31 Mei 2017

Melihat dengan Mata Allah

 


Allah adalah Dzat Yang Maha Melihat. Dia menyaksikan segalanya, dari yang terkecil hingga terbesar. Ia mengawasi dan meneliti apa saja hingga tak ada satupun yang luput dari pandangan-Nya. Dia tidak terbatasi. Tidak ada yang tersembunyi bagi-Nya karena Dialah Sang Maha Lahir dan Batin.
Puasa sejatinya melatih manusia supaya mampu melihat dengan "mata" Allah. Puasa mengajak manusia jujur dan ikhlas, mentaati aturan dan kehendak Allah dalam kesendirian maupun keramaian. Meski setetas air, orang yang berpuasa tidak akan meneguknya, walaupun kesempatan untuk itu terbuka lebar, kapan saja, dan tidak akan diketahui siapapun kecuali dirinya sendiri dan Allah.
Saat manusia mampu melihat dirinya sendiri dengan sedalam-dalamnya, mengetahui kelemahan, kebodohan, kekerdilan dan semua hal remeh-temeh yang diproduksi hawa nafsunya, maka sebenarnya Ia sedang berusaha melepas belenggu dirinya untuk dapat suci dan bersih dari segalanya, sehingga ia siap bersama Allah. Nah, ketika sudah bersama Allah, berarti dialah orang bertaqwa itu.
Salah satu tanda taqwa yang sebenar-benarnya taqwa adalah kebersamaan hamba dengan Allah. Ia selalu melihat sekelilingnya dengan "mata" Allah. Pandangannya begitu luas, melebihi batas, tajam, akurat, penuh perhitungan, tidak gegabah dan menyejukkan.
Penilaiannya dalam memandang sesuatu, tidak lagi sebatas hitam-putih, tapi aneka ragam warna dinikmatinya dengan indah. Penglihatannya sudah melebihi standar dan batasan yang sifatnya sempit. Ia benar-benar berjiwa besar, dadanya lapang, pikirannya luas menembus batas. Dan, semua itu bisa dilalui puasa.
Penglihatannya sudah tidak terikat surga-neraka lagi. Pujian dan cercaan adalah sama. Antara orang yang taat alim dan yang maksiat awam, dilihatnya sama. Melihat ibadah, ingin sekali ibadah yang ikhlas. Melihat maksiat, ingin sekali bertaubat. Segalanya bermuara positif. Tidak ada pikiran dan nafsu negatif, sebab semuanya telah dikekangnya melalui lapar dan haus yang tak lagi menjadi penghalang baginya. Ia hanya berbuat demi Allah semata.
"Puasa itu milik-Ku", demikian firman Allah dalam hadis qudsi. Maka, sudah semestinya orang yang berpuasa melihat dengan "mata" Allah agar terbebas dari dirinya sendiri.

Tidak ada komentar:
Tulis komentar