Pendahuluan
Kiblat berasal dari
bahasa Arab ( قبلة )
adalah arah yang merujuk ke suatu tempat dimana bangunan
Ka’bah di Masjidil Haram , Makkah, Arab Saudi. Ka’bah juga sering disebut
dengan Baitullah (Rumah Allah). Menghadap arah Kiblat merupakan suatu masalah yang penting
dalam syariat Islam. Menurut hukum syariat, menghadap ke arah kiblat diartikan
sebagai seluruh tubuh atau badan seseorang menghadap ke arah Ka'bah yang
terletak di Makkah yang merupakan pusat tumpuan umat Islam bagi menyempurnakan
ibadah-ibadah tertentu.
Pada awalnya, kiblat mengarah ke Baitul Maqdis atau Masjidil Aqsa Jerusalem
di Palestina, namun pada tahun 624 M ketika Nabi Muhammad SAW hijrah ke
Madinah, arah Kiblat berpindah ke arah Ka’bah di Makkah hingga kini atas
petunjuk wahyu dari Allah SWT. Beberapa ulama berpendapat bahwa turunnya wahyu
perpindahan kiblat ini karena perselisihan Rasulullah SAW di Madinah.
Menghadap ke arah kiblat menjadi syarat
sah bagi umat Islam yang hendak menunaikan shalat baik shalat fardhu lima waktu
sehari semalam atau shalat-shalat sunat yang lain. Kaidah dalam menentukan arah
kiblat memerlukan suatu ilmu khusus yang harus dipelajari atau
sekurang-kurangnya meyakini arah yang dibenarkan agar sesuai dengan syariat.
Hukum Arah Kiblat
Kiblat sebagai pusat tumpuan umat Islam
dalam mengerjakan ibadah dalam konsep arah terdapat beberapa hukum yang
berkaitan yang telah ditentukan secara syariat yaitu:
a. Hukum Wajib
1. Ketika
shalat fardhu ataupun shalat sunat menghadap kiblat merupakan syarat sahnya
shalat
2. Ketika
melakukan tawaf di Baitullah.
3. Ketika menguburkan
jenazah maka harus diletakkan miring bahu kanan menyentuh liang lahat dan
muka menghadap kiblat.
b. Hukum Sunat
Bagi yang ingin membaca Al-Quran,
berdoa, berzikir, tidur (bahu kanan dibawah) dan lain-lain yang
berkaitan.
c. Hukum Haram
Ketika membuang air besar atau kecil di
tanah lapang tanpa ada dinding penghalang.
d. Hukum Makruh
Membelakangi arah kiblat dalam setiap
perbuatan seperti membuang air besar atau kecil dalam keadaan berdinding, tidur
menelentang sedang kaki selunjur ke arah kiblat dan sebagainya.
Dalil Al-Quran Berkaitan Arah Kiblat
Surah Al-Baqarah ayat 149 :
ومن حيث خرجت فول وجهك شطر المسجد الحرام. وإنه للحق من ربك. وما الله بغافل عما تعملون
Artinya :"Dan dari mana saja
engkau keluar (untuk mengerjakan shalat) hadapkanlah mukamu ke arah Masjidil
Haram (Ka'bah). Sesunggunya perintah berkiblat ke Ka'bah itu benar dari Allah
(tuhanmu) dan ingatlah Allah tidak sekali-kali lalai akan segala apa yang kamu
lakukan".
Surah Al-Baqarah ayat 150:
ومن حيث خرجت فول وجهك شطر المسجد الحرام. وحيث ما كنتم فولوا وجوهكم شطره. لئلا يكون للناس عليكم حجة إلا الذين ظلموا منهم فلا تخشوهم واخشوني ولأتمّ نعمتي عليكم ولعلكم تهتدون
Artinya: "Dan dari mana saja
engkau keluar (untuk mengerjakan solat) maka hadapkanlah mukamu ke arah
Masjidil Haram (Ka'bah) dan dimana sahaja kamu berada maka hadapkanlah muka
kamu ke arahnya, supaya tidak ada lagi sebarang alasan bagi orang yang
menyalahi kamu, kecuali orang yang zalim diantara mereka (ada saja yang mereka
jadikan alasannya). Maka janganlah kamu takut kepada cacat cela mereka dan
takutlah kamu kepada-Ku semata-mata dan supaya Aku sempurnakan nikmat-Ku kepada
kamu, dan juga supaya kamu beroleh petunjuk hidayah (mengenai perkara yang
benar)".
Hadits Berkaitan Arah Kiblat
Dari Abu Hurairah r.a.
عن أبي هريرة رضى الله عنه، قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ما بين المشرق والمغرب قبلة
" Dari Abu Hurairah ra katanya :
Sabda Rasulullah saw. Di antara Timur dan Barat terletaknya kiblat (Ka'bah)
".
Dari Anas bin Malik r.a.
