Rakyat Palestina tengah memperjuangkan nasibnya. Negara mereka ingin
diakui oleh dunia internasional, khususnya Barat, melalui forum
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Yah, mereka cuma ingin menjadi anggota
saja. Tapi ternyata, tidak semua negara mau secara legowo menerimanya.
Ada
apa ini? Mengapa Amerika yang sedari awal menyatakan diri sebagai
negara paling demokratis, justru masih pikir-pikir untuk menerima
"pinangan" Palestina? Bahkan, kabarnya USA mengancam akan mengeluarkan
"hak veto"-nya untuk menolak mentah-mentah harapan rakyat Palestina
sehingga muncul 2 kubu; antara yang menerima dan yang menolak.
Rusia,
Cina, India yang notabene-nya adalah negara-negara yang mayaritas
penduduknya tidak memeluk agama samawi (baca: Islam, Kristen, Yahudi),
justru mendukung negara Palestina merdeka. Artinya, mereka sangat paham
betul dengan arti kemanusiaan. Mereka justru lebih mendalami pentingnya
nilai-nilai humanitis dan lebih mengedepankan arti persamaan sebagai
warga dunia daripada negara-negara yang selama ini "dekat" dengan ajaran
samawi tapi malah mengabaikan sisi-sisi kemanusiaan dan perdamaian
dunia.
Menyebut "Palestina", pasti yang tergambar adalah
bahwa negara itu adalah negara Islam yang dihuni oleh mayoritas umat
Islam. Apakah negara-negara Barat, terutama Amerika yang pada jajaran
kekuasaan politik maupun ekonomi dikuasai Yahudi dan Nasrani, mereka
menolak Palestina hanya gara-gara beda agama. Sementara dalam melihat
Israel, mereka justru membela mati-matian meski secara faktual, telah
berkali-kali Israel memakan korban di Palestina?!
Ataukah,
boleh jadi Amerika dan sekutunya yang menolak kemerdekaan dan
keanggotaan Palestina di PBB memang menghendaki Palestina akan terus
berkobar dalam konflik dan membara dalam perang agar supaya USA dan NATO
bisa bebas melakukan intervensi di Timur Tengah atasnama perdamaian,
padahal sejatinya mereka sengaja ingin tetap menerapkan teori konspirasi
lalu memanfaatkan konflik sebagai "barang dagangan".
Atau, boleh
jadi, kaum Yahudi dan Nasrani di belahan dunia manapun, termasuk di USA
masih tidak bisa melupakan "luka lama" terhadap Islam. Padahal, antara
Islam, Nasrani maupun Yahudi, secara genelogi, masih satu kerabat alias
sama-sama anak turun Nabi Ibrahim. Tidak bisakah ada perdamaian?
Sebuah
pertanyaan yang mudah disampaikan atau bahkan dijawab, tapi tidak mudah
diterapkan. Inikah yang dimaksud oleh Al-Quran, "Wa Lan Tardha 'Ankal
Yahudu Wa Lan Nashaara.....", bahwaa Yahudi dan Nasrani tidak akan rela
terhadap kamu (Muhammad/Islam) hingga umat Islam mengikuti aturan atau
ajaran mereka? Inikah yang dimaksud oleh Allah, bahwa memang kaum Yahudi
"assyaddu kufran wa nifaqan", mereka lebih keras dalam menentang dan
memerangi umat Islam?
Benar kata Gus Dur, “Selama Amerika
menerapkan “Standard Ganda”, maka perdamaian di Timur Tengah tidak akan
pernah terwujud”. Yah, selama USA, PBB, Nato, negara-negara Barat tidak
adil, membela Israel di satu sisi, tapi membiarkan Palestina menderita
di sisi lain. Memerangi terorisme di satu sisi, tapi di sisi lain juga
menyerang dan melakukan agresi militer terhadap negara lain yang telah
berdaulat.
Jika masing-masing pemeluk agama hanya melihat
pada teks, lalu mengingat-ingat peristiwa perang atasnama agama di masa
lampau, maka hingga kapanpun luka lama itu tidak akan sembuh. Dendam,
iri hati, bibit permusuhan akan terus bergejolak selama masing-masing
menyembah teks, mempertahankan ideologi dan harga diri.
Seharusnya,
selain teks, kita semua dan negara-negara Barat khususnya, juga melihat
konteks, melihat realitas masyarakat dunia yang kini mulai tumbuh
kesadarannya untuk hidup damai dan berdampingan. Apa yang terdapat dalam
teks, selalu tidak lepas dari interpretasi demikian pula dalam membaca
konteks.
Oleh sebab itu, sebaiknya ego-ego pribadi maupun
golongan atasnama apapun, termasuk atasnama agama, harus dikesampingkan
demi terciptanya perdamaian abadi. Menolak Palestina atau negara manapun
di dunia untuk bisa masuk ke dalam organisasi PBB, sama dengan menolak
terciptanya persamaan hak asasi dan mencederai rasa kemanusiaan.
Tidak ada komentar:
Tulis komentar