24 Agustus 2012

Hindari Motif Masjid Dhiror!

 


Masjid Dhiror adalah masjid yang dibangun oleh kaum munafik di Madinah. Tujuan dibangunnya masjid itu selain untuk memata-matai pergerakan umat Islam, juga untuk merusak persatuan para sahabat Nabi Muhammad saw.

Demi suksesnya dakwah Islam, akhirnya, Rasulullah saw memerintahkan agar masjid dhiror yang membahayakan itu supaya dibongkar. Dengan runtuhnya masjid dhiror tersebut, kekuatan kaum munafik di Madinah semakin melemah. Bahkan, Rasul melarang umatnya shalat di masjid dhiror untuk selamanya, yakni masjid yang dibangun bukan atas dasar taqwa.

Kini, hampir tidak ada masjid dhiror yang dibangun sebagai base-camp untuk memecah belah persatuan umat. Namun, yang perlu diwaspadai adalah bahwa motif dan semangat kaum munafik yang pernah membangun masjid dhiror tersebut, sesungguhnya masih ada dan menjadi ancaman latin bagi kita sebagai umat Islam.

Indikasi masih adanya sifat-sifat munafik itu banyak terlihat pada problem kemasjidan. Sering terdengar di sana-sini, konflik antar pengurus masjid, lalu antara generasi tua dan muda terdapat jurang pemisah yang memicu permusuhan. Ada pula pihak yang memancing di air keruh dengan membesar-besarkan api konflik yang ada untuk kepentingan pribadi dan golongannya sendiri. Akhirnya, para jamaah pun terpecah belah menjadi beberapa kelompok.

Gambaran semacam itulah yang mesti diwaspadai oleh segenap umat Islam, terutama aktivis masjid. Terlebih lagi, bila sebuah masjid hendak atau sedang dalam proses pembangunan. Maka, konflik antar pengurus takmir, panitia pembangunan dan warga dapat mudah meletup. Perbedaan pandangan dan pendapat, sangat rentan memicu perselisihan dan permusuhan yang tiada habisnya.

Kita meyakini, setiap pendapat dan ide yang dilontarkan, pada dasarnya bertujuan baik. Sebab, hal itu menunjukkan adanya kepedulian terhadap masjid. Namun, karena proyek pembangunan masjid dan segala aktivitas di rumah Allah itu harus berangkat dari musyawarah bersama, maka tidak seorangpun berhak memaksakan kehendaknya meskipun mengandung kebenaran.

Semua pihak harus menghormati keputusan bersama. Bila ada pendapat yang lebih baik dan itu lebih bermaslahat untuk kepentingan orang banyak, maka kita tidak boleh memaksakan kehendak. Semua jamaah harus siap mengalah demi terealisasinya tujuan bersama. Bukankah musyawarah adalah jalan terbaik bagi umat Nabi Muhammad saw di zaman akhir ini?

Terkadang, hanya dalam hal-hal yang sepele dapat memicu konflik besar, melibatkan banyak kelompok hingga muncul perpecahan. Akhirnya, masing-masing orang membela temannya sendiri, kelompoknya sendiri dan orang-orang yang difanatiki. Bila cara-cara primitif semacam ini masih terjadi, maka sesungguhnya pengabdian demi masjid akan sia-sia di mata Allah karena sifat-sifat munafik masih hinggap di dada dan pikiran kita.

Motif dan intrik kaum munafik di Madinah yang telah ada sejak 14 abad yang lalu, sesungguhnya adalah bahaya latin yang sewaktu-waktu bisa muncul di mana saja dan kapan, termasuk di sekitar masjid kita tercinta. Karena itu, kita harus mewaspadainya.

Caranya, sampaikan pendapat secara ikhlas dengan mendahulukan kepentingan bersama atas dasar musyawarah. Setiap kita harus menyadari, bahwa semua orang memiliki hak dan kewajiban yang seimbang. Semua berposisi sama dan dihadapan Allah hanya taqwa ukurannya.

Bila kita tidak mampu memberi ide, maka diam dan turut aktif mendukung keputusan musyawarah adalah cara bijak dan arif. Setiap kita harus mengesamping kepentingan pribadi, kelompok maupun golongan demi masjid sebagai lambang persatuan umat. Dan, yang tidak kalah pentingnya, jangan sampai kita sendiri menjadi orang munafik yang bisanya memecah belah dan sangat senang melihat konflik yang ada di rumah Allah.

Semoga Allah melindungi kita dan menjauhkan dari sifat-sifat kemunafikan. Amin.

Tidak ada komentar:
Tulis komentar