12 Oktober 2012

Rindu Haramain

 


Setiap musim haji tiba, lalu melihat saudara kita dengan wajah ceria berangkat ke tanah suci, maka perasaan rindu terhadap tanah suci Mekah dan Madinah begitu besar. Terlebih lagi bagi yang pernah menuaikan haji dan umrah, rindu itu makin tak terperikan.

Teringat jelas bagaimana perasaan saat kali pertama melihat Ka'bah. Rumah Allah itu makin terasa agung tiap kali kita mengitarinya dalam putaran tawaf. Belum lagi dengan Multazam, tempat mustajabah di bawah pintu Ka'bah itu seakan saksi nyata ketika air mata menetes membasahi pipi bersamaan dada yang menempel di dinding Ka'bah. Saat itu, bagai berada dalam dekapan Tuhan semesta alam.

Hajar Aswad, batu mulia yang konon dari surga itu, sejak dulu hingga kini masih tetap diperebutkan. Jutaan orang berdesakan agar bisa menciumnya. Masih teringat pengalaman sulit saat berebut. Namun, ketika kedua bibir dibimbing Allah untuk bisa menciumnya, beratnya perjuangan berebut itu langsung lenyap, berganti kepuasan mendalam. Sebab, menurut Nabi, mencium Hajar Aswad seperti bersalaman dengan Allah.

Teringat lagi tentang segarnya meneguk air zamzam hingga kenyang, indahnya perjalanan sa'i antara Sofa dan Marwa, megahnya bangunan di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, hamparan padang Arafah dan Muzdalifah, tempat Jamaraat di Mina dan tempat bersejarah lainnya.

Dan, yang juga sulit terlupakan adalah kenikmatan berziarah ke makam kekasih tercinta, Nabi Muhammad saw. Itulah momen yang cukup mendebarkan dan hingga kapanpun, pengalaman itu akan selalu dirindukan. Betapa tidak, setiap saat di sini kita menyebut namanya dari kejauhan, lalu ternyata dengan izin Allah, kita diundang untuk bertemu kekasih-Nya, bukankah kesempatan itu adalah saat terindah dalam hidup?

"Siapa yang menziarahi kuburanku saat aku meninggal dunia, sama dengan menziarahiku saat aku masih hidup", janji Nabi Muhammad saw.

Teringat pula dengan Raudhah, taman surga yang terletak di antara mimbar Nabi dan makam beliau. Raudhah saat ini benar-benar menjadi rebutan, tidak mudah dan tidak bisa setiap saat kita bisa berada di tempat mulia itu. Perlu antri lama, wajib sabar dan tentunya harus dengan izin Allah. Kesempatan bisa shalat dan beribadah di Raudah itulah yang juga menjadi momen tak terlupakan.

Kerinduan terhadap Mekah adalah bukti nyata mengapa kota suci itu disebut "Ma'ad" yang berarti "tempat kembali", maksudnya, seseorang pernah ke sana, pasti akan rindu untuk balik ke kota kelahiran Nabi tersebut. Kerinduan itu pula yang menjadi salah satu faktor terjadi "Fathu Makkah" agar Sang Nabi bisa kembali ke rumah Allah.

Maha Suci Allah yang menciptakan Haramain, Mekah dan Madinah. Kota suci yang semakin dirindukan. Sebab keduanya adalah surga dunia. Hanya hati yang terbuat dari batu dan perasaan yang telah berubah menjadi debu, yang tidak pernah merindukan Mekah dan Madinah.

Ya Allah, sebagaimana Engkau pernah mengundangku menjadi tamu-Mu dan peziarah Nabi-Mu, segera undang kembali aku dan orang-orang yang mencintaiku tuk bersama bertamu ke rumah-Mu dan bersimpuh di pangkuan kekasih-Mu.

Tidak ada komentar:
Tulis komentar