عن أنس بن مالك رضي الله عنه قال: أن رسول الله صلى الله عليه وسلم كان يصلي نحو بيت المقدس فنزلت: قد نرى تقلب وجهك في السماء فلنولينك قبلة ترضاها. فولّ وجهك شطر المسجد الحرام. فمرّ رجلٌ من بني سلمة وهم ركوع في صلاة الفجر وقد صلوا ركعة، فنادى ألا أن القبلة قد حولت فمالوا كما هم نحو القبلة
"Bahwasanya Rasullullah s.a.w (pada suatu hari) sedang mendirikan solat dengan menghadap ke Baitul Maqdis. Kemudian turunlah ayat Al-Quran: "Sesungguhnya kami selalu melihat mukamu menengadah ke langit (berdoa mengadap kelangit). Maka turunlah wahyu memerintahkan Baginda mengadap ke Baitullah (Ka'bah). Sesungguhnya kamu palingkanlah mukamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Kemudian seorang lelaki Bani Salamah lalu, ketika itu orang ramai sedang ruku' pada rakaat kedua shalat fajar. Beliau menyeru, sesungguhnya kiblat telah berubah. Lalu mereka berpaling ke arah kiblat". ( Diriwayatkan Oleh Muslim )
Berdasarkan ayat Al Qur'an dan hadits
yang telah dinyatakan maka jelaslah bahwa menghadap arah kiblat itu merupakan
satu kewajipan yang telah ditetapkan dalam hukum atau syariat. Maka tiadalah
kiblat yang lain bagi umat Islam melainkan Ka'bah di Baitullah di Masjidil
Haram.
Konsep Ijtihad dalam menentukan Arah
Qiblat
Kesemua empat mazhab yaitu Hanafi,
Maliki, Syafii dan Hambali telah bersepakat bahwa menghadap kiblat salah satu
merupakan syarat sahnya shalat. Bagi Mazhab Syafii telah menambah dan
menetapkan tiga kaidah yang bisa digunakan untuk memenuhi syarat menghadap
kiblat yaitu:
1. Menghadap Kiblat Yakin
(Kiblat Yakin)
Seseorang yang berada di dalam Masjidil
Haram dan melihat langsung Ka'bah, wajib menghadapkan dirinya ke Kiblat dengan
penuh yakin. Ini yang juga disebut sebagai “Ainul Ka’bah”. Kewajiban tersebut
bisa dipastikan terlebih dahulu dengan melihat atau menyentuhnya bagi orang
yang buta atau dengan cara lain yang bisa digunakan misalnya pendengaran.
Sedangkan bagi seseorang yang berada dalam bangunan Ka’bah itu sendiri maka
kiblatnya adalah dinding Ka’bah.
2. Menghadap Kiblat Perkiraan (Kiblat
Dzan)
Seseorang yang berada jauh dari Ka'bah
yaitu berada diluar Masjidil Haram atau di sekitar tanah suci Mekkah sehingga
tidak dapat melihat bangunan Ka’bah, mereka wajib menghadap ke arah Masjidil
Haram sebagai maksud menghadap ke arah Kiblat secara dzan atau kiraan atau
disebut sebagai “Jihadul Ka’bah”. Untuk mengetahuinya dapat dilakukan dengan
bertanya kepada mereka yang mengetahui seperti penduduk Makkah atau
melihat tanda-tanda kiblat atau “shaff” yang sudah dibuat di tempat–tempat
tersebut.
3. Menghadap Kiblat Ijtihad
(Kiblat Ijtihad)
Ijtihad arah kiblat digunakan seseorang
yang berada di luar tanah suci Makkah atau bahkan di luar negara Arab Saudi. Bagi
yang tidak tahu arah dan ia tidak dapat mengira Kiblat Dzan nya maka ia boleh
menghadap kemanapun yang ia yakini sebagai Arah Kiblat. Namun bagi
yang dapat mengira maka ia wajib ijtihad terhadap arah kiblatnya. Ijtihad
dapat digunakan untuk menentukan arah kiblat dari suatu tempat yang terletak
jauh dari Masjidil Haram. Diantaranya adalah ijtihad menggunakan posisi rasi
bintang, bayangan matahari, arah matahari terbenam dan perhitungan segitiga
bola maupun pengukuran menggunakan peralatan modern.
Bagi lokasi atau tempat yang jauh
seperti Indonesia, ijtihad arah kiblat dapat ditentukan melalui perhitungan
falak atau astronomi serta dibantu pengukurannya menggunakan peralatan modern
seperti kompas, GPS, theodolit dan sebagainya. Penggunaan alat-alat
modern ini akan menjadikan arah kiblat yang kita tuju semakin tepat dan
akurat. Dengan bantuan alat dan keyakinan yang lebih tinggi maka hukum
Kiblat Dzan akan semakin mendekati Kiblat Yakin. Dan sekarang kaidah-kaidah
pengukuran arah kiblat menggunakan perhitungan astronomis dan pengukuran
menggunakan alat-alat modern semakin banyak digunakan secara nasional di
Indonesia dan juga di negara-negara lain. Bagi orang awam atau kalangan yang
tidak tahu menggunakan kaidah tersebut, ia perlu taqlid atau percaya kepada
orang yang berijtihad.
1. PERHITUNGAN /
HISAB ARAH KIBLAT
Koordinat Posisi Geografis
Setiap lokasi di
permukaan bumi ditentukan oleh dua bilangan yang menunjukkan kooordinat atau
posisinya. Koordinat posisi ini masing-masing disebut Latitude (Lintang) dan
Longitude (Bujur). Sesungguhya
angka koordinat ini merupakan angka sudut yang diukur dari pusat bumi sampai
permukaannya. Acuan pengukuran dari suatu tempat yang merupakan perpotongan
antara garis Ekuator dengan Garis Prime Meridian yang melewati kota Greenwich
Inggris. Titik ini berada di Laut Atlantik kira-kira 500 km di Selatan kota
Accra Rep. Ghana Afrika.
