26 Agustus 2011

Lebaran sebagai Cobaan

 


Hari Raya Idul Fitri telah di depan mata. Sebentar lagi, bulan Ramadan yang penuh berkah, rahmat dan ampunan ini akan segera berakhir. Bukan hanya itu saja, segala aktivitas ritual ibadah yang biasanya terselenggara di masjid atau surau seperti tadarrus al-Quran, shalat berjamaah, dan sebagainya, juga akan segera berkurang atau malah lenyap sama sekali.

Sementara itu, segala persiapan terkait perayaan Idul Fitri sudah maksimal diupayakan. Mulai dari perbaikan jalan, penyediaan alat transportasi, belanja aneka makanan dan minuman, persediaan baju baru dan sebagainya, semua demi sebuah perayaan yang hanya berlangsung sehari.

Demi hari raya itu, muncul istilah "mengejar setoran", "memburu THR", "mencari zakat dan sedekah", dan lain sebagainya yang berhubungan dengan pemuasan kebutuhan materi. Hampir semua orang ingin tampil beda dengan dandanan baru, model rambut baru, handphone baru, mobil baru, rumah baru, atau apapun pokoknya ada yang beda dan baru.

Akibat tuntutan tersebut, lalu tidak sedikit orang yang "gelap mata". Cara apapun ditempuh, asalkan pada saat lebaran, semua kebutuhan dan keinginan tercapai. Tidak peduli menghalalkan yang haram, membolehkan riba, melakukan penipuan, pembiusan, menjual barang terlarang dan segalanya asal menghasilkan uang demi tunjangan hari raya.

Karena itu, malam-malam terakhir bulan Ramadan yang di sana ada malam "Lailatul Qodar" dan janji Allah tentang pembebasan dari siksa api neraka, menjadi terlalaikan. Ekspektasi berlebih, semangat mengisi Ramadan di saat menyambutnya dahulu, kini telah mulai luntur. Semua asa dan semangat beribadah secara maksimal, ternyata hanya kalah dengan satu kalimat: "Mempersiapkan Lebaran".

Jika memang demikian, maka tidak berlebihan, apabila posisi lebaran tak ubahnya sebagai ujian atau cobaan; seberapa kuat tingkat istiqamah kita dalam meningkatkan ketaqwaan seiring dengan kenikmatan hari raya yang telah ada di depan mata? Sanggupkah kita berjuang di bulan Ramadan hingga detik-detik terakhir untuk terus menahan nafsu dan mengendalikan diri? Mengingat, godaan dunia untuk merayakan lebaran yang serba mewah, semakin hari semakin kuat.

Sangat tepat, jika Rasulullah saw bersabda, "rubba shaimin laysa lahu min syiyamihi illal juu' wal 'athasy", betapa banyak orang yang berpuasa tapi ia tidak memperoleh apapun dari puasnya kecuali rasa haus dan lapar.

Kegagalan itu, salah satu adalah akibat yang bersangkutan tidak kuat menerima cobaan bernama hari raya Idul Fitri.

Tidak ada komentar:
Tulis komentar