HU ( ه )

10 April 2019 atau 5 Sya'ban 1440, kali pertama, NASA berhasil memotret supermassive "Black Hole", lubang hitam di pusat galaksi yg disebut Messier 87, sekitar 55 juta tahun cahaya. SubhanuHu.

Dari jauh, ia tampak seperti titik (.) Persis titik huruf Ba' (ب) yg konon ingin dipelajari Sunan Kalijaga hingga harus bertapa, menyelami segala yg wujud, mencari dan menemukan sirr dari semua wujud. Ketika titik Ba' diwujudkan, maka ia menjadi bisa dibaca "Bii" (بي) yg apabila diteruskan: (بي كان ما كان وبي يكون ما يكون), "DenganKu, ada apa yg telah ada, dan denganKu pula akan ada apa yg akan ada".

Dari jauh, ia tampak spt Ha' (ه), terserah mau disebut dan dibaca apa. Yg jelas, Dia adalah Dia. Hu huwa Hu. Dia itu sirr. Rahasia. Rahasia dari segala yg wujud. Begitu sirr-nya Dia hingga sirr-Nya dilambangkan dg warna hitam. The Black. Sawad, Saada, mulia, luhur, agung, kuasa, dan meliputi segalanya.

Apakah Dia jauh? Tidak! Justru Dia lebih dekat dari segala yg wujud. Lebih terang dari semua yg terang. “In kind of a paradox of nature, black holes, which do not allow light to escape, are some of the brightest objects in the universe,” kata Shep Doeleman, peneliti senior di Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics dan direktur dari proyek Event Horizon Telescope (EHT).

Artinya, "Dalam semacam paradoks alam, lubang hitam, yg tidak memungkinkan cahaya untuk melarikan diri, adalah objek paling terang di alam semesta."

Maka benar, jika sirr dilambangkan hitam dan dzat adalah merah. Potret Black Hole oleh NASA ini menjadi penjelas dari simbol, tanda atau ayat tentang Dia. Merah juga simbol dari nur alias cahaya yg menyinari langit, bumi dan semesta. Dengan begitu, semakin mudah Hu dikenali oleh apa dan siapa saja yg melihat dan merasakan segala wujud yg diterangi cahayaNya.

Saat Hu (ه) terbaca "dhommah" dan didhahirkan menjadi Waw hingga tampak Huw (هو), maka waw itu ada wujud. Yah, Dia itu wujud. Ada. Hanya Dia. Tak ada lainnya. Wujud Mutlak. Hu Allah.