1 Desember 2011

BeckhaMania

 


David Beckham benar-benar memiliki daya magic yang sanggup menyedot jutaan pemirsa dan pecinta sepak bola untuk menyaksikan aksi-aksinya. Meski harga tiket di gedung Gelora Bung Karno meroket hingga 500% dari biasanya, namun antusias para penggila bola dan fans berat sang idola tetap tak surut. Mereka berduyun-duyun hadir demi melihat Beckham.

Yah, Beckham bukan sekedar pesepakbola biasa, tapi ia adalah seniman bola, ikon bagi klubnya, idola para supporter dan juga idola para pemain bola. Kesuksesan Beckham bukan hanya di dalam lapangan hijau, tapi di luar itu, suami Victoria tersebut juga laris manis membintangi iklan berbagai produk berkelas dunia. Ia juga kerap ditunjuk sebagai duta dalam berbagai event. Walhasil, Beckham adalah ikon dan brand dunia yang layak jual.

Ada banyak pelajaran memang yang bisa dirasakan para pemain Timnas Indonesia saat berlaga melawan LA Galaxy, tadi malam, 30 Nopember 2011. Kolektivitas, sportivitas dan akselerasi bermain bola yang akurat telah ditunjukkan para seniman bola kelas dunia. Laga 2x45 menit sanggup memuaskan hati para penonton. Ini yang penting, sebab sepokbola di era industri saat ini, tidak sekedar permainan olahraga, tapi juga sportainment yang wajib menyuguhkan hiburan.

Memang, Beckham tidak mencetak gol. Tendangan bebas ala Beckham yang terkenal ampuh itu, tidak mengoyak jala gawang Timnas Indonesia. Tapi Beckham tetaplah Beckham. Di dalam dan di luar lapangan, ia adalah sosok yang tercipta sebagai bintang. Yang antiklimaks dari penampilan Beckham, justru tersaji saat ia mentackling keras Andik Firmansyah yang tadi malam tampil luar biasa. Akibat pelanggaran itu, lalu sepanjang pertandingan berlangsung, setiap Beckham menguasai bola, ia diteriaki "hu...hu...." oleh para penonton yang memadati GBK.

Bukan bintang namanya, kalau tidak sanggup mengambil hati para idolanya. Beckham seakan ingin para supporter Indonesia tidak sekedar melihat raut wajahnya yang tampan, tapi lihatlah bagaimana atlit bermain fair play. Beckham seakan ingin mengalihkan dukungan para pemirsa tertuju kepada Timnas, bukan kepada dirinya. Terakhir, yang menarik dari Beckham adalah saat ia hanya mau bertukar kaos dengan Andik Firmansyah karena merasa bersalah.

Peristiwa inilah yang membuat Beckham berhasil mengambil hati penonton. Meski ia tidak mencetak gol, mentackling keras, tapi ia berhasil membalikkan keadaan. Penonton yang sebelumnya meneriakkan hu..hu...., diubahnya menjadi standing aplaus untuk sang bintang.

Benar-benar sikap yang luar biasa dari Beckham. Itulah takdir sang maestro. Beda dengan takdir Timnas Indonesia. Sebagai bangsa yang besar, ternyata kita masih di kelas "penonton" yang katanya ingin terus belajar dan mengambil pelajaran. Tapi, keinginan hanya sekedar keinginan. Pertandingan hanya selesai sebagai permainan. Tontonan hanya bermuara pada keinginan meraih pendapatan sebesar-besarnya dan memuaskan hati para bolamania.

Akan tetapi, di luar itu, Timnas kita tetap jauh dari prestasi. Meski kualitas permainan meningkat, namun kekalahan seakan menjadi teman akrab bangsa Indonesia. Bukan hanya di sepak bola, tapi hampir di semua bidang, kita sebagai bangsa selalu menjadi pecundang.

Semua yang disaksikan dan disuguhkan kepada bangsa ini, hanya sekedar tontonan, bukan tuntutan. Fenomena yang tampak di depan mata, tidak membekas dalam tindakan dan kenyataan, tapi dianggap sebagai hiburan yang berlalu.

Setelah nanti Beckham dan LA Galaxy pulang, PSSI kita tetap saja bertengkar antara kompetisi ISL atau IPL. Atau, kabar pro-kontra penunjukan Syahrini yang dinilai oleh beberapa kalangan sebagai wakil wanita Indonesia yang genit di mata ikon dunia. Dengan pede-nya, mantan pasangan Anang itu berkata, "Beckham curi-curi pandang melihat aku". Benar-benar memalukan!!

Yah, beginilah Indonesia. Semua dikembalikan ke nafsu dan syahwat. Sayang sekali memang. Meski menghadirkan Sang Maestro, David Bechkam, kita masih tetap asyik dalam konflik dan tidak pernah bisa belajar dan meraih prestasi ke level yang lebih tinggi hingga kegagalan dan kekalahan menjadi teman akrab kita.

1 komentar:
Tulis komentar