9 Desember 2013

Organisasi Harus Tahu Diri Sendiri

 


Rasul pernah bersabda, "Siapa mengetahui dirinya, ia akan mengetahui Tuhannya".

Tampaknya, hadis di atas tidak hanya tepat digunakan para sufi dalam rangka mencapai maqam "ma'rifat". Namun, jika direnungkan, hadis itu untuk siapa saja, untuk keperluan apa saja, termasuk untuk kepentingan berorganisasi.

Organisasi apa saja, seperti kepengurusan remas, sekolah, pesantren, partai politik hingga negara, kiranya perlu merenungi hadis itu, paling tidak, sebagai langkah awal. Bahkan, menurut saya, inilah langkah terpenting dalam berorganisasi. Yakni, mengetahui diri sendiri dari organisasi.

Laksana tubuh, organisasi terdiri dari kepala, badan, tangan dan kaki. Kepala adalah posisi terpenting. Di sana ada mata sebagai indera penglihatan, hidung sebagai indera penciuman dan berfungsi untuk pernafasan, telinga untuk mendengar. Bahkan, di kepala ada mulut sebagai alat bicara. Dan, yang terpenting adalah otak untuk berpikir tentang bagaimana semua organ berjalan dengan baik dan sempurna.

Artinya, seorang kepala, pemimpin, ketua harus memaksimalkan fungsi indera dan organ tubuh lainnya. Kepala harus memiliki visi atau pandangan ke depan, melihat masa yang akan datang supaya lebih baik. Karenanya, ia dituntut selalu kreatif dan inovatif. Kepala yang bersifat visioner akan membuat langkah dan program terus dinamis, bergerak maju.

Kepala juga harus vokal, tidak hanya diam. Ia harus berani bersuara, tidak cukup hanya membatin. Pemikirannya harus disosialisasikan agar bisa dipahami. Selain itu, kepala harus bisa mendengarkan aspirasi sekaligus secara bijak melakukan koreksi dan seleksi, mana ide yang tepat dan mana isu atau pepesan kosong yang layak untuk dikesampingkan dan dibuang jauh-jauh.

Kepala juga harus memaksimalkan indera penciuman supaya ia mampu melakukan deteksi lebih dini sebagai langkah antisipasi dari segala kemungkinan baik dan buruk. Dan, kepala sebagai tempatnya otak, haruslah cerdas dan lebih unggul. Kecerdasan (fathonah) ini sangat penting bagi kepala dalam mengelola atau mengorganisasi seluruh tubuh.

Tentu saja, visi dan misi kepala di atas, tidak akan berjalan dengan baik, bila tangan, kaki dan badan tidak turut membantu. Tangan harus siap mensukseskan pemikiran kepala; badan siap menjadi tulang punggung untuk membentengi kepala; dan kaki siap berjalan atau bila perlu berlari supaya cita-cita organisasi dapat terwujud dengan cepat dan tepat.

Bila ada anggota tubuh, entah itu tangan, jari-jemari, perut, dada, lutut dan sebagainya yang mengalami masalah, tentu saja kepala akan berpikir bagaimana menyelesaikan masalah itu. Jika tangan kiri yang sakit, maka kepala akan otomatis meminta tangan kanan membantu menyembuhkan saudaranya, si tangan kiri.

Tangan kiri harus bersedia dibantu supaya lekas sembuh. Tidak mungkin, tangan kiri menolak, apalagi memukul kepala sendiri. Jika itu terjadi, organisasi akan kacau. Jika proses penyembuhan tidak kunjung berhasil, bahkan penyakit di tangan kiri makin menjadi-jadi hingga dinilai akan melumpuhkan organ lainnya, maka jalan terbaik adalah dilakukan amputasi untuk memotong tangan kiri dan seluruh jaringannya.

Begitulah kepala melakukan tugas manajemen atau pengaturan organisasi, dan begitulah seluruh anggota badan mengikuti sistem organisasi dalam manajemen. Semua harus berjalan sistemik sesuai fungsi dan perannya masing-masing.

Dengan mengetahui hakikat berorganisasi yang ibarat organ-organ tubuh, maka semua yang terlibat dalam organisasi, untuk langkah awal adalah menyadari bahwa masing-masing person harus memahami dirinya sendiri dan mengerti posisinya dalam organisasi.

1 komentar:
Tulis komentar
  1. Syukron ilmunya pak Haji ... wahhh sy kok br tau ad blog ini..tp tdk ad kt trlambat...wasalam

    BalasHapus