Setelah 16 tahun berlalu, kini pada saat kali pertama menginjakkan kaki di sekitar Masjidil Haram, saya melihat dan merasakan perubahan besar-besar di sekitar "Rumah Allah" tersebut. Bukan hanya Ka'bah yang menjadi pusat perhatian di sana, tapi juga Tower Zamzam yang merupakan bangunan tertinggi kedua setelah Tower Al-Burj di Dubai.
Yah, di bawah Tower Zamzam adalah kamar-kamar hotel berbintang. Entah berapa lantai. Yang jelas, 5-6 lantai di bagian bawah adalah supermarket dan pusat perbelanjaan, sedangkan bagian atasnya adalah hunian mewah nan eksklusif. Benar-benar sebuah karya agung untuk memanjakan tamu-tamu Allah swt.
Jam terbesar di dunia yang kini bertengger di bagian atas Tower Zamzam benar-benar sebuah kebanggaan bukan hanya bagi bangsa Arab, tapi juga umat Islam. Kehadirannya bukan sekedar untuk menyaingi lonceng "Big Bang" di Inggris, menara Effiel di Italia atau Monas di Jakarta. Ia juga bukan sekedar refleksi dari identitas Mekah yang ke depan akan disulap menjadi "Fokus Perhatian Dunia" karena identitas utama kota Mekah sejak dulu hingga kini masih tetap "Al-Haram" yang di dalamnya berdiri kokoh Ka'bah al-Musyarrafah. Namun, lebih daripada itu, Tower Zamzam itu menjadi bagian dari kiblat itu sendiri.
Dari jarak puluhan kilometer, Tower Zamzam itu telah terlihat dengan jelas. Selain menunjukkan waktu setempat, ia juga menjadi petanda bahwa di sanalah "Kiblat" untuk shalat bagi kaum muslimin. Sehingga, di mana pun kita berada, kita tidak perlu repot-repot lagi bertanya: "Aina al-Qiblah?", dimanakah kiblat untuk shalat? Kita juga perlu bingung tentang "Jam berapa sekarang?", sebab tower itu telah menjadi jawabannya.
Memang, sejak era Rasulullah saw, Mekah selalu pusat pertemuan bisnis para kafilah di gurun sahara. Pertemuan para kafilah dagang dari Syam di bagian utara dan Yaman di bagian selatan adalah saat mereka berlabuh di kota Mekah. Meski berada di daerah gurun yang tandus nan terjal, para kafilah dagang itu seakan tak pernah surut untuk datang ke Mekah. Sebagiannya murni untuk bisnis, tapi kebanyakan juga diselingi untuk berhaji.
Selain para pedagang, kota Mekah sejak dahulu juga menjadi "persemaian" para sastrawan. Mereka berlomba mendendangkan puisinya tentang alam, wanita, arak, perang, suku, dan sebagainya. Al-Mu'allaat Al-Sab'ah atau tujuh karya sastra paling populer adalah puisi paling fenomenal hingga dipajang di dinding Ka'bah. Itu artinya, selain pusat bisnis dan ibadah, sejak dulu, kota Mekah juga menjadi muara bagi pengembangan peradaban dan budaya.
Aspek historis di atas, saya rasakan juga pada perjalanan haji tahun ini. Kota Mekah benar-benar telah bermetamorfosis menjadi pusat bisnis dan peradaban dunia Islam. Seakan ingin meneruskan tradisi klasik dan melestarikan pencapaian masa lalu, kota Mekah terus berganti wajah dengan berdirinya bangunan megah dan mewah.
Saya melihat, di sekitar Masjidil Haram bukan hanya menjual aneka sorban, tasbih dan kurma. Tapi di sana, juga telah berdiri kokoh restoran Kentucky Fried Chicken (KFC), toko arloji Rolex, House of Donat, Albaik, dan sebagainya. Stand-stand bermerek asing dari Amerika dan Eropa telah membanjiri pertokoan di sekitar "Al-Haram". Dengan kata lain, investasi dari bangsa asing telah tertancap di tanah suci.
Jadi, silahkan saja orang-orang kafir tidak bisa masuk ke tanah suci Mekah-Madinah, sebab di setiap perbatasan kota suci selalu ada penjagaan dan operasi identitas bagi orang yang masuk maupun yang keluar kota Mekah dan Madinah. Tapi sebenarnya, sadar atau tidak, investasi mereka telah berakar di sana. Taring-taring asing telah merobek kesucian kota tersebut. Entah benar atau tidak refleksi semacam ini. Dikatakan benar karena dalam bisnis, berhubungan dengan siapapun meski beda agama adalah boleh dan sah-sah saja. Tapi, di sisi lain, realitas itu juga tidak sepenuhnya benar, mengingat bahwa kesucian dan keluhuran Al-Haram sama sekali tidak bergantung dengan siapapun dan apapun. Tanpa adanya hubungan dengan investasi asingpun, sebenarnya bangsa Arab dan umat Islam dapat berjaya selama masih bersanding dan berkhidmat dengan Al-Haramaian.
Wallahu A'lam
Tidak ada komentar:
Tulis komentar