1 Desember 2017

MAULID itu RAHMAT

 

Rahmat adalah salah satu sifat Allah, biasa diartikan kasih sayang. "Ummati ummatun marhumah" (umatku umat yang dirahmati), tegas Nabi. Karena dirahmati, semestinya umat Islam saling mengasihi dan juga menebar kasih sayang. Inilah bentuk syukur yang wajib hukumnya untuk diamalkan.
Peringatan Maulid Nabi Muhammad saw harus menjadi momentum bersama untuk menebar kasih, bukan benci. Merangkul bukan memukul. Mengajak tidak mengejek. Mengasihi tidak hanya terbatas pada kesamaan agama, ras, suku, bangsa. Lebih dari itu, semua yang ada di bumi harus dikasihi berdasarkan hadis, "Kasihi yang di bumi, maka kau akan dikasihi oleh yang di langit".
Karenanya, kasih sayang atas dasar kemanusiaan menempati level tertinggi karena cakupannya lebih luas. Sisi kemanusiaan yang secara fitrah saling mengasihi inilah yang didambakan makhluk lain. Ketika manusia sudah saling membunuh dan menghabisi, itu artinya rahmat Allah telah dicabut dari dalam dirinya. Dicabutnya rahmat Allah adalah bencana terbesar dalam kehidupan manusia.
Dari sekian banyak rahmat Allah, yang paling besar tentunya saja adalah eksistensi Nabi Muhammad saw yang diutus sebagai rahmat bagi semesta alam. Saat kita mendapat anugerah dan rahmat, kita diperintahkan untuk bergembira sebagai bentuk rasa syukur.
Jadi, kegembiraan dan kebahagiaan yang diluapkan umat Islam dalam menyambut kelahiran Nabi Muhammad melalui peringatan Maulid Nabi, sesungguhnya adalah aktualisasi dari rasa syukur yang diperintahkan Allah. Dengan kata lain, gembira dengan peringatan Maulid Nabi adalah perintah Allah. Sebaliknya, menolak gembira apalagi menuduh sesat peringatan maulid berarti menentang perintah Allah.
Lalu, apa salahnya merayakan peringatan Maulid Nabi? Toh, momen tersebut dimanfaatkan untuk memupuk cinta dan menebar kasih sayang.
Yang salah itu, datang ke masjid kosongan, pulang bawa buah-buahan sambil tukar sandal, hehehe....

Tidak ada komentar:
Tulis komentar