28 Agustus 2011

Lebaran Dunia atau Akhirat

 


Ada 2 kegembiraan yang dirasakan oleh orang yang berpuasa, sabda Nabi. Pertama, kegembiraan saat berbuka puasa, dan kedua, kegembiraan ketika nanti bertemu Tuhannya.

Menurut para ulama, kegembiraan pertama bisa bermakna dua, yakni gembira setiap hari ketika waktu maghrib tiba. Saat itu, ada kenikmatan tersendiri bagi orang yang telah menjalankan ibadah puasa sepanjang hari. Yang kedua adalah kegembiraan saat hari raya idul fitri. Inilah puncak kegembiraan yang hanya bisa dirasakan oleh orang yang berpuasa. Selain mereka, tentu saja ada orang yang bergembira meski tidak puasa atau puasanya lubang-lubang. Akan tetapi pada hakikatnya, hanya kegembirannya itu bersifat semu dan belum berarti apa-apa kecuali tersalurnya hawa nafsu duniawi belaka.

Jadi, secara garis besar, dapat disimpulkan bahwa orang yang berpuasa Ramadan akan merasakan 2 hari raya; hari raya Idul Fitri di dunia dan hari raya di akhirat saat ia bertemu Allah swt.

Selamat Berhari Raya, Mohon Maaf Lahir dan Batin

Demi merayakan hari raya di dunia, manusia harus merasakan lapar dan haus, banting tulang, bila perlu kerja siang-malam. Harapannya adalah THR besar untuk persiapan perayaan lebaran. Bahkan, ada yang harus mudik dan rela berdesak-desakan. Kalau perlu, untuk sementara tidak puasa dengan alasan rukhsah (dispensasi). Pasar diramaikan, aneka kue disimpan, baju baru disiapkan, dan sebagainya hanya perayaan hari raya di dunia.

Sedemikian beratnya upaya untuk merayakan hari raya di dunia, lalu bagaimana dengan hari raya di akhirat? Tentu seharusnya lebih berat. Untuk merayakan hari pertemuan dengan Tuhan, tidak cukup dengan baju baru, hidangan serba lezat atau berbagai kebutuhan apapun yang sifatnya materi.

Hari Raya di akhirat, tentu harus dibekali dengan amal shalih. Antara lain, dengan berpuasa secara baik dan benar dengan memperhatikan syarat dan rukunnya. Bahkan, bila perlu, berpuasa ala para Nabi yang tidak hanya untuk menahan lapar dan haus, tapi juga untuk menahan diri dari sifat-sifat tercela dan terus mengingat Allah swt.

Hari Raya di akhirat, tentu harus dipersiapkan secara serius dengan cara menunaikan semua perintah dan anjuran agama, semisal zakat fitrah dan zakat maal, sedekah dan infaq, bermaaf-maafan, banyak bertakbir dan berdzikir, shalat tarawih, witir, tahajud, tasbih dan shalat-shalat sunnah lainnya.

Adanya Nuzul Quran di pertengahan Ramadan, adanya Lailatul Qodar di salah satu malam, adanya janji tentang Bab Rayyan atau pintu khusus di surga bagi orang yang berpuasa, semua itu menunjukkan rahmat Allah kepada hamba-Nya agar semua keutamaan yang secara spesial hanya ada di bulan Ramadan ini, benar-benar dikejar dan diraih untuk persiapan lebaran di akhirat kelak.

Tapi sayangnya, kenikmatan dan kemeriahan lebaran akhirat tidak banyak diupayakan. Dengan nafsunya, manusia justru terjebak pada perayaan hari raya di dunia saja. Sekarang, pilihannya hanya ada 4. Mau berhari raya di dunia dan di akhirat? Atau, di akhirat saja? Atau, hanya di dunia saja? Atau, tidak di dua-duanya?

Tidak ada komentar:
Tulis komentar