Pada suatu hari, ketika Rasulullah saw sedang berbincang-bincang
dengan para sahabatnya, seorang pemuda datang mendekati Rasul sambil
berkata, “Ya Rasulullah, aku mencintaimu.” Lalu Rasulullah saw berkata:
“Kalau begitu, bunuh bapakmu!”
Pemuda itu pergi untuk
melaksanakan perintah Nabi. Kemudian Nabi memanggilnya kembali seraya
berkata, “Aku tidak diutus untuk menyuruh orang berbuat dosa.” Aku hanya
ingin tahu, apa betul kamu mencintai aku dengan kecintaan yang
sesungguhnya?”
Tidak lama setelah itu, pemuda ini jatuh
sakit dan pingsan. Rasulullah saw datang menjenguknya. Namun pemuda itu
masih dalam keadaan tidak sadar. Nabi berkata, “Nanti kalau anak muda
ini bangun, beritahu aku.” Rasululah saw kemudian kembali ke tempatnya
Lewat
tengah malam pemuda itu bangun. Yang pertama kali ia tanyakan ialah
apakah Rasulullah saw telah berkunjung kepadanya. Diceritakanlah kepada
pemuda itu, bahwa Rasulullah saw bukan saja berkunjung, tapi beliau juga
berpesan agar beliau diberitahu jika pemuda itu bangun.
Mendengar
pesan tersebut, pemuda itu berkata, “Tidak, jangan beritahukan
Rasulullah saw. Bila Rasulullah harus pergi pada malam seperti ini, aku
kuatir orang-orang Yahudi akan mengganggunya di perjalanan.” Segera
setelah itu, pemuda itu menghembuskan nafasnya yang terakhir.
Pagi
hari usai shalat subuh, Rasulullah saw diberitahu tentang kematian
pemuda itu. Rasul datang melayat jenazah pemuda itu dan berdo’a dengan
do’a yang pendek tetapi sangat menyentuh hati, “Ya Allah, sambutlah
Thalhah di sisi-Mu, Thalhah tersenyum kepada-Mu dan Engkau tersenyum
kepadanya.”
Dengan hal itu Nabi menggambarkan kepada kita,
bahwa orang yang mencintainya akan dido’akan oleh Nabi untuk berjumpa
dengan Allah swt. Allah akan ridha kepadanya dan dia ridha kepada Allah.
Dia tersenyum melihat Allah dan Allah tersenyum melihatnya.
Rasulullah
bersabda, “Belum beriman kamu sebelum aku lebih kamu cintai daripada
dirimu, anak-anakmu, dan seluruh ummat manusia.”. Meski hadis ini
menunjukkan wajibnya "Cinta Nabi", namun ternyata, cinta yang diinginkan
Nabi bukanlah cinta yang buta. Cinta yang buta adalah cinta yang tidak
berlandaskan kasih dan sayang. Cinta membara yang menghalalkan segala
cara, meski itu demi Nabi, demi Islam, ternyata adalah cinta yang salah
kaprah.
Yang menghalalkan segala cara, merusak kedamaian,
menghancurkan dan membom apa saja, menumpahkan darah siapapun, meski
atasnama cinta Nabi, semua itu justru tidak akan mendapat sambutan Sang
Nabi Tercinta. Cintanya orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi
dengann dalih agama, demi Islam, demi Allah, demi Rasul adalah cinta
palsu. Itulah cinta tektualis, cinta teoritis, cinta yang buta yang tak
ada wujudnya.
Tidak ada komentar:
Tulis komentar