Satuan kooordinat lokasi dinyatakan
dengan derajat, menit busur dan detik busur dan
disimbolkan dengan ( °, ', " ) misalnya 110° 47’
9” dibaca 110 derajat 47 menit 9 detik. Dimana 1° = 60’ = 3600”. Dan perlu
diingat bahwa walaupun menggunakan kata menit dan detik namun ini adalah satuan
sudut dan bukan satuan waktu.
Latitude disimbolkan dengan huruf
Yunani φ (phi) dan Longitude disimbolkan dengan λ (lamda).
Latitude atau Lintang adalah garis vertikal yang menyatakan jarak sudut sebuah
titik dari lintang nol derajat yaitu garis Ekuator. Lintang dibagi menjadi
Lintang Utara (LU) nilainya positif (+) dan Lintang Selatan (LS) nilainya
negatif (-) sedangkan Longitude atau Bujur adalah garis horisontal yang
menyatakan jarak sudut sebuah titik dari bujur nol derajat yaitu garis Prime
Meridian. Bujur dibagi menjadi Bujur Timur (BT) nilainya positif (+) dan Bujur
Barat (BB) nilainya negatif (-). Untuk standard internasional angka longitude
dan latitude menggunakan kode arah kompas yaitu North (N), South(S), East (E)
dan West (W). Misalnya Yogyakarta berada di Longitude 110° 47’ BT bisa ditulis
110° 47’ E atau +110° 47’.
Ilmu Ukur Segitiga Bola
Ilmu ukur segitiga
bola atau disebut juga dengan istilah trigonometri bola (spherical
trigonometri) adalah ilmu ukur sudut bidang datar yang diaplikasikan
pada permukaan berbentuk bola yaitu bumi yang kita tempati. Ilmu ini pertama
kali dikembangkan para ilmuwan muslim dari Jazirah Arab seperti Al Battani dan
Al Khawarizmi dan terus berkembang hingga kini menjadi sebuah ilmu yang
mendapat julukan Geodesi. Segitiga bola menjadi ilmu andalan tidak hanya untuk
menghitung arah kiblat bahkan termasuk jarak lurus dua buah tempat di permukaan
bumi.
Sebagaimana sudah
disepakati secara umum bahwa yang disebut arah adalah “jarak terpendek” berupa
garis lurus ke suatu tempat sehingga Kiblat juga menunjukkan arah terpendek ke
Ka’bah. Karena bentuk bumi yang bulat, garis ini membentuk busur besar
sepanjang permukaan bumi. Lokasi Ka’bah berdasarkan pengukuran menggunakan
Global Positioning System (GPS) maupun menggunakan software Google Earth secara
astronomis berada di 21° 25' 21.04" Lintang Utara dan 39°
49' 34.04" Bujur Timur. Angka tersebut dibuat dengan ketelitian cukup
tinggi. Namun untuk keperluan praktis perhitungan tidak perlu sedetil angka
tersebut. Biasanya yang digunakan adalah :
φ = 21° 25’ LU dan λ = 39° 50’ BT (1° = 60’ = 3600”)
° =
derajat ‘ = menit busur dan “ = detik busur
Arah Ka’bah yang berada di kota Makkah
yang dijadikan Kiblat dapat diketahui dari setiap titik di permukaan bumi, maka
untuk menentukan arah kiblat dapat dilakukan dengan menggunakan Ilmu Ukur
Segitiga Bola (Spherical Trigonometri). Penghitungan dan pengukuran dilakukan dengan derajat sudut dari titik kutub
Utara, dengan menggunakan alat bantu mesin hitung atau kalkulator.
Untuk perhitungan arah kiblat,
ada 3 buah titik yang harus dibuat, yaitu :
1. Titik A, diletakkan di Ka’bah
(Mekah)
2. Titik B, diletakkan di lokasi
yang akan ditentukan arah kiblatnya.
3. Titik C,
diletakkan di titik kutub utara.
Titik A dan titik C adalah dua titik
yang tetap, karena titik A tepat di Ka’bah dan titik C tepat di kutub Utara
sedangkan titik B senantiasa berubah tergantung lokasi mana yang akan dihitung
arah Kiblatnya.
Bila ketiga titik
tersebut dihubungkan dengan garis lengkung permukaan bumi, maka terjadilah
segitiga bola ABC, seperti pada gambar.
Ketiga sisi segitiga ABC di samping ini
diberi nama dengan huruf kecil dengan nama sudut didepannya masing-masing sisi
a, sisi b dan sisi c.
Dari gambar di atas, dapatlah diketahui
bahwa yang dimaksud dengan perhitungan Arah Kiblat adalah suatu perhitungan
untuk mengetahui berapa besar nilai sudut K di titik B, yakni sudut yang
diapit oleh sisi a dan sisi c.
Pembuatan gambar segitiga bola seperti
di atas sangat berguna untuk membantu menentukan nilai sudut arah kiblat bagi
suatu tempat dipermukaan bumi ini dihitung/diukur dari suatu titik arah mata
angin ke arah mata angin lainnya, misalnya diukur dari titik Utara ke Barat
(U-B), atau diukur searah jarum jam dari titik Utara (UTSB).
