8 Februari 2012

Maulid, Pesta Buah

 



Entah siapa yang memulai tradisi pesta buah pada perayaan Maulid Nabi, tapi yang jelas, suguhan aneka buah itu menjadi daya tarik tersendiri hingga menjadi ciri khas perayaan besar ini di tiap tahun.

Biasanya, anak-anak dan orang tua meramaikan acara "Maulid Nabi" di masjid atau di musholla yang ada di kampung mereka sembari membawa aneka buah atau makanan untuk dibagikan kepada para jamaah yang hadir. Hebohnya lagi, makanan itu lalu diacak dengan metode random, dibagi rata kemudian diberikan lagi kepada mereka.

Nah, momen bagi-bagi itulah yang ditunggu-tunggu. Orang tua, remaja, anak-anak dan ibu-ibu saling berebut makanan. Lucunya lagi, mereka akan senang bila mendapat buah yang diincarnya seperti durian, klengkeng atau anggur. Lebih beruntung lagi bila juga mendapat wadah yang bagus. Begitu ramai, riuh dan menyenangkan.

Pesta ini kerapkali dijadikan justifikasi untuk menilai miring terhadap perayaan Maulid. Sebab, terkadang menimbulkan kerusuhan, saling berebut, berhimpitan hingga terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Meski demikian hebohnya perayaan Maulid, namun tidak seharusnya lalu menuduh perayaan itu bid'ah, haram dan sebagainya.

Jika memang terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti kerusuhan, maka yang perlu disadarkan atau ditata ulang adalah bagaimana tehnik perayaan itu bisa diselenggarakan secara khidmat, aman dan menyenangkan.

Pesta buah dan aneka makanan di bulan Rabiul Awal, biarkan terus berlangsung. Tradisi ini perlu dipertahankan. Sudah bukan zamannya lagi saling tuding dan kecam antar pihak dengan mengatasnamakan bid'ah atau apapun juga. Kemeriahan itu adalah bagian dari suka cita dan rasa syukur terhadap kelahiran Rasulullah saw.

Orang boleh saja berpendapat, "Ini maulid apa mulutan alias makan-makan dan pesta buah di mulut?". Jawab saja, ini pesta lengkap, lahir-batin. Hati, mulut, mata, sekujur tubuh, semuanya berpesta demi Sang Nabi. Salahkah?

Bukankah dengan adanya pesta buah akan membuat seseorang tidak ikhlas karena mereka merayakan maulid hanya demi makanan dan acara rebutan buah? Apakah tidak sebaiknya duduk bersila, bershalawat, lalu meresapi maknanya dan seterusnya?


Terserah, usulan ini juga bagus. Tapi, siapakah yang tahu ada tidaknya ikhlas dalam hati, sebab ikhlas adalah rahasia Allah. Biarkan saja masyarakat awam, terutama anak-anak bertujuan untuk mendapat buah-buahan di acara Maulid. Boleh jadi, niat itu adalah "madkhal" atau pendekatan menuju niat yang sesungguhnya, yakni keikhlasan dan ketulusan.

Tradisi "pesta buah" di bulan maulid ini, juga menjadi berkah tersendiri bagi pedagang buah, kue, daging dan sebagainya. Kabarnya, di Jawa Timur sendiri, permintaan buah meningkat 100 persen. Omzet bisnis di pasar tradisional juga meningkat tajam dengan adanya perayaan maulid. Perputaran roda transaksi dari desa ke kota juga makin ramai karena momen tahunan ini. Terlebih lagi, bulan Rabiul Awal juga bulan panen bagi sebagian besar petani. Karena itu, bisa dikatakan inilah berkah dari memuliakan kelahiran Rasulullah saw.

Bagi para derwaman, acara maulid juga dirayakan dengan cara bagi-bagi "angpao" dan makanan kepada fakir-miskin, anak yatim dan kaum papa. Biasanya, mereka diajak membaca shalawat lalu setelah itu bergembira bersama. Sungguh, pemandangan ini sangat menyenangkan semua pihak.

Hanya orang-orang yang ber-dada sempit saja yang melihat sinis terhadap perayaan maulid. Setiap maulid tiba, hanya diam, kering dan bersiap melancarkan kecaman dengan seperangkat dalil. Kasihan!

Lain halnya dengan mereka yang telah dibalut "mahabbah" atau "cinta". Semua perayaan itu akan tampak indah. Tidak ada sedikitpun rasa keberatan dalam merayakan maulid Nabi. Pesta buah, kue atau makanan apapun juga, semua itu tidak menjadi masalah. Inilah cinta yang sulit diukur barometernya dengan nalar pikiran manusia yang kerdil.

Saudaraku, teruslah berpesta buah di setiap maulid. Tak perlu ada yang dikhawatirkan dalam hal cinta. Cinta memang menuntut perjuangan dan pengorbanan. Tapi, cinta pun melahirkan kedamaian dan kasih sayang yang tanpa batas.

Tidak ada komentar:
Tulis komentar