19 Desember 2016

ALEPPO IKU OPO?

 

Aleppo, Suria: Before - After
Puji syukur wajib dihaturkan oleh "umat Islam" paska Aksi 212 yang benar-benar berlangsung super damai, tidak ada kerusuhan, dan semua agenda semisal shalat jumat berjamaah, istighatsah dan maulid akbar terlaksana dengan aman.

Tentu saja, selain peran para ulama dan peserta aksi, juga berkat kerja keras pemerintah khususnya kepolisian yang itu patut diapresiasi. Pasalnya, sebelum, di saat dan sesudah Aksi 212 itu, kepolisian telah berjuang keras membersihkan "sampah-sampah" yang ditengarai akan merusak hajatan akbar tersebut.

Buktinya, orang-orang yang berpotensi makar, langsung diciduk pada pagi hari sebelum Aksi 212 berlangsung. Tak hanya itu, secara estafet, Densus 88 terus bergerak menjinakkan "para pengantin" yang sudah siap bertemu bidadari. Bom berdaya ledak besar juga berhasil disita. Para teroris berbaju "mujahidin" di beberapa kota juga ditangkap. Yang pasti,  jaringan teroris ini akan terus diburu hingga Indonesia benar-benar bersih dari perusak agama dan NKRI.

Inilah fakta, bukan fiksi, apalagi sinetron. Tapi ternyata, sebagian orang yang berotak "katak" malah mencibir jerih payah kepolisian dan dengan seenak dengkulnya, menyebut prestasi penemuan bom ini sebagai "Pengalihan Isu" dari kasus penistaan agama yang tengah menjerat Ahok.

Sementara itu, saat tersiar berita tentang kota  Aleppo yang "merdeka" dari cengkraman ISIS, Saudi, AS, dkk, justru mereka berteriak "Save Aleppo... Save Aleppo". Jangan-jangan, teriakan inilah yang sesungguhnya pengalihan isu untuk menutupi kelemahan jaringan teroris di Indonesia yang kini mulai diberangus oleh Jenderal Tito dan Densus 88. Dan, beberapa teriakan memang berasal sebagian orang yang terhasut media-media mainstrem yang selama ini gemar memutar-balikkan fakta. Kasihan!

Selain teriakan "Save Aleppo", mereka juga mendesak pemerintah untuk mengirim tentara ke Aleppo. Terus, untuk apa pemerintah kirim tentara? Apa untuk membantu ISIS dan kaum pemberontak pemerintahan Bashar Assad? Lha wong rakyat Aleppo sendiri sekarang sedang berpesta karena terbebas dari cengkraman ISIS dan pihak pendukungnya, lha kok ini malah ujuk-ujuk minta kirim tentara, hadeeh.

Perlu diketahui, direbutnya kembali Aleppo oleh pasukan pemerintah Suria, itu artinya Suria yang selama ini anti AS dan Israel adalah negara yang kuat. Prestasi ini sekaligus menjadi tamparan terhadap pihak-pihak manapun yang ingin menjajah dan mendongkel kedaulatan negara Suria pimpinan Bashar Assad. Jelasnya, pemberontak dan pembuat makar, pasti kalah. percayalah!

Dari aspek kemanusiaan, mestinya Aleppo menjadi pelajaran bagi semua pihak, bahwa perang, pembunuhan, kerusuhan dan aksi-aksi anarkhis lainnya adalah merugikan semua umat manusia, apapun agama, suku, bangsa dan negaranya. Perang, baik menang atau kalah, sama-sama menyengsarakan, apalagi perang saudara. Pembunuh dan terbunuh, kata Nabi, sama-sama di neraka.
Lalu, masihkah kita ribut dan asyik bertengkar hanya karena beda sudut pandang dan keyakinan yang bagaimana pun juga sulit untuk disatukan apalagi dengan cara pemaksaan. Sebaiknya, sebelum teriak "Save Aleppo" apalagi mencibir pemerintah RI, ketahui dulu: "Aleppo iku opo?".

Wallahu a'lam.

Tidak ada komentar:
Tulis komentar