Indonesia, dari dulu hingga kini, selalu dipuja-puja bangsa. Kenapa? Bukan karena rakyatnya yang santun atau para pemimpinnya yang adil, tapi karena Indonesia adalah negara yang gemah ripah loh jinawi. Berada di tengah zamrud katulistiwa, terdiri dari ribuan pulau dengan aneka ragam flora dan fauna. Samuderanya yang biru dan luas membentang menyimpan kekayaan laut tak terhingga. Tanahnya yang subur sanggup menumbuhkan hasil panen raya. Walhasil, Indonesia laksana surga dunia di mata semua bangsa.
Atas dasar itu, tak heran jika penjajah datang silih berganti, sejak dulu hingga kini, untuk mengeruk hasil bumi. Anehnya, walaupun 3.5 abad, kita dijajah, tapi setelah merdeka, kita justru saling menjajah bangsa kita sendiri. Yang lebih aneh lagi, sekalipun kita kaya, tapi realitasnya tetap miskin. Buktinya, hutang kita kian menumpuk, ketergantungan kepada investor asing amat keterlaluan, dan apapun yang ada di negeri ini telah kita jual, tanpa kita sadari bahwa yang kita jual atau kita gadaikan adalah warisan leluhur yang seharusnya pantang berpindah tangan demi kehormatan.
Pulau-pulau kecil yang letaknya jauh di tengah lautan, bahkan ada yang belum kita beri nama, tapi satu demi satu telah kita jual. Beberapa sumber kekayaan alam seperti tambang emas, sumur minyak, perkebunan, pertanian telah banyak dikuasai penanam modal dari asing atau para cukong dalam negeri.
Selain kekayaan alam, Indonesia juga menjual tenaga manusia. Ribuan orang tiap tahun dikirim menjadi TKI/TKW yang pada awalnya pilihan terpaksa karena di sini mereka tidak memperoleh kesempatan kerja, tapi lambat laun, kerja di Luar Negeri menjadi tujuan favorit karena gajinya yang menggiurkan tanpa peduli terhadap apapun resikonya, termasuk terenggutnya kehormatan, misalnya.
Indonesia juga menjual pendidikan dan aset-asetnya. Apapun di dunia para ilmuwan ini, kini telah berubah menjadi ajang bisnis. Kurikulum dijual, buku dan materi diproyekkan, metode dan sertifikasi dibisniskan, bahkan guru atau siswa bisa dipertukarkan. Berapa banyak hasil-hasil riset anak bangsa yang pindah ke luar negeri sehingga dengan mudahnya arah pendidikan dan hasil-hasil riset itu dimanfaatkan oleh mereka, lalu kemudian kembali mereka datang ke sini dengan produk baru yang notabene-nya hasil riset kita tapi kini kita beli sendiri.
Hukum di Indonesia juga bisa dijual dan ditawar. Anda terlibat kasus, jangan khawatir, uang bisa mengatasinya. Pengacara, jaksa, hakim, penyidik, bahkan pasal demi pasal bisa dinominalkan dengan rupiah. Masa tahanan bisa dikurangi dengan berbagai remisi, asalkan ada loby intensif. Lebih dari itu, jikapun harus dibui, kamar jeruji besi bisa didesain layaknya hotel dengan fasiltas lengkap tergantung permintaan. Inilah Indonesia yang kaya raya dengan keindahan alamnya hingga penjara pun bagaikan surga.
Seni dan kebudayaan Indonesia juga dijual dan laku laris manis. Saat hasil cipta dan karsa kita diakui oleh luar negeri, kita baru sadar dan marah seakan milik kita ditiru, diakui dan dicuri. Kita pun seperti bangun dari tidur panjang lalu melihat warisan nenek moyang ada di negara tetangga tanpa kita tahu kenapa milik kita berada di sana. Batik, reog, lagu daerah dan tari-tarian kita telah diklaim milik asing dan justru mereka lebih ahli daripada generasi kita yang lebih memilih budaya asing.
Intinya, apapun yang ada di Indonesia, bisa dijual, bukan hanya pendidikan, hukum, budaya, tapi semuanya, termasuk harga diri dan kehormatan. Anda tertarik? Cepat borong sebelum stok habis!
Tidak ada komentar:
Tulis komentar