Segala sesuatu, ada kelemahan dan kekurangannya. Hanya Allah Yang
Maha Sempurna. Demikian pula dengan model pendidikan dan berbagai aneka
produk teknologi. Meski terlihat hebat, baru, mewah dan wah, tapi tetap
saja ada kekurangannya.
Tulisan ini sedikit akan membahas
kelemahan E-Learning sebagai sebuah sistem dan konsep pendidikan
berbasis elektronik dan mengandalkan jaringan internet. Ada memang
kelebihan e-learning dan banyak juga dibanding model pendidikan
konvensional atau tradisional yang diterapkan selama ini. Namun, sekali
lagi, e-learning juga memiliki ruang kelemahan yang dengan mengetahuinya
bisa diantisipasi oleh pada akademisi dan praktisi pendidikan yang
hendak menerapkan e-learning.
Menurut Bullen (2001) dan
Beam (1997), paling tidak ada 8 kekurangan dalam pembelajaran berbasis
elektronik dan networking, yaitu:
1. Kurangnya interaksi
antara dosen dan mahasiswa atau bahkan antar mahasiswa itu sendiri.
Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya values dalam
proses belajar dan mengajar.
Interaksi secara
face to face, bahkan harus dilakukan untuk beberapa mata pelajaran
tertentu, seperti: belajar ilmu tajwid atau baca al-Quran yang menurut
para ulama Quran harus musyafahah (saling melihat lisan) sehingga
keharusan ini jelas tidak mungkin pada model e-learning. Mungkin, bisa
saja belajar face to face ilmu tajwid melalui e-learning karena saat ini
sudah ada jaringan super cepat semisal 3.5 G yang memungkinkan ada
model video call, atau murid bisa merekam bacaannya lalu dikirim ke
guru. Namun, tehnik semacam ini jelas butuh waktu lebih lama daripada
model konvensional, butuh koneksi cepat, butuh dana besar, dan yang
jelas makin ribet. Karena itu, tidak semua pelajaran bisa dengan
e-learning.
2. Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis (komersial).
Adanya
programmer yang bisa membuat program berwajah pendidikan, jelas membuka
ruang bisnis. Seorang guru bisa saja membuat pasword untuk file-nya
lalu file itu dijual dengan paswordnya. Tanpa paswaord, pengguna hanya
bisa merasakan trial-nya saja. Bukankah hal-hal semacam ini, yang berbau
komersial akan sangat mudah diterapkan dalam model e-learning?
Disinilah kelemahan yang cukup mengkhawatirkan!
3. Proses belajar dan mengajarnya cenderung ke arah pelatihan daripada pendidikan.
Jika
pendidikan mengarah pada pendewasaan dan penanaman budi pekerti, maka
e-learning akan lebih banyak mengarah pada pelatihan sesaat yang itu
sangat jauh dari proses pembentukan jiwa. Apalagi, jika proses
pembelajaran ala e-learning masih membutuhkan trik dan `cara penggunaan
sotfware, maka jelas pelatihan yang lebih dominan daripada pendidikan.
4. Berubahnya peran dosen atau guru dari yang semula menguasai teknik
pembelajaran konvensional, kini juga dituntut mengetahui teknik
pembelajaran yang menggunakan TIK.
Perubahan
peran ini, di satu sisi akan kian memperkuat bagaimana posisi guru atau
dosen hanya sekedar fasilitator dan bukan lagi sebagai sumber ilmu. Jika
demikian kenyataannya, ada satu hal yang perlu dipertanyakan: jika guru
hanya sekedar fasilitator –atau yang lebih ektrem saya sebut hanya
sebagai “makelar”-, maka mungkinkah siswa memiliki kepercayaan yang
dalam terhadap gurunya? Padahal, dalam pendidikan, faktor kepercayaan
itulah yang justru penting dan saat ini makin menipis akibat banyak
didengungkannya fungsi guru hanya sebagai fasilitator!
5. Mahasiswa yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal.
Dengan
e-learning, mahasiswa yang tidak punya minat terhadap teknologi modern,
tidak punya dana untuk memiliki perangkat keras yang memadai, maka ia
jelas akan tertinggal oleh rekan-rekannya yang itu berarti ia tengah
menuju kegagalan.
6. Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet.
7. Kurangnya tenaga yang mengetahui dan memiliki ketrampilan internet.
8. Kurangnya penguasaan bahasa komputer.
Bagaimana
menurut Anda? Meski e-learning memiliki kekurangan, tapi ke depan, era
pendidikan bersistem e-learning akan menghampiri dunia pendidikan.
Karenanya, dengan mengetahui kelemahan itu, para praktisi pendidikan
dapat mengantisipasinya sejak sekarang agar jangan sampai teknologi
modern di dunia pendidikan diacuhkan hanya gara-gara kita tidak mampu
mengatasi kekurangan itu.
elearning adalah solusi meminimalkan jam kosong :D
BalasHapusnamun tetap sebagaimana fungsinya, elearning hanya sebagai pendukung saja, tetap diutamakan tatap muka
makasih banyak pak!
BalasHapussangat membantu