17 November 2012

Sangkar Emas Masjid

 


Mendirikan bangunan masjid, memang tidak mudah. Perlu dukungan semua pihak, baik berupa pikiran, tenaga maupun dana. Selain itu, waktu yang dibutuhkan juga tidak sebentar, berbulan-bulan bahkan tahunan. Namun, yang lebih sulit lagi, ternyata adalah melengkapi isi masjid dengan sumber daya manusia yang berkualitas.

 Ilustrasinya seperti membangun sebuah sangkar dari emas. Jelas, perlu bahan berkualitas, kokoh, bersih, sehat, indah dan biayanya juga mahal. Sebuah sangkar yang berkelas tinggi, pasti diperuntukkan bagi burung yang berkelas juga.

Akan terlihat aneh dan lucu, bila ada sangkar emas yang indah, konstruksinya kokoh dan mahal harganya, tapi ternyata hanya dihuni oleh burung gereja yang murah dan tidak memiliki kualitas suara yang membanggakan.

 Demikian pula nasib sebuah masjid yang dibangun dengan susah payah dan tatkala telah diresmikan, pada akhirnya hanya dihuni oleh jamaah yang lanjut usia. Pengajiannya kering karena sepi pemuda. Para imam, bilal dan muadzinnya juga kurang layak karena tidak memiliki skill tilawah yang mumpuni. Sehingga, lebih mahal sangkarnya daripada burungnya.


Masjid-masjid umat Islam yang bertebaran di kota ataupun desa, kebanyakan juga demikian nasibnya. Pada saat direnovasi, dengan susah payah, para pengurus takmir, panitia pembangunan dan semua jamaah bahu-membahu mendirikan masjid yang akan mereka jadikan pusat peribadatan dan perkembangan Islam. Segala daya, pikiran, tenaga hingga harta benda mereka korbankan. Tidak cukup di situ, mereka pun rela "mengemis" untuk pembangunan masjid.



Sungguh, upaya itu adalah bagian dari perjuangan, dan pastinya akan dicatat sebagai amal sholeh di sisi Allah yang pahalanya akan terus mengalir kepada siapa saja yang berjuang untuk masjid. Inilah yang diidamkan umat Islam. Namun, apakah lalu pemakmuran masjid itu hanya cukup berhenti di situ?

 Jawabannya ternyata tidak. Upaya pemakmuran masjid tidak cukup berhenti pada pembangunan fisik. Sebab, yang jauh lebih sulit adalah pembangunan ruhani para jamaah. Memperbanyak kuantitas jamaah yang hadir sekaligus meningkatkan aspek kualitas adalah jauh lebih berat dan perlu waktu yang tidak sebentar.


Oleh karena itu, sembari membangun fisik masjid, diperlukan strategi dan sinergi dari semua pihak tentang bagaimana meningkatkan kualitas isi masjid. Pasti, akan lebih sempurna bila ada sebuah bangunan masjid yang megah dan indah, lalu di dalamnya ramai dengan kegiatan ibadah dan pendalaman ilmu agama.

 Masjid yang laksana sangkar emas itu akan tampak sempurna bila ditempati burung-burung berkualitas tinggi. Para imamnya adalah sosok yang memiliki kemampuan tilawah al-Quran yang fasih dan secara fiqih memang layak menjadi imam. Para muadzinnya juga memiliki kualitas suara yang merdu dan tepat dalam melantunkan adzan. Para bilalnya pun demikian.

 Lalu, setiap ada pengajian, para jamaah teruatama di sekitar masjid, berduyun-duyun menghadirinya. Mereka kompak bahu-membahu mensukseskan setiap kegiatan dan mampu mengambil hikmah. Para alim ulama juga betah dan istiqamah memberi siraman ruhani. Semangat pemuda juga membara. Di setiap even religi, mereka bersama-sama turut aktif meramaikan dan terus menjadi bagian dari pejuang masjid.



Membayangkan ilustrasi itu, terasa sangat nikmat. Begitu indahnya sangkar emas masjid yang ramai dihuni para jamaah yang juga berkualitas. Semoga bayangan ini tidak hanya sekedar mimpi di siang bolong, tapi inilah "rukyah sholihah" yang akan menjadi kenyataan di kemudian hