25 November 2012

Kerangka Teori Metode B. Arab

 



Munculnya metode pembelajaran bahasa Arab, baik metode tradisional seperti metode qowaid dan terjemah, maupun metode modern, setidaknya didasari setidaknya didasari oleh 2 kerangka teori; yakni:
  1. Teori Linguistik yakni teori tentang bahasa itu sendiri.
  2. Teori Psikologi Pembelajaran Bahasa.
Kedua landasan teori itulah yang digunakan untuk mengembangkan metode pembelajaran bahasa.

Teori psikologi pembelajaran bahasa menegaskan bahwa orang belajar bahasa harus dengan stimulus-respon. Ini artinya belajar bahasa menuntuk keaktipan pembelajar. Namun, apa yang disebut stimulus tidak harus datang dari pihak luar atau dari orang lain, melainkan bisa diciptakan oleh pembelajar sendiri.

Teori psikologi pembelajaran bahasa ada beberapa aliran atau madzhab antara lain:

1.     Madzhab Behaviorisme

Tokohnya antara lain: Thorndike yang berpandangan bahwa belajar bahasa dilakukan dengan teori trial and error yang bisa dilakukan oleh guru dengan melatihkan pembelajar secara berulang-ulang. Ini menuntut guru harus pandai merekayasa lingkungan pembelajaran. Atas dasar pandangan inilah muncul metode al-samiyah syafahiyyah (aural oral approach). Yakni, metode yang melatihkan kemahiran pendengaran dan kemudian melatihkan pengucapan secara baik dan benar. Metode ini menitik beratkan pada kegiatan reinforcement atau al-ta’ziz, yang medianya bisa menggunakan media tadribat, menghafal kosakata, dialog dan latihan pola-pola kalimat.

2.    Madzhab Kognitif

Madzhab ini menyatakan bahwa lingkungan bukanlah penentu hasil pembelajaran. Pembelajar pada saat menerima stimulus mempunyai hak untuk menentukan pilihan respon yang sesuai. Pengikut madzhab ini adalah Noam Chomsky yang berpandangan bahwa setiap orang memiliki kesiapan fitrah untuk belajar bahasa. Sejak lahir setiap oaring telah dibekali Allah SWT piranti pemerolehan bahasa (jihaz  iktisab al-lughah).

Karena itu dalam hal berbahasa ada dua istilah yang perlu dipahami yaitu (1) ta’allum al-lughah (pengajaran bahasa) dan (2) iktisab al-lughah (pemerolehan bahasa).

Teori linguistik atau teori kebahasaan juga turut mendasari lahirnya metode dan perkembangannya. Teori kebahasaan ini mendasari cara pandang terhadap hakikat bahasa. Dari teori ini lahir dua aliran atau madzhab:

1.     Aliran Struktural

Aliran ini dipelopori oleh Ferdinan de Saussure. Menurut aliran ini bahasa adalah:
  1. Ujaran (lisan) dan bukan tulisan.
  2. Kemampuan bahasa diperoleh melalui latihan pembiasaan dan pengulangan. Jadi bukan mengalihkan dari bahasa pembelajar ke dalam bahasa target (BT).
  3. Tiap bahasa mempunyai system yang berbeda dari yang lain.
  4. Tidak ada bahasa yang bisa dinyatakan unggul atas bahasa yang lain.
  5. Semua bahasa yang hidup mengalami perkembangan baik kosa kata maupun pola dan strukturnya.
  6. Sumber baku bahasa adalah penutur bahasa tersebut. Dari sinilah muncul ungkapan “ bahasa adalah apa yang diucapkan dan bukan apa yang seharusnya diucapkan.”
Proses pembelajaran bahasa menurut aliran struktural ini adalah :
  1. Pembiasaan, latihan dan menirukan harus diintensifkan
  2. Kemahiran berbahasa harus dimulai dari mendengar, berbicara, membaca dan menulis.
  3. Pendekatan pembelajaran bahasa bisa memanfaatkan analisis kontrastif (dirasah taqabuliyah) untuk mencari sisi kesamaan antara bahasa pembelajar dengan bahasa target dan mencari perbedaan-perbadaannya.
  4. Perlunya contoh penuturan yang fasih menyangkut bunyi-bunyi, termasuk yang  harus dibaca panjang dan pendek. Juga kefasihan struktur agar tidak terkesan mengarabkan struktur Indonesia.
 Dari dasar kedua teori baik linguistik maupun teori psikologi pembelajaran bahasa inilah muncul metode audiolingual.

2.    Aliran Generatif-Transformasi

Tokoh aliran ini yang terkenal yaitu Noam Chomsky.Menurut teori ini bahasa itu terdiri dari dua struktur yaitu struktur dalam (al-bina al-asasy) dan struktur luar (al-bina al-dhahiry). Misalnya ketika orang mengatakan “ Al-muwaddhof ? Itu sama dengan kalau ia mengatakan “ hal anta muwadhof ?

Selanjutnya menurut Chomsky kemapuan seseorang dalam berbahasa ada dua macam yaitu kompetensi ( al-kafa’ah) dan performasi (al-ada’). Ini artinya, kemampuan seseorang dalam hal berbahasa antara kompetensi dengan performansi berbeda dan tidak berbanding lurus. Kemampuan al-ada’ lebih rendah dari kemampuan kompetensinya, baik dalam bahasa lisan maupun dalam bahasa tulisan.

Menurut Chomsky kemampuan seseorang tentang tatabahasa baru berada pada kompetensi linguistik belum pada kemahiran berbahasa.

Memang kemampuan seseorang dalam berbahasa pun dapat dibedakan menjadi:
  1. Kemampuan berbahasa sekedar dapat dipahami “ Al-lughoh al-mufahhamah
  2. Kemampuan berbahasa fasih” Al-lughoh al-fasihah
  3. Kemapuan berbahasa indah Al-lughoh al balighoh
Berdasarkan teori transformasi generatif, maka pembelajaran bahasa dilakukan dengan mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut:
  1. Bahwa kemampuan berbahasa merupakan sebuah proses kreatif. Karena itu pembelajar harus diberi kesempatan yang luas untuk mengkreasi ujaran-ujaran dalam situasi komunikatif, bukan sekedar menirukan dan verbalisme.
  2. Pemilihan materi tidak ditekankan pada hasil analisis kontrastif melainkan pada kebutuhan komunikasi.
  3. Kaedah nahu hanya diberikan bila diperlukan dan lebih bersifat implicit untuk mendukung kemahiran berbahasa.
Demikian, semoga membantu para pengajar dan praktisi pendidikan dalam mengembangkan teori dan metode pembelajaran bahasa Arab yang lebih komunikatif dan interaktif di masa depan.

Tidak ada komentar:
Tulis komentar