Untuk perhitungan
arah kiblat, hanya diperlukan dua data :
1). Koordinat
Ka’bah φ = 21o 25’ LU dan
λ = 39o 50’ BT.
2). Koordinat
lokasi yang akan dihitung arah kiblatnya.
Sedangkan data
lintang dan bujur tempat lokasi kota yang akan dihitung arah kiblatnya dapat
diambil dari berbagai sumber diantaranya : Atlas Indonesia dan Dunia, Taqwim
Standar Indonesia, Tabel Geografis Kota-kota Dunia, situs Internet maupun lewat
pengukuran langsung menggunakan piranti Global Positioning System (GPS).
Data dan Rumus Arah Kiblat yang Digunakan
No
|
INDONESIA
|
NILAI
|
ARAB
|
INTERNASIONAL
|
SIMBOL
|
1
|
Lintang ( LU / LS )
|
+ / -
|
‘Ardul balad
|
Latitude (U/S)
|
phi = φ
|
2
|
Bujur
( BT / BB )
|
+ / -
|
Thulul balad
|
Longitude (E/W)
|
lambda = λ
|
Data geografis Ka’bah di Makkah
: φ = 21° 25’ LU dan λ = 39° 50’ BT
(diringkas)
Dalam ilmu segitiga bola terdapat
banyak sekali rumus yang dapat digunakan untuk menghitung arah kiblat serta
menghitung jarak dari ka’bah ke lokasi tertentu.
Contoh : Menghitung
Arah Kiblat Yogyakarta dengan Markaz Masjid
Syuhada
Data Koordinat Geografis : φ t = -7° 47'
(LS) dan λt = 110° 22' (BT)
Hasil Perhitungan :
sin ( 110° 22’ - 39° 50’)
tg K =
---------------------------------------------------------------------------
cos -7° 47’ . tg 21° 25 - sin -7° 47’ . cos ( 110° 22’
- 39° 50’)
0,942835532
tg K =
---------------------------------------------------------------------------------
0,990787276 . 0,392231316 - (-0,135427369) . 0,333258396
0,942835532 0,942835532
tg K =
-------------------------------------------
--> tg K = -------------------
0,388617797 - (-0,045132307)
0,433750104
tg K =
2,173683703 --> K =
65,29527469 ° --> K = 65° 17’ 42.99”
Jadi Arah Kiblat Masjid Syuhada 65° 17’
42.99” dihitung dari titik Utara Sejati ke Arah Barat atau jika dihitung dari
arah Barat ke Utara sebesar 24° 42’ 17,01” atau 24,7° .
Dalam prakteknya angka arah kiblat ini
diwakilkan dalam angka skala kompas dengan pandual nol derajat di titik Utara
sehingga angka arah kiblat menurut kompas adalah :
KK = 360° - 65,3 °
= 294, 7 °
Dari hasil perhitungan dengan rumus
tersebut di atas, kota-kota yang sudah diketahui lintang dan bujurnya akan
dapat diketahui pula arah kiblatnya secara tepat menggunakan rumus segitiga
bola tersebut. Data koordinat geografis beberapa kota besar di Indonesia dan
kecamatan se DIY terdapat dalam lampiran.
Untuk melakukan perhitungan secara
manual dapat dilakukan menggunakan alat yang paling sederhana yang disebut
“Rubuk Mujayyab”. Alat yang berbentuk seperempat lingkaran ini merupakan alat
peninggalan jaman Al Khawarizmi 14 abad yang lalu. Alat ini ternyata memiliki
kemampuan melakukan hitungan trigonometri. Alat ini juga dapat dengan mudah
kita buat sendiri.
Selanjutnya daftar logaritma juga bisa
digunakan namun sebaiknya mengunakan kalkulator yang memiliki fungsi
trigonometri Sinus, Cosinus dan Tangen juga memori penyimpanan cukup banyak
sehingga angka-angka yang telah didapatkan bisa disimpan. Kalkulator yang
disarankan untuk melakukan hitungan arah kiblat juga adalah kalkulator yang
memiliki kemampuan melakukan programming agar hitungan terhadap banyak data
arah kiblat menjadi lebih cepat. Disarankan juga menggunakan kalkulator
yang memiliki layar dot matrix dual line yaitu memiliki dua baris tampilan
layar terpisah antara proses dan hasilnya. Kalkulator jenis ini misalnya KARCHE
4600SX, KARCE 4650P, CASIO FX3600SP, CASIO fx4500P dsb.
Peta Arah Kiblat di
DI. Yogyakarta dan sekitarnya (sumber: BHR DIY)
Perlu diketahui bahwa akibat yang akan
terjadi karena serongnya arah kiblat terhadap ka'bah yang hanya berukuran 12 x
10.5 x 15 meter serta jauhnya jarak dari Indonesia yaitu sekitar 8000 km
à maka selisih 1° akan menyebabkan pergeseran sebesar 126 kilometer di
Utara atau Selatan Ka’bah itu sendiri.
Terdapat berbagai macam kaidah atau
cara yang dapat digunakan untuk menentukan arah kiblat baik untuk menyemakan
arah kiblat masjid, langgar / surau / musholla maupun arah kiblat untuk shalat
di dalam rumah. Kaidah tersebut meliputi kaidah tradisional maupun kaidah baru
menggunakan peralatan modern.
