18 Maret 2011

Badut

 

Kemarin, di TK Muslimat 03, tempat anakku bersekolah, kedatangan tamu spesial. Semua siswa-siswi begitu terhibur. Mereka bergembira ria karena bisa bermain dan tertawa bersama si badut lucu. Satu per satu anak-anak itu berpose bersama badut. Tampak seorang fotografer sibuk membidikkan kamera Nikon-nya.

"Anak-anak tidak perlu takut ya sama om badut", kata bu guru. "Masih hafal tepuk badut?", tanya ibu guru. Para siswa pun langsung bertepuk tangan. "Tepuk badut, prak..prak..prak. Wajah bulat, prak..prak..prak. Hidung tomat, prak..prak..prak. Perut gendut, prak..prak..prak. Megal-megol, prak..prak..prak".

Usai acara, anak-anak pulang bersama orang tuanya. Ketika sekolah sudah sepi, si badut itu membuka topengnya beserta kostum yang dipakainya sejak pagi. Sambil mengusap peluh, lelaki badut itu mengeluarkan bantal dari dalam perut dan bokongnya. Raut wajahnya tampak lega. Letih, gerah, panas, haus seakan terbayarkan setelah ia puas menghibur anak-anak. Tibalah saatnya beristirahat.

Beberapa saat kemudian, ibu guru menyuguhkan segelas es teh untuk si badut dan rekannya, si fotografer. Tanpa ba bi bu, air es teh itu segera ia diseruput hingga habis untuk membasahi kerongkongannya yang kering. Meski lelah, tapi si lelaki badut itu berusaha terus tersenyum. Bahkan, ketika sebungkus nasi dihidangkan, ia segera melahapnya.

Di balik bola matanya, tersimpan keperihan yang begitu mendalam. Mungkin saja hari-hari ini ia masih bisa berkreasi dengan menyuguhkan hiburan kepada anak-anak demi sesuap nasi. Tapi, sampai kapan ia akan terus berprofesi seperti ini? Sebuah pertanyaan yang terus bergelayut di benaknya. Terbayang begitu beratnya mengais rizeki hingga harus bersembunyi di balik topeng yang kelihatannya lucu tapi sebenarnya memuat kelukaan dan keterpaksaan.

Dari sekolah TK ke sekolah TK, badut itu menjajakan keterampilan dan penampilannya. Tak jarang, ia ditolak mentah-mentah meski bertujuan untuk menghibur anak-anak. Jika sedang untung, ia mengaku ada saja keluarga kaya yang mengundangnya di acara ulang tahun anak. Tapi, kesempatan seperti itu sangat langka.

Melihat nasib si badut yang demikian sulit, sungguh mengharukan sekaligus mengagumkan. Di balik keperihan dan kepedihan nasib yang dialaminya, ia sanggup memberikan hiburan dan senyuman yang indah. Badut itu cukup kuat menyembunyikan rasa sakitnya di balik kostum warna-warni yang elok. Kita, apalagi anak-anak, tidak banyak yang tahu tentang penderitaannya. Yang kita tahu, ia hanya bisa mengais rizeki di negeri sendiri dengan hanya bersembunyi di balik topeng badut yang lucu. Sementara itu, ada banyak orang yang justru merampok rizeki orang lain dengan tanpa malu dan tanpa aling-aling apapun.

Rasulullah saw bersabda, "Jika kamu tidak malu, lakukan apa maumu".

Tidak ada komentar:
Tulis komentar