23 Desember 2012

Titik Temu Umat Beragama

 


Berdasarkan firman Allah dalam al-Quran (Ali Imran, ayat 64), kepada saudaraku sebangsa setanah air, umat Islam mengajak semua ahli kitab, baik umat kristiani maupun yahudi untuk mengakui dan mempercayai bahwa "Tiada tuhan yang patut disembah kecuali Allah swt yang Maha Esa dan tiada sekutu baginya".

Itulah "Kalimatun Sawa'" atau kalimat yang lurus yang disampaikan kepada "Ahli Kitab". Inti dari ajakan itu, semua umat manusia sepanjang mereka mengakui bahwa yang berhak disembah hanya Allah, Tuhan semesta alam yang tidak beranak dan juga diperanakkan, maka dia adalah seorang muslim, yakni, orang yang berserah diri hanya kepada Allah.

Oleh sebab itu, akar perbedaan antara umat Islam, Nasrani (Kristen dan Protestan) dan Yahudi adalah tentang keyakinan kepada keesaan Tuhan atau tauhid. Jika ketiga umat yang sama-sama menerima "kitab samawi" ini bertauhid dengan menyakini "Tiada tuhan selain Allah", maka di situlah ada titik temu. Lalu, apa yang dipermasalahkan?

Jadi, yang pertama adalah tentang tauhid. Jika semua meyakini hanya Allah Tuhan Yang Esa, tidak ada sekutu baginya, Dia tidak beranak dan diperanakkan dan Dialah Tuhan semesta alam, maka inilah titik temu dalam aspek ketuhanan. Adakah yang berbeda? Yang berbeda adalah orang musyrik. Yakni, orang yang menyekutukan Allah dengan lainnya.

Yang kedua, tentu saja tentang kenabian. umat Islam meyakini bahwa Muhammad saw adalah utusan Allah yang terakhir, dan umat Islam juga wajib mempercayai nabi-nabi sebelumnya, termasuk Nabi Isa dan Nabi Musa. Nabi Isa yang oleh umat kristiani disebut "Yesus" itu, tidak lain hanyalah seorang manusia yang diangkat menjadi nabi dan rasul untuk mendakwahkan "kalimat tauhid", tidak lebih dari itu. Demikian pula dengan Musa yang diyakini sebagai nabi.

Jika umat kristiani juga meyakini Yesus atau Isa "hanya" sebagai nabi/rasul Allah, sebagai manusia biasa dan bukan anak Tuhan apalagi  sebagai "Tuhan", maka sejatinya, telah ada titik temu antara umat Islam dengan kristiani. Demikian pula dengan kaum Yahudi yang hanya meyakini Musa sebagai rasul lalu mengikuti ajaran tauhid yang didakwahkan Nabi Musa, maka sebenarnya, keyakinan ini telah mencapai titik temu dengan apa yang juga diyakini umat Islam.

Kabar tentang Nabi Isa (Yesus) maupun Nabi Musa juga telah diterangkan dalam al-Quran. Tidak satupun kisah para nabi/rasul dalam al-Quran yang bertolak belakang, apalagi keliru dalam menceritakan para nabi/rasul dan umat-umat terdahulu. Itu artinya, al-Quran juga mengakomodir masa lalu dan tentu saja sebagai kitab suci yang sama-sama diturunkan Allah kepada nabi-Nya, maka al-Quran berposisi sebagai "mushaddiqan" yang membenarkan dan menyempurnakan isi kitab-kitab samawi sebelumnya.

Ringkasnya, al-Quran memiliki hubungan dengan kitab-kitab terdahulu seperti injil, taurat dan zabur. Sebagai kitab suci pamungkas, al-Quran jelas lebih sempurna dan lengkap sesuai dengan konteks umat zaman akhir yang diturunkan sebagai mukjizat terbesar bagi Nabi Muhammad saw yang juga nabi pamungkas.

Dan pastinya, baik dalam injil maupun taurat, juga telah menjelaskan tentang nabi akhir zaman tersebut, yakni Nabi Muhammad saw yang sesungguhnya semua ahli kitab (Yahudi dan Nasrani) berkewajiban menyakini Muhammad saw sebagai nabi sebagaimana umat Islam juga meyakini nabi-nabi terdahulu.

Artinya, jika umat kristiani dan yahudi juga meyakini Nabi Muhammad sebagai seorang rasul dan nabi, maka sebenarnya telah ada titik temu. Hanya masalahnya, maukah semua umat mengikuti ajaran Nabi Muhammad saw yang sama-sama nabi dan rasul seperti halnya Nabi Isa dan Nabi Musa.

Yang membedakan adalah bahwa posisi Nabi Muhammad saw sebagai nabi pamungkas, tentu saja, ajarannya lebih sempurna karena ia diutus untuk semua umat manusia, tidak hanya pada kaum dan bangsa tertentu. Semestinya, dengan logika yang bersih, semua umat manusia yang menerima dan meyakini kitab samawi, juga mau mengikuti Nabi Muhammad, seorang nabi akhir zaman yang juga telah dikabarkan di dalam kitab-kitab terdahulu, dan bahkan dinanti-nantikan kehadiran oleh Ahli Kitab tempo dulu.

Jika titik temu tentang ketuhanan (tauhid) dan kenabian (nubuwah) ini sama-sama disadari oleh seluruh Ahli Kitab dan semua umat beragama di seluruh dunia, maka titik temu itu tidak akan mempertajam perbedaan. Justru, dengan kesadaran ini, semua umat manusia akan mampu bahu-membahu membangun masa depan dunia yang lebih cerah dan bermanfaat bagi kehidupan.

Sebab sejatinya, fungsi manusia di bumi ini berposisi sebagai "khalifah Allah" (wakil Tuhan) untuk mengatur alam semesta dengan damai dan tanpa pertumpahan darah.

Tidak ada komentar:
Tulis komentar