2. PENGUKURAN ARAH KIBLAT
Kaidah Arah Kiblat Tradisional
■ Istiwa A'zam -
Matahari Istiwa di Atas Ka'bah
Kejadian saat posisi matahari istiwa
(kulminasi) tepat di atas Ka'bah terjadi dua kali setahun yaitu pada setiap
tanggal 28 Mei sekitar pukul 16.18 WIB dan pada 16 Juli sekitar jam 16.28 WIB.
Ketika matahari istiwa di atas Ka'bah, bayang-bayang objek tegak di seluruh
dunia akan lurus ke arah kiblat.
Kedudukan matahari di atas Ka'bah yang
menyebabkan bayangan tegak diseluruh dunia searah kiblat.
Panduan untuk menentukan arah kiblat dari sesuatu tempat pada tanggal dan jam yang telah ditentukan diatas:
1. Dirikan
sebuah tiang di sekitar lokasi yang hendak diukur arah kiblatnya.
2. Pastikan
tiang tersebut tegak dan lurus. Untuk meyakinkan posisi tegakknya dapat diukur
menggunakan bandul yang tergantung
pada seutas tali.
3. Tempat
yang dipilih untuk pengukuran ini tidak boleh terlindung dari ahaya
matahari. Oleh karena matahari berada di Barat, maka
bayangan akan kearah Timur, maka arah kiblat ialah bayang yang menghadap ke
Barat.
■ Menggunakan Rasi
Bintang (Konstelasi)
Rasi Bintang ialah sekumpulan bintang
yang berada di suatu kawasan langit serta mempunyai bentuk yang hampir sama dan
kelihatan berdekatan antara satu sama lain. Menurut International Astronomical
Union ( IAU ), kubah langit dibagi menjadi delapan puluh delapan (88) kawasan
rasi bintang. Bintang-bintang yang berada disuatu kawasan yang sama adalah
dalam satu rasi. Masyarakat dahulu telah menetapkan sesuatu rasi bintang
mengikuti bentuk yang mudah mereka kenal pasti seperti bentuk-bentuk binatang
dan benda-benda. Dengan mengetahui bentuk rasi tertentu, arah mata angin
dan arah Kiblat dari suatu tempat dapat ditentukan.
Rasi Orion (Al-Babudur)
Pada rasi ini terdapat tiga bintang
yang berderet yaitu Mintaka, Alnilam dan Alnitak. Arah Kiblat dapat diketahui
dengan mengunjurkan arah tiga bintang berderet tersebut ke arah Barat. Rasi
Orion akan berada di langit Indonesia ketika waktu subuh pada Juli dan kemudian
akan kelihatan lebih awal pada bulan Desember. Pada bulan Maret Rasi Orion akan
berada ditengah-tengah langit pada waktu Maghrib.
Menggunakan kedudukan Bintang Al-Qutbi
/ Kutub (Polaris)
Bintang-bintang akan kelihatan
mengelilingi pusat kutub yang ditunjukkan oleh bintang kutub (Polaris). Oleh
itu bintang ini menunjukkan arah Utara benar dari manapun di muka bumi ini.
Bintang kutub terletak dalam buruj al-judah ( Rasi Bajak / Ursa Minoris ) dan
rasi ini hanya dapat dilihat oleh masyarakat di bagian Utara katulistiwa
pada tengah malam pada bulan Juli hingga Desember setiap tahun. Kedudukan
bintang kutub bisa dikenali berdasarkan bentuk rasi bintang ini.
Rasi al-Judah (Bajak/Ursa Minoris) |
Arah kiblat yang sesusai ditentukan
berdasarkan perbedaan sudut sekitar 65°' ( Jawa/Sumatra ) ke kiri dari
kedudukan bintang kutub seperti yang ditunjukkan dalam gambar. Gunakanlah
petunjuk sudut dengan jari untuk menentukan nilai bukaan sudut.
Panduan Jari untuk Perkiraan Nilai Sudut |
■ Kaidah Matahari
Terbenam
Secara umum jika kita merujuk kepada
kedudukan matahari terbenam untuk tujuan penentuan arah kiblat adalah tidak
tepat. Ini disebabkan arah matahari terbenam di Indonesia akan berubah-ubah
dari azimut 246 hingga 293. Walau bagaimanapun sebagai salah satu daripada
langkah berijtihad, arah matahari terbenam dapat digunakan sekiranya diketahui
perbedaan sudut di antara arah matahari dengan arah kiblat. Ada posisi istimewa
terbenamnya matahari terlihat dari Indonesia yaitu saat matahari berada di
Katulistiwa (Ekuator) yang disebut dengan peristiwa ekuinox dan saat matahari
berada di Titik balik Utara/Selatan yang disebut Solstice.
