Romadon awwaluhu rohmah, tegas Nabi. Bahwa sepertiga pertama bulan Ramadan, rahmat Allah dilimpahkan. Umpama kompetisi, 10 hari pertama adalah babak penyisihan. Tak heran, bila setelah masuk 10 hari puasa, banyak orang yang telah tersisih. Jamaah sholat tarawih di masjid-masjid mulai mengalami kemajuan. Maksudnya, sofnya makin maju, jamaahnya kian berkurang. Konsentrasi orang mulai memikirkan sangu atau bekal lebaran. Di beberapa warung, di pojok-pojok pasar, orang mulai berani makan siang terang-terangan dan tidak malu lagi.
Suasana Ramadan sudah mulai tampak biasa dan sama seperti bulan-bulan lainnya. Pejabat keuangan mulai menghitung-hitung THR yang akan dibayar di akhir bulan. Karyawan rela kerja lembur asal dapat tips tambahan. Orang tua mulai gelisah saat anak-anaknya merengek meminta baju baru. Ibu-ibu rumah tangga mulai menimbun makanan yang akan disuguhkan di hari raya. Toko-toko buka lebih awal dan tutup lebih akhir dari waktu biasanya. Ada apa ini? Kenapa grafik ibadah seperti tarawih, tadarrus, i'tikaf dan puasa mulai menurun? Inikah pertanda sesi turunnya rahmat Allah akan berakhir dan tahap turunnya maghfirah atau ampunan Allah yang ada di sepertiga kedua bulan Ramadan segera tiba? Jika iya, maka tak heran banyak orang yang tersisih dan tidak mampu melanjutkan ke babak semifinal.
Rahmat-Ku meliputi segala sesuatu, demikian firman Allah. Rahmat secara leksikal diartikan "kasih sayang" dan masih serumpun dengan kata "rahim".
Menurut Nabi, jumlah rahmat Allah ada 100 dan hanya 1 saja yang dibagikan di dunia. Yah, hanya dengan 1 rahmat itu, manusia, jin, binatang dan seluruh makhluk telah merasakan kedasyatannya. Bukan hanya seorang muslim, tapi yang kafir pun diberi makan dan hidup cukup. Semut tak pernah mati kelaparan. Nyamuk juga dapat jatah minum. Tumbuhan disirami hujan. Walhasil, semua kebagian rahmat Allah, Sang Rahman. Akan tetapi, 99 rahmat yang lain, kata Nabi hanya khusus diberikan kelak di akherat. Fa saaktubuha lil-ladzina yat-taquun, Aku pastikan hanya untuk orang-orang yang bertaqwa, jelas Allah.
Jika itu janji Allah, saya tidak bisa membayangkan betapa nikmatnya rahmat Allah kelak di akherat. Wong hanya 1 rahmat saja, semua makhluk di dunia ini tidak merasakan kekurangan. Sekali lagi, 99 rahmat itu hanya bagi orang yang bertaqwa. Dan, salah satu ciri taqwa adalah puasa. Dengan kata lain, puasa adalah ujian untuk meraih 99 rahmat yang sesungguhnya di akherat nanti. Begitu dasyatnya rahmat besar itu, sehingga dalam ujian berpuasa di 10 hari pertama ini, tidak sedikit orang yang telah gagal.
Saya juga tidak mampu membayangkan apabila rahmat Allah dicabut dari Indonesia ini. Saat banyak masyarakat muslim tidak mampu bersikap rahim dan berbalut kasih sayang ketika dilatih berpuasa, saat itu nafsu begis manusia yang rakus, kejam dan sadis tetap terpelihara dalam daging dan darahnya. Saat banyak orang mulai meninggalkan momentum puasa di sepertiga Ramadan pertama, saat itu pula dapat diprediksi bahwa ke depan akan masih banyak manusia-manusia di negeri ini yang berlaku kejam kepada sesamanya. Pasti kasus-kasus kriminal dan sadisme tidak bisa ditekan, jika angka kegagalan dalam meraih rahmat Ramadan terus bertambah. Akibatnya, kita masih akan melihat anak membunuh orang tuanya, pemimpin menidas rakyatnya, ulama menyesatkan umatnya, pedagang menipu pembeli, murid melawan guru, buruh memaksa majikan dan majikan mendzalimi buruh, korupsi menjadi tradisi dan pembantaian akan terus berlanjut.
Pandangan mengerikan itu akan tetap disaksikan, bila rahmat Allah telah dicabut dan manusia tidak berusaha meraihnya dengan daya juang dan rela berkorban yang salah satu momentumnya berada di awal-awal Ramadan.
Dengan pasrah, saya hanya bisa berdoa, semoga semua umat mukmin di Indonesia tidak gagal di babak penyisihan. Semoga rahmat Allah tetap melimpah di bumi Indonesia. Kabulkanlah, Wahai Dzat Yang Paling Rahim, irhamna....!!
Tidak ada komentar:
Tulis komentar