Di acara konser musik religi bertajuk "Tabligh Akbar" yang disiarkan salah satu stasiun televisi swasta pada pertengahan bulan Ramadan 1433 H, ada satu hal yang paling berkesan. Yakni, bait-bait lagu yang dinyanyikan Iwan Fals.
Ada banyak artis yang tampil di panggung, termasuk dai yang baru naik daun, Ustadz Solmed. Namun, justru yang paling berpengaruh, paling tidak bagi saya yang kebetulan nonton acara itu, justru penampilan Iwan Fals saja. Sementara musisi lainnya, bahkan isi ceramah sang dai malah kurang berkesan di hati.
Saat itu, Iwan Fals yang rambutnya lebat dengan uban, sedang menyanyikan lagu berjudul "Ibu". Sebuah lagu yang sejak saya masih duduk di bangku MA, memang menyukainya karena sarat makna. Syairnya begitu indah, apalagi diringi dengan petikan gitar yang iramanya bisa menyayat hati. Lagu itu bagai air yang mengalir dan menghantarkan penikmatnya untuk mengingat jasa besar seorang ibu terhadap anaknya.
Nah, di tengah Iwan menyanyikan lagu tersebut, ia bercerita. Sambil menyampaikan sebuah kisah teladan, jari-jemarin pentolan "Kantata Taqwa" itu tetap memainkan gitar kesayangan, tanpa diiringi alat musik lainnya. Suasana tampak hening. Penonton yang berjubel memenuhi lapangan, seakan tersihir dengan lagu dan cerita Iwan Fals.
Iwan bercerita dengan menyuguhkan sebuah dialog antara Nabi dan seorang sahabatnya.
"Ya Rasul, adakah orang lain selain Engkau Ya Rasul yang disayangi Allah?", tanya sahabat itu.
"Ada", jawab Nabi.
"Bagaimana mungkin ada orang lain yang disayangi Allah, pada Rasul adalah kekasih yang paling dicintai Allah?", tanya sahabat itu lagi, keheranan.
"Ada, namanya Salman al-Farisi", sabda Nabi.
"Mengapa dia disayangi Allah, Ya Rasul?", tanya sahabat itu, lagi.
"Sebab, Salman adalah orang miskin. Sementara itu, ibunya yang sudah tua dan tak mampu berjalan ingin pergi haji. Akhirnya, Salman ikhlas menggendong ibunya ke Mekah. Sambil menggendong, Salman meniti jalan ribuan kilometer. Melintasi gurun sahara, di bawah terik matahari. Tak peduli dingin malam hingga kakinya bengkak dan kulit tubuhnya mengelupas".
Kisah mengharukan itu sontak membuat pengunjung terdiam. Beberapa pemuda punk tampak menangis haru mendengarkan kisah Salman al-Farisi. Terbayang kasih sayang ibu terhadap anaknya yang tanpa batas.
Lalu, Iwan pun mengakhiri kisahnya dengan kembali bernyanyi:
"Ibuku sayang, masih terus berjalan, walau tapak kaki, penuh darah, penuh nanah....... Seperti udara, kasih yang engkau berikan. Tak mampu, ku membalas...... Ibu.....ibu".
Tidak ada komentar:
Tulis komentar