Orang tua yang melihat anaknya menginjak usia remaja, sedikit banyak
mengkhawatirkan adanya pergaulan bebas, terutama ketika si anak duduk di
bangku SMA atau kuliah. Kenyataan ini tidak bisa dipungkiri lagi.
Mengingat, merebaknya kasus LKMD alias Lamaran Kari Meteng Disek, Hamil
Dulu Baru Nikah!
Berpacaran, bagi kawula muda, mungkin
sudah biasa. Bahkan, di mata siswa sekolah atau mahasiswa, sekolah tanpa
punya pacar bagaikan makan tanpa krupuk "Cinta". Hambar, kurang gentle,
kuper, ngak gaul, pecundang dan istilah-istilah yang menggugah nafsu
birahi atau keberanian untuk "melahap" anak gadis orang lain.
Sebenarnya,
pria atau wanita yang cuma berani pacaran, tapi tatkala salah satu
pihak diminta serius untuk menikahi pacarnya lalu masih pikir-pikir
adalah pecundang! Biasanya muncul berbagai alasan mengapa mereka cuma
mau pacaran tapi tidak berani segera melanjutkan ke jenjang pernikahan.
Ada
yang beralasan "masih penjajakan", "sebagai langkah awal pengenalan",
"perlu persiapan lahir-batin", "belum kerja", "masih terlalu muda",
"tidak direstui orang tua", "belum serius ke arah situ", dan
alasan-alasan lain yang itu menunjukkan bahwa dia, sekali lagi, adalah
pecundang sebenarnya, penakut dan tidak serius untuk hidup bahagia.
Seharusnya,
kalau sudah tahu bahwa pernikahan itu memang membutuhkan berbagai macam
kesiapan; jasmani, rohani, tingkat ekonomi, pekerjaan tetap,
kemandirian, persetujuan keluarga kedua belah pihak, dan lain
sebagainya, maka pacaran itu tidak perlu dilalui. Berpacaran, apalagi
saat masih studi di tingkat menengah, pada hakikatnya hanya
membuang-buang waktu produktif.
Seorang siswa SMA yang
seharusnya bisa belajar dengan serius, memperdalam berbagai ilmu
pengetahuan serta keterampilan, pada akhirnya menjadi terbengkalai hanya
gara-gara mikirin kekasih yang hakikatnya tidak ingin dimilikinya
karena cuma sekedar berpacaran, bukan serius menuju ke jenjang
pernikahan.
Ada juga yang berkata, "Dengan punya pacar,
sekolah tambah rajin". Ya, benar. Tambah rajin pacaran dan menambah
dosa. Dia masih belum tahu akibat perbuatannya itu yang pastinya akan
disesali di masa yang akan datang.
Ada juga yang berkata,
"Sejak punya pacar, prestasi saya makin bagus". Oke, prestasi baik
adalah pencapaian di bidang studi, tapi tidak dalam hidup. Sebab,
sebenarnya ia masihlah seorang pecundang dan tidak cerdas. Seandainya ia
pemberani dan mengaku sebagai ilmuwan yang bertanggung jawab, maka
pasti ia akan mengajak pacarnya untuk menikah. Sebab, menikah bagi orang
yang cerdas, dilihat sebagai ibadah.
Ada yang bilang,
"Kami berdua pacaran demi persiapan masa depan. Toh, orang tua kami
sudah saling mengetahui". Inilah tanda kiamat. Orang tua yang semestinya
khawatir terhadap pergaulan bebas dan menghindarkan anak-anaknya
terjerumus dalam perzinaan. Anehnya, orang tua yang kejam justru menjadi
"imam" bagi anak-anaknya menuju ke neraka!
Sesungguhnya
yang dipersiapkan oleh mereka yang mengotori ibadah atasnama cinta
adalah jalan menuju kehancuran, bukan kebahagian. Kelak, ketika
benar-benar menikah, persoalan rumah tangganya akan jauh lebih berat
dari yang mereka bayangkan. Percayalah!
Jika Anda punya
pacar dan serius untuk menuju kebahagian di masa depan, segeralah
menikah, sebab pernikahan adalah ibadah dan jenjang untuk mencapai
derajat kemuliaan. Jika Anda belum siap menerima derajat mulia itu,
segera katakan: "Sayonara kekasihku, aku akan tetap mencintaimu sebagai
saudara sebagaimana aku mencintai diriku sendiri".
Tidak ada komentar:
Tulis komentar