Kaidah Penentuan Arah Kiblat Modern
■ Menggunakan Kompas
Penandaan arah kiblat dengan kompas
banyak diamalkan di kalangan masyarakat Islam masa kini. Arah yang ditunjukkan
oleh kompas adalah arah yang merujuk kepada arah utara magnet. Arah utara
magnet ternyata tidak mesti sama dengan arah utara sebenarnya. Perbedaan arah
utara ini disebut sebagai sudut serong magnet atau deklinasi yang juga berbeda
diseiap tempat dan selalu berubah sepanjang tahun. Satu lagi masalah yang bisa
timbul dari menggunakan kompas ialah tarikan gravitasi setempat dimana ia
terpengaruh oleh bahan-bahan logam atau arus listrik di sekeliling kompas yang
digunakan. Namun ia dapat digunakan sebagai alat alternatif sekiranya alat yang
lebih teliti tidak ada.
■ Menggunakan Theodolit
Teodolit merupakan antara alat termoden
yang dapat digunakan oleh kebanyakaan pihak yang melakukan kerja menentukan
arah kiblat. Theodolit dapat digunakan untuk mengukur sudut secara mendatar dan
tegak, dan juga memberi memiliki akurasi atau ketelitian yang cukup tinggi dan
tepat. Untuk mengendalikan alat ini diperlukan operator yang terlatih dan
menguasai teknik penggunaan theodolith secara benar.
■ Kaidah Posisi
Matahari pada Azimuth Kiblat
Dalam peredarannya, matahari mengalami
gerak yang disebut gerak harian matahari atau gerak musim. Pada hari-hari
tertentu terlihat dari sebuah wilayah maka posisi matahari akan bertepatan
dengan azimuth arah kiblat dari wilayah tersebut. Dengan menggunakan
perhitungan rumus segitiga bola dan rumus mencari posisi azimuth matahari akan
diketahui kapan matahari akan memiliki azimuth yang sama dengan arah kiblat.
PERMASALAHAN PENENTUAN ARAH KIBLAT DI
INDONESIA
Terdapat beberapa faktor penyebab
sehingga arah kiblat dianggap tidak penting. Selain itu sering terjadinya
konflik berkaitan isu pengukuran arah kiblat yang benar. Diantara penyebab itu
misalnya:
■ Tidak ada kepedulian
Terdapat sebagian umat Islam yang
mengambil sikap acuh dan menganggap kelonggaran yang diberikan oleh hukum
syar'a yang membenarkan cukup hanya menggunakan kaidah qiblat secara dzani
saja. Masalah ini berkaitan dengan Al-Quran Surat Al Baqarah ayat 144 yang
berbunyi :
قد نرى تقلب وجهك في السماء. فلولينك قبلة ترضاها. فولّ وجهك شطر المسجد الحرام. وحيث ما كنتم فولوا وجوهكم شطره
" Maka kami benarkan engkau
berpaling mengadap kiblat yang engkau sukai. Oleh itu palingkanlah mukamu ke
arah Masjidil Haram dan dimana saja kamu berada hadapkanlah mukamu ke arahnya
".
Perlu diketahui bahwa akibat yang akan
terjadi karena serongnya arah kiblat terhadap ka'bah yang hanya seluas 12 x
10.5 x 15 meter serta jarak yang jauh dari Indonesia sekitar 8000 km, maka
selisih 1° akan menyebabkan pergeseran sebesar 140 kilometer di Utara atau
Selatan Mekkah.
■ Kurangnya
Pengetahuan Masyarakat
Kurangnya pengetahuan masyarakat
mengenai kaidah penentuan arah kiblat baik secara tradisional maupun modern
menyebabkan banyak sekali terdapat kekeliruan terhadap kenyataan arah kiblat
yang ada di masyarakat. Kebanyakkan umat Islam sekarang lebih cenderung
menggunakan kiblat masjid mengikut tradisi lama yaitu dari generasi ke generasi
dan tidak pernah dikur ulang ketepatannya. Begitu juga dalam menentukan arah
kiblat di pemakaman, bahkan hanya ditentukan oleh penggali kubur, padahal
mereka juga tidak begitu mahir dalam menentukan arah yang tepat ke kiblat.
■ Ketiadaan peralatan
moden untuk melakukan pengukuran
Sewajarnya umat Islam perlu memiliki
alat sekurang-kurangnya kompas untuk menetukan arah kiblat. Selain itu juga
amat perlu untuk mempunyai kesadaran tentang pentingnya ilmu falak bagi
menghindari kesalahan dalam menentukan ketepatan arah kiblat. Untuk mengatasi
permasalahan tersebut pembentukan organisasi atau badan-badan yang
bertanggungjawab seperti Badan Hisab Rukyat dan juga lembaga-lembaga
Falak yang dimiliki organisai-organisasi Islam di Indonesai merupakan bagian
yang dipertangungjawabkan untuk membantu menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan arah kiblat. Semoga dengan tindakan yang kita lakukan akan memberi
keyakinan terhadap ibadah yang kita lakukan dan mendapat keridhaan Ilahi.
Akhirnya, semoga risalah kecil
ini akan mampu memberi kefahaman kepada kita tentang pentingnya ketepatan dalam
menentukan arah kiblat yang menjamin sahnya ibadah kita. Kesadaran kita adalah
amat penting dan rasa bertanggungjawab untuk memastikan bahwa amalan yang
dilakukan berada dalam keadaan yakin dan seandainya masih ada keraguan-keraguan
tidak ada salahnya untuk meminta bantuan kepada lembaga-lembaga falak yang ada.
