Wahai umat Islam, khususnya para pemuda...!! Anshitu was-mau wa-ati'u...Diam, Dengar dan Laksanakan nasehat kami, para mujahidin, pejuang Islam, penegak syariat, pembela kaum mustad'afin.
Pertama: Seorang muslim dengan muslim yang lain adalah saudara seperti satu tubuh (kal-jasadil-wahid). Jika satu disakiti, yang lain pasti merasa sakit. Saudara kita di Irak, Palestina, Afganistan, mereka tertindas. Negara mereka diluluh lantahkan dan dibombardir tiap hari. Ribuan wanita menjadi janda, anak-anak sengsara tanpa ayah-bunda, para pejuang hidup di gua-gua. Jika kita di Indonesia tidak tergerak untuk membalas negara adidaya, Amerika Serikat, maka keimanan kita patut dipertanyakan. Jadi, bangkit dan ikutlah bersama kami melawan negara teroris Barat.
Kedua: Tahukah kalian, siapakah penjajah sebenarnya? Dialah Yahudi dan Nasrani yang tidak akan pernah ridho dengan kalian. Wa lan tardho ankal-yahudu wa lan-nashoro hatta tattabia millatum, demikian tegas al-Quran. Siapa perusak bumi sejak zaman Bani Israel hingga sekarang? Pasti, Yahudi dan Nasrani. Karenanya, lawan Zeonisme dan agen-agennya yang menyebar di kampus-kampus! Lawan liberalisme, pluralisme dan faham-faham lain buatan Barat! Jika kalian ingin itu, ikutlah kami, para mujahidin!
Ketiga: Jika kalian melihat kemungkaran, kata Nabi, ubahlah dengan tangan. Jika tak mampu, maka dengan lisan. Bila masih tak mampu, cukup ingkari dengan hati, tapi ini level iman paling rendah. Maka, level pertama adalah dengan tangan (power). Kita wajib memberangus orang-orang kafir, terutama turis asing dari USA dan Australia. Apapun resikonya, hancurkan mereka! sebab mati dalam jihad adalah syahid, dan balasan syahid adalah sorga.
Keempat: Jihad yang tepat adalah perang. Semua ayat yang bicara jihad, konteksnya adalah perang. Bahkan, hampir seluruh hidup Nabi dan Para Sahabat di Madinah tak lepas dari perang. Jika mau mengikuti sunnah Nabi, harus rela hidup dikejar-kejar, dicap teroris, jangan peduli nasib keluarga, jangan pernah kasihan dengan orang yang di hatinya masih ada rasa sayang dengan orang-orang kafir.
Kelima: Isy Kariman au Mut Syahidan, hiduplah mulia atau mati syahid. Demikian ajaran agama Islam yang selalu ya'lu wa la yu'la alaih, unggul dan takkan pernah dikalahkan. Jika kita hidup selalu terjajah, itu karena pemimpinnya (baca: pemerintah) tidak tegas membela kepentingan umat Islam. Jadi, jangan harapkan masa depan hidup yang bergelimang harta dibawah kepemimpinan yang tidak berasaskan negara Islam. Akan lebih mulia, bila kita mati bunuh diri asal di akherat tercatat sebagai syahid. Allahu Akbar!! Allahu Akbar!!
Demikianlah kurang lebih mauidhoh sayyiah dan fatwa sesat lagi menyesatkan yang disampaikan para teroris yang menyebut dirinya sebagai muslim, mukmin, mujahidin dan pembela umat Islam. Jika setelah membaca atau mendengar semacam fatwa-fatwa hitam di atas, lalu hati bergejolak, darah mendidih, nafsu lawwamah mendorong jiwa untuk berani dan bertindak nekat tanpa mempedulikan lagi hukum manusia dan hukum negara, itu artinya virus-virus terorisme telah menginfeksi sisi-sisi kemanusiaan. Virus ini lebih berbahaya daripada virus flu burung dan flu babi.
Hampir semua dalil-dalil agama, baik dari ayat maupun hadis, bisa ditafsirkan atau diinterpretasi manusia. Sebuah teks, pada dasarnya diam/mati, dia bisa bicara dan bahkan memiliki daya ledak jika "diperkosa" oleh penafsirnya demi agenda dan kepentingannya sendiri. Lalu, atas dasar tafsirnya itu, dia bebas mengatasnamakan Tuhan dan berani menghakimi manusia. Dia akan merasa berjalan sesuai sunnah Nabi, bahkan dia yakin, perbuatannya yang merusak fasilitas umum, membunuh jiwa tanpa dosa, mengganggu stabilitas negara, semua dianggap bagian dari jihad versi penafsirannya sendiri.
Tidak mudah menginsafkan para teroris maupun eks-teroris yang telah meyakini fatwa-fatwa semacam di atas. Sebab, virus itu bersarang di hati, bersifat ideologis yang jika hatinya telah sakit, maka seluruh tubuh juga sakit. Himbauan pemerintah, fatwa MUI, nasehat para ulama/kiai dan wacana para pemikir Islam masih kurang manjur mengobati para penderita virus tersebut. Sebab, di hatinya ada penyakit (maradh) dan Allah akan terus menambah penyakit itu. Bahkan, dengan melihat nasib korban bom, keluarga dan anak-anak mereka yang selanjutnya hidup sengsara, masih juga tidak mampu meluluhkan semangat mujahidin --meminjam istilah bola-- kaum bonek itu.
Dengan tindak pengeboman itu, mereka tidak peduli lagi dengan jatuhnya citra Indonesia di mata Internasional. Mereka tidak tahu menahu dengan akibat yang akan dirasakan masyarakat Indonesa yang mayoritas juga beragama Islam. Rasa takut, was-was, khawatir yang menghantui masyarakat akibat ulah sesat itu terasa sebagai kenikmatan bagi para teroris yang terus mencuci otak generasi muda yang polos dan mudah direkrut untuk meluluskan agenda besar mereka. Mereka ingin, Indonesia kacau seperti negara-negera di Timur Tengah. Mereka ingin Indonesia dikucilkan dari percaturan Indonesia. Mereka ingin Indonesia terpecah belah. Umat Islamnya saling bunuh, umat beragamanya tidak lagi menghormati toleransi, kaum pemuda menjadi pemberontak negara, pemerintahnya menindas rakyat sendiri. Setelah itu, mereka tertawa bersama takbirnya Allahu Akbar!! Allahu Akbar!!
Akhirnya, saya hanya bisa menjawab: "Sami-Allahu li Man Hamidah", Allah mendengar orang yang selalu memuji-Nya, bukan orang yang merusak ciptaan-Nya.
Tidak ada komentar:
Tulis komentar