Muris itu telah kembali keharibaan Allah dengan mewariskan banyak ilmu, kenangan dan teladan yang patut ditiru oleh generasi sesudahnya. Selamat Jalan, Kiai.

Tidak ada komentar:
Tulis komentar