Kontribusi dari : Bahagian Falak Syarie
Jabatan Mufti Negeri Selangor
Alat pengukur arah kiblat pada
prinsipnya adalah alat yang dapat mengetahui arah mata angin. Terdapat beberapa
jenis alat yang biasa digunakan untuk mengukur arah kiblat misalnya :
1. Kompas Magnetik
Kompas ini adalah paling banyak
digunakan untuk keperluan memandu arah mata angin. Kini bermacam-macam jenis
kompas magnetik dijual di pasaran. Kompas magnetik bekerja berdasarkan kemuatan
magnet bumi yang membuat jarum magnet yang terdapat pada jenis kompas megnetik
ini selalu menunjuk ke arah Utara dan Selatan. Beberapa jenis dari kompas ini
memiliki harga yang murah namun ketelitiannya kurang. Kompas magnetik yang
memiliki ketelitian cukup tinggi namun harganya cukup mahal diantaranya jenis
Suunto, Forestry Compass DQL-1, Brunton, Marine, Silva, Leica, Furuno dan
Magellan. Beberapa jenis kompas yang dijual di pasaran terutama jenis military
compass terbukti banyak menunjukkan penyimpangan antara 1° hingga 10°
dari angka yang ditunjukkan oleh jarumnya. Karena kelemahan utama kompas
jenis magnetik adalah ia begitu mudah terpengaruh oleh benda-benda yang
bermuatan logam sehingga sangat tidak dianjurkan menggunakan kompas jenis ini
masuk ke dalam bangunan yang mengandung banyak besi-besi beton. Kompas magnetik
dalam praktisnya juga sangat dipengaruhi oleh medan magnetik lokal dan
deklinasi magnetik secara global. Di sekitar wilayah DIY angka deklinasi
magnetik dapat menyerongkan kompas hingga mencapai 1° ke arah Barat. Sehingga
pada setiap pengukuran angka pada kompas magnetik harus dikurangi angka
deklinasi tersebut.
Kalibrasi Kompas
Yang paling penting peralatan
kompas yang menggunakan sistem magnet tersebut harus dilakukan kalibrasi
terlebih dahulu. Kalibrasi adalah membandingkan hasil pengukuran suatu alat
dengan alat lain yang dijadikan standard. Kalibrasi tentunya harus menggunakan
peralatan yang lebih teliti misalnya menggunakan piranti Global Positioning
System (GPS) atau piranti Theodolit. Kalibrasi juga dapat dilakukan dengan
menggunakan arah matahari terbit maupun terbenam pada saat-saat tertentu
misalnya saat matahari terbit dan terbenam di arah Timur dan Barat tepat yaitu
saat peristiwa yang disebut Ekuinox yang terjadi setiap tanggal 21 Maret dan 23
September. Juga dapat dilakukan dengan mengukur masjid yang sudah sesai arah
kiblatnya misalnya masjid Syuhada dan Masjid Kampus UGM dan masjid Jendral Sudirman.
Sementara shaff masjid besar Kauman juga dapat digunakan sebagai kalibrator
terhadap kompas yang kita miliki. Arah yang ditunjukkan oleh kompas saat
melakukan kalibrasi dapat dipergunakan untuk melakukan pengukuran terhadap
masjid-masjid lain di sekitarnya.
2. Kompas Digital
Adanya perkembangan dalam bidang
teknologi memungkinan kompas tidak lagi menggunakan sistem magnetik yang
ternyata memiliki banyak kekurangan dan kelemahan. Kini telah banyak dibuat
model kompas dengan menggunakan sistem digital dan dipandu langsung oleh
keberadaan satelit yang banyak beterbaran di atas langit kita. Sistem pemandu
ini dinamakan Global Positioning Sistem (GPS). Salah satunya adalah aplikasi
yang dimiliki oleh salah satu merk ponsel terkenal. Dengan menginstall aplikasi
tertentu maka ponsel tersebut tidak hanya dapat digunakan sebagai sarana
komunikasi serta hiburan lewat tayangan film dan musiknya namun ponsel tersebut
kini dapat berfungsi sebagai kompas yang dapat memandu langsung posisi arah
kiblat secara presisi dimanapun kita berada. Bahkan ia juga dilengkapi dengan
fitur jadwal shalat dan secara ortomatis akan mengumandangkan adzan saat waktu
shalat tiba. Tidak hanya ponsel, aplikasi arah kiblat kini juga dikemas dalam
sebuah jam tangan maupun gantungan kunci yang mampu menunjukkan arah
kiblat secara presisi
Selain itu kini telah banyak dipasarkan
Digital Prayer Time Keeping sebuah alat yang sebesar kalkulator saku yang
berfungsi sekaligus mengetahui jadwal waktu shalat, memperdengarkan adzan,
menunjukkan arah kiblat, menampilkan kalender Hijriyah dan Masehi serta dapat
memperdengarkan alunan ayat suci Al Qur’an. Teknik penggunaan peralatan
tersebut tidak dibahas di sini.
3. Global Positioning Sistem (GPS)
Global Positioning System (GPS) adalah
suatu sistem pemandu arah (navigasi) yang memanfaatka teknologi satelit.
Penerima GPS memperoleh sinyal dari beberapa satelit yang mengorbit bumi.
