22 Oktober 2012

Memahami Posisi Berorganisasi

 



Organisasi layaknya sekujur tubuh. Ada kepala, tangan, badan dan kaki. Masing-masing anggota atau organ tubuh berada pada posisinya dan setiap posisi memiliki fungsi dan peran yang berbeda. Namun, secara keseluruhan, posisi organ dan fungsinya itu saling terkait dan membutuhkan.

Bila setiap organ berperan dan berfungsi sebagaimana tugasnya, lalu semua bersinergi, maka organ tubuh akan berfungsi prima, memiliki energi yang kuat dan mampu mewujudkan cita-cita atau tujuan terbentuknya organisasi itu. Sebaliknya, bila ada organ yang lumpuh, tidak bisa berfungsi, bersifat pasif atau malah non-aktif sama sekali, maka peran organisasi juga tidak akan maksimal.

Yang lebih runyam lagi, bila organ-organ itu berfungsi tidak sebagaimana mestinya. Ia bergerak tidak sesuai dengan posisi dan amanat yang diembannya. Maka, yang terjadi adalah mis-komunikasi, saling tumpah tindih dan pada akhirnya juga akan lumpuh sehingga tujuan organisasi itu sulit terwujud.

Organisasi ini diperlukan oleh manusia sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan. Namun demikian, setiap anggota organisasi wajib berperan sebagaimana mestinya. Tidak boleh tangan mengambil alih tugas kepala, kaki menyerobot tugas tangan, dan seterusnya.

Oleh karenanya, diperlukan koordinasi terus-menerus agar tidak ada gap akibat salah komunikasi. Meski bertujuan baik, tapi sekali lagi, tiap organ harus berfungsi sebagaimana mestinya. Dalam hal koordinasi itu, tentu saja kepala yang memimpin. Kepala yang ada di depan menjadi komando bagi semua organ, dan semua organ harus patuh pada kepala.

Mengapa harus kepala? Ya, di dalam kepala ada otak yang memiliki peran vital untuk berfikir dan mempertajam visi-misi. Kepala dibantu mata untuk melihat, telinga dan hidung untuk mendengar dan mencium, juga ada lisan sebagai juru bicara. Hampir semua indera, ada di kepala sehingga dialah sang pemimpin organisasi.

Dengan bantuan indera, kepala menggerakkan semua organ atau anggota yang kesemuanya dibalut dengan kulit sebagai indera perasa. Artinya, semua organ juga berhak memberi input atau masukan kepada kepala. Namun, keputusan akhir harus tetap disetujui kepala sebagai manajer atau pengatur organisasi yang nantinya sedia bertanggung jawab atas segala keputusan.

Dan, yang tidak kalah pentingnya adalah ruh yang meliputi semua organ tubuh. Ruh yang sifatnya sangat halus dan sulit diketahui oleh indera atau bahkan otak itu, adalah merupakan sumber energi inti. Selain ruh, ada juga hati nurani. Bersama otak, indera dan anggota tubuh lainnya, hati memainkan peran vital dalam mensukseskan tujuan.

Melalui deskripsi analogis ini, satu hal yang ingin disampaikan dalam tulisan. Adalah bahwa, setiap organ tubuh harus berperan, berposisi dan berfungsi sebagai tugas yang diamanatkan kepadanya. Setiap organ tidak boleh menyerobot atau memainkan peranan yang bertolak belakang dengan fungsi dan posisinya. Sebab, bila suatu amanat dijalankan oleh yang bukan ahlinya, maka tunggulah datangnya kiamat. Demikian pesan Nabi Muhammad saw.

Tidak ada komentar:
Tulis komentar