20 Agustus 2012

Bila Moresco Berhari Raya

 


"Tak ada yang lebih mengesankan melebihi berlebaran di kampung halaman". Ini bukan slogan biasa, namun sepertinya sudah menjadi fitrah setiap manusia bahwa kembali ke "habitat"-nya adalah bagian dari takdir.

Karena itu pula, tidak mengherankan bila setiap musim hari raya Idul Fitri tiba, di sana-sini, lalu lalang manusia ber-mudik ria demi untuk merayakan lebaran di tanah tumpah darahnya. Merayakan di kampung, apalagi bersama orang tua, keluarga, sanak-famili, teman-teman sepermainan di masa kanak-kanak adalah momen terindah dalam berhari raya.

Tidak hanya saling maaf memaafkan, tapi lebih dari itu, berhari raya di kampung juga mengingatkan kenangan indah di masa lalu, saling berbagi cerita dan bercanda tawa dalam nostalgia yang sudah tertanam sejak lama di lubuk hati yang paling dalam.

Di kampung saya, Kebalen Wetan Blok Muris Kelurahan Kotalama Kecamatan Kedungkandang, yang berlokasi di tengah kota Malang yang padat penduduk, kenangan itu masih tetap ada dan terasa indah di setiap Idul Fitri tiba. Kebahagiaan itu dimulai sejak ada keputusan jatuhnya 1 Syawal lalu ditandai dengan lantunan takbir di Masjid Muritsul Jannah, Kotalama Malang.

Sejak takbir pertama membahana melalui pengeras suara masjid, sontak masyarakat bergegap gempita menyambut hari raya. Anak-anak kecil bercanda tawa, mereka menyerbu masjid untuk melantunkan takbir bersama-sama. Apalagi, di masjid sudah ada beduk besar, rebana, alat ronda dari bambu yang semuanya ditabur sekeras-kerasnya untuk mengiringi "Allahu Akbar wa Lillahil Hamd".

Sementara itu, para remaja masjid tampak sibuk di pelataran masjid. Mereka kompak menjadi satu di bawah payung PIZ (Panitia Penyalur Infaq dan Zakat). Demi khidmat kepada umat, para pemuda itu ikhlas melayani masyarakat yang hendak menyalurkan zakat fitrahnya. Dengan 4 T (Terima, Tanya, Timbang lalu Tebar), Panitia PIZ mengawal rukun Islam ketiga, zakat.

Orang tua dan warga juga tampak sibuk. Mereka mempersiapkan beras yang hendak disalurkan kepada fakir-miskin melalui PIZ. Ada pula yang merapikan rumah, mempersiapkan kue, dan ada juga yang menyalakan petasan super besar demi memeriahkan suasana Idul Fitri. Ledakan itu menjadi petanda ledakan suka cita di hari kemenangan.

Menjelang tengah malam, panitia PIZ mulai membagi-bagikan zakat. Sementara itu, takbir terus membahana hingga subuh. Usai shalat berjamaah, para aktivis masjid mulai mempersiapkan berbagai keperluan untuk pelaksanaan shalat ied mulai dari menata alas, tabir, sound system, alat dokumentasi, dan sebagainya.

Usai shalat ied berjamaah dan khatib turun dari mimpi, satu hal yang unik di masjid Muritsul Jannah. Imam dan para jamaah saling berjabat tangan dimulai dari saf paling depan terus berjalan dan beriringan sambil bersalam-salaman hingga ke saf paling belakang. Secara tertib tradisi salaman ini dilakukan dengan penah kesadaran. Sebuah momen yang takkan bisa dilupakan.

Setelah itu, sebagian jamaah telah bersiap-siap menyerbu aneka hidangan yang tersedia di teras masjid. Sajian nasi tumpeng dari warga itu merupakan sedekah yang berangkat dari kesadaran untuk hidup bersama. Sekali lagi, ini juga momen mengesankan.

Ada satu lagi yang tidak mungkin saya lupakan karena selalu saya nantikan di setiap merayakan idul fitri di kampung halaman saya. Yakni, acara halal bi halal atau salam-salaman oleh para pemuda dan remaja masjid. Mereka bergerombol mendatangi setiap rumah yang tersebar di kampung blok Muris. Ada sekitar 50an pemuda bergerak bersama-sama. Mereka beranjak dari satu rumah ke rumah lainnya untuk maaf-memaafkan.

Tahun ini, saya lihat, mereka terbagi menjadi 3 kelompok besar. Pertama, kelompok anak-anak di tingkat SD. Mereka secara bersama-sama "gala gampil" untuk silaturrahim bareng plus cari fulus. Jelas, momen ini sangat mereka nantikan tiap tahun.

Kelompok kedua adalah para remaja. Jumlah mereka cukup banyak. Sekitar 50 pemuda. Kelompok inilah yang cukup menghebohkan warga. Sambil diringi shalawat, mereka mendatangi setiap rumah untuk bersalaman dengan penghuninya. Diiringi canda tawa bahkan sesekali ada yang usil meledakkan petasan, momen ini pasti dirindukan oleh setiap orang yang pernah dibesarkan di Blok Muris Kotalama Malang.

Kelompok ketiga ada golongan remas senior yang kebanyakan mereka sudah menikah. Tapi, tali kebersamaan dan kesatuan yang mengikat mereka sejak kecil yang membuat mereka tetap tak bisa meninggalkan tradisi silaturahim bareng ini.

Selain ketiga kelompok itu, acara halal bi halal dan saling bertamu ini juga dilakukan warga antar sesama tetangga, sanak famili, teman, kerabat, mitra kerja, dan atas dasar hubungan sosial lainnya.

Setelah semua selesai, biasanya, para pemuda dan warga juga bersilaturrahim ke kediaman para kiai dan ulama. Ada yang melakukannya secara berkelompok dengan cara konvoi kendaraan bermotor. Serempak mereka berangkat bareng dengan perasaan suka cita. Ada pula yang berangakat perorangan atau keluarga mereka masing-masing.

Selain silaturrahim ke tetangga dan ke ndalem para kiai, banyak pula yang berziarah kubur ke makam orang tua dan leluhur mereka yang umumnya di kebumikan di pemakaman umum, Kutobedah Malang.

Baru setelah semua kegiatan khas kampung itu selesai semua, mereka yang berasal dari Madura mudik ke pulau garam. Hal ini karena kebanyakan warga blok Muris Kotalama saat ini dihuni oleh para pendatang dari Madura.

Suasana lebaran yang unik itu, selamanya takkan mungkin bisa dilupakan. Setiap orang yang pernah dibesarkan di kampung blok Muris dan kini berada di perantauan, pasti di hati kecilnya sangat merindukan suasana suka cita dan kebersamaan tersebut yang sebenarnya lebih mahal dari harta. Sebab, ikatan silaturrahim adalah kekayaan paling bernilai bagi setiap umat manusia.

I'ed Mubarak. Selamat merayakan Idul Fitri, teman-temanku. Indahnya masa lalu akan selalu ada selama tradisi lebaran itu terus ada di tanah tumpah darah kita, Blok Muris Kotalama Malang.

Tidak ada komentar:
Tulis komentar