Satelit yang mengitari bumi pada orbit pendek ini terdiri dari 24 susunan
satelit, dengan 21 satelit aktif dan 3 buah satelit sebagai cadangan. Dengan
posisi orbit tertentu dari satelit-satelit ini maka satelit yang melayani GPS
bisa diterima diseluruh permukaan bumi dengan penampakan antara 4 sampai 8 buah
satelit. GPS dapat memberikan informasi posisi, ketinggian dan waktu dengan
ketelitian sangat tinggi. Nama lengkapnya adalah NAVSTAR GPS (Navigational
Satellite Timing and Ranging Global Positioning System; ada juga yang
mengartikan "Navigation System Using Timing and Ranging.") Dari
perbedaan singkatan itu, orang lebih mengenal cukup dengan nama GPS. Dan GPS
mulai diaktifkan untuk umum tahun 1995.
Kini telah banyak merk-merk GPS yang
beredar di pasaran. Diantaranya yang cukup dikenal adalah GPS Garmin, Magellan,
Navman, Trimble, Leica, Topcon dan Sokkia. GPS Garmin seri Vista Cx
contohnya memiliki banyak fitur. Kecuali ia mampu memberikan informasi posisi
secara akurat termasuk ketinggian di atas muka air laut alat ini memiliki fitur
kompas yang juga sangat akurat. Kelebihan dari kompas yang dimiliki oleh GPS
ini adalah ia tidak dipengaruhi oleh medan magnetik baik deklinasi magnetik
bumi maupun medan magnet lokal serta dapat memandu arah secara akurat karena
dipandu oleh sinyal dari satelit. Alat ini tentunya sangat membantu saat
dilakukan pengukuran arah kiblat. Cuma untuk sekarang harga alat ini masih
tergolong mahal.
4. Theodolit
Theodolit adalah alat yang digunakan
untuk mengukur sudut horisontal (Horizontal Angle = HA) dan sudut vertikal
(Vertical Angle = VA). Alat ini banyak digunakan sebagai piranti pemetaan pada
survey geologi dan geodesi. Dengan berpedoman pada posisi dan pergerakan
benda-benda langit misalnya matahari sebagai acuan atau dengan bantuan
satelit-satelit GPS maka theodolit akan menjadi alat yang dapat mengetahui arah
secara presisi hingga skala detik busur (1/3600 °).
Theodolit terdiri dari sebuah teleskop
kecil yang terpasang pada sebuah dudukan. Saat teleskop kecil ini diarahkan
maka angka kedudukan vertikal dan horintal akan berubah sesuai perubahan sudut
pergerakannya. Setelah theodolit berskala analog maka kini banyak diproduksi
theodolit dengan menggunakan teknologi digital sehingga pembacaan skala jauh
lebih mudah. Beberapa merk theodolit misalnya Nikon, Topcon, Leica,
Sokkia
Pointing Titik Utara Sejati
Untuk pengukuran arah kiblat maka yang
diperlukan hanya skala sudut horisontalnya atau Horizontal Angle (HA). Hal
paling penting dalam penggunaan theodolit saat digunakan sebagai pemandau arah
kiblat adalah pointing terhadap titik Utara sejati sebagai acuan terhadap perubahan
sudut yang ditunjukkan oleh skala horisontalnya atau yang disebut “Azimuth”,
sementara untuk menjadikan bagian skala vertikal atau “Altitude” juga akurat
maka kedudukan alat saat kalibrasi harus benar-benar datar. Pointing terhadap
titik Utara bisanya dilakukan dengan mengarahkan theodolit ke matahari dan
dicari berapa azimuth matahari saat itu untuk dicocokkan sehingga bisa
diketahui arah utara sejatinya (True North). Pointing juga bisa dilakukan
dengan menggunakan kompas yang biasanya terpasang di atas theodolit.
Pengukuran arah kiblat menggunakan
theodolit dirasakan sulit terutama terkendala oleh sulitnya melakukan pointing
terhadap titik Utara Sejati apalagi posisi matahari yang dijadikan target sudah
tinggi di atas kepala atau bahkan kompas yang biasanya di atas theodolit sering
tidak presisi. Untuk itu diperlukan teknisi yang menguasai betul penggunaan
alat ini kecuali harganya yang juga termasuk sangat mahal.
5. Total Station
Alat ini merupakan langkah maju dan
modernisasi dari theodolit. Total Station dilengkapi dengan piranti Global
positioning System (GPS) sebagai pemandu arah dan posisi serta peningkatan
dalam hal akurasi. Alat ini juga dilengkapi dengan penjejak jarak otomatis
menggunakan laser. Pada teleskopnya juga dilengkapi dengan sensor CCD sehingga
saat pembidikan cukup dilihat lewat layar monitor. Alat ini bahkan mampu
menyimpan data-data hasil pengukuran dalam memorinya yang sudah serba
komputerisasi.
Untuk pengukuran arah kiblat alat ini
akan langsung mencari sendiri kemana arah kiblat dan arah shaff shalat langsung
dari dalam bangunan masjid dengan tingkat akurasi yang tinggi. Beberapa merk
Total Station misalnya Nikon, Topcon, Leica, Sokkia dan Horizon. Jangan
bertanya mengenai harga alat ini sebab yang jelas sangat berat untuk kantong
kita pribadi.
Sumber:
http://rukyatulhilal.org
Sumber:
http://rukyatulhilal.org
Tidak ada komentar:
Tulis komentar