13 September 2017

LEZATNYA IBADAH

 


Suatu hari, Syekh Abu Yazid al-Bustomi kedatangan tamu. Lalu, tamu itu bertanya, "Syekh, kenapa saya belum juga merasakan lezatnya ibadah?". Syekh menjawab:

"Karena kau masih menyembah ibadah. Jika kau menyembah Allah, maka kau akan merasakan lezatnya ibadah".

Jawaban yang sungguh luar biasa dan di luar dugaan. Sang Syekh ingin menegaskan kembali, bahwa seharusnya yang kita sembah itu hanya Allah semata. Tuhan Yang Maha Esa. Satu-satunya Dzat yang berhak dan wajib disembah, bukan yang lain. Menyembah dan mengabdi kepada-Nya, jelas akan melahirkan kedamaian, ketenangan, sikap pasrah dan tawakkal hanya kepada-Nya.

Menyembah Allah itu sungguh mudah. Dia adalah Dzat Yang Wujud. Adanya adalah mutlak. Dia selalu mudah diketahui, dilihat, dirasakan dan diimani kapanpun, dimanapun dan dalam keadaan apapun.

Beda dengan menyembah ibadah. Ada banyak cara dalam menyembah yang kerapkali menimbulkan pro dan kontra. Banyak yang dari dulu asyik bertikai di jalan, mempedebatkan cara, membela wasilah, bahkan mempertuhankan "ibadah"nya sendiri. Padahal, semestinya hanya Allah saja yang wajib disembah. Bukan "tuhan" yang diciptakan oleh persepsi dan ijtihad makhluk.

"Aku tidak menciptakan manusia dan jin melainkan hanya untuk menyembah-Ku", tegas Allah dalam firman-Nya supaya manusia sadar bahwa yang harus disembah itu Allah, bukan lainnya.

Jika manusia telah menyembah Allah semata, maka ia akan merasakan lezatnya ibadah. Jika belum, maka perlu dievaluasi. Jangan-jangan, yang disembah bukan Allah, tapi yang lain.

"Allah, ampuni aku. Aku bersaksi, hanya Kau Tuhanku yang aku sembah".

Tidak ada komentar:
Tulis komentar