11 Maret 2011

The World Countries

 

Memasuki abad ke-19, Eropa menggeliat dengan gerakan Renaissance-nya. Berbagai temuan teknologi modern saat itu bermunculan. Tokoh-tokoh dunia seakan terlahir kembali dengan berbagai kreasi dan inovasi. Bersamaan dengan itu, dunia Islam khususnya di Timur Tengah mulai goyang. Model pemerintahan khilafah dan kerajaan, sedikit demi sedikit mulai tergerus oleh arus imperialisme negara Barat. Walhasil, awal tahun 1900-an adalah era kebangkitan benua Eropa dan Amerika.

Pada tahap selanjutnya, muncul model "nation state" atau negara bangsa. Kaum atau komunitas tertentu di sebuah teritorial tertentu, berlomba-lomba membebaskan diri dari penjajahan negara adidaya dan juga dari kekuasaan kerajaan. Akhirnya, negara-negara baru terlahir merdeka dan berdaulat sebagai buah dari perjuangan. Maka, kemerdekaan menjadi hak sebuah bangsa dan penjajahan adalah musuh bersama. Sebab penjajahan hak asasi manusia adalah musuh kemanusiaan, keadilan dan kesejahteraan.

Dalam nation state, kekuasaan bukan lagi milik klan, keluarga, marga atau suku tertentu. Akulturasi budaya dan komunikasi intensif antar berbagai golongan telah melahirkan "kekuasaan bersama" yang lalu dikenal dengan "demokrasi". Sistem kendali kekuasaan yang monoistik, sudah dianggap sebagai praktek manulatif yang hanya akan menghegemoni dan menafikan keberagaman. Karenanya, sistem itu ditentang dan sekali lagi, dianggap menjadi musuh bersama, sehingga kehidupan berbangsa dan bernegara yang demokratis menjadi harga mati untuk ditegakkan dalam nation state.

Ternyata, dalam prakteknya, nation state dan demokrasi, tidak sepenuhnya menjamin sebuah kekuasan akan menjadi milik bersama. Kebanyakan, kursi kekuasaan berlabel demoktasi masih dikuasai oleh wakil-wakil rakyat atau golongan kelas tinggi. Sementara itu, warga negara miskin dan rakyat kecil tetap saja menjadi korban!!

Kini, memasuki era milinium yang ditandai derasnya arus globalisasi sebagai dampak dari mudahnya akses untuk berkomunikasi, jelas berpengaruh terhadap lahirnya komunitas global. Segala informasi dan peristiwa, bisa dengan mudah dan murah diketahui oleh seluruh penduduk dunia. Keberadaan internet benar-benar memiliki posisi signifikan untuk menjalin kemitraan bersama antara warga dunia tanpa mampu disekat oleh dinding kekuasaan.

Realitas di atas, juga memberi kesadaran baru akan pentingnya "kekuasaan bersama" di kehidupan dunia. Bukan hanya setiap negara yang berhak berdaulat di muka bumi ini, namun setiap orang bebas dan berhak berkuasa. Karenanya, wajah globalisasi modern ini lambat laun akan menghapus eksistensi negara adidaya dan juga kelas-kelas negara. Nantinya, tidak ada dan bahkan seharusnya tidak boleh ada negara adidaya yang semaunya bisa menyetir dan mengintervensi negara atau bahkan seorang person di dunia ini. Pun demikian, tidak boleh ada pengkotakan dan diskriminasi status negara. Istilah "negara maju", "negara berkembang", "negara miskin", dan seterusnya, harus dihapus dari percaturan dunia. Mengapa? Sebab, semua komunitas dunia akan menjadi satu dalam apa yang saya sebut dengan "The World Countries" atau "Negara Dunia".

Terkait dengan "Revolusi Timur Tengah" yang kini sedang membara, saya melihat hal itu adalah titik perubahan paling mendasar di Asia untuk sebuah perubahan. Jika dahulu, Eropa bisa berubah karena gerakan renaissance-nya dan Amerika bisa berkuasa atasnama "demokrasi", maka kini Timur-Tengah, terutama komunitas warga muslim, sedang dalam proses perubahan untuk mensejajarkan diri dengan komunitas warga negara dunia yang lain. Artinya, pasca revolusi, reformasi dan suksesi ini, diharapkan akan muncul sebuah perubahan besar melebihi gerakan renaissance dan demokratitasi.

Jika harapan ini benar-benar terwujud, itu artinya, dunia Arab atau Islam akan berkesempatan menunjukkan kepada negara-negara barat bahwa kaum musliminlah yang berhak menjadi khalifah atau adidaya yang sesungguhnya dalam percaturan dunia. Setelah itu, konsep ekonomi syariah, pemerintahan demokratis yang benar-benar dilandasi semangat syura, pendidikan rabbani, dan segala aspek lainnya patut ditawarkan menjadi sistem kehidupan bersama dalam satu dunia, The World Countries. Semoga.

Tidak ada komentar:
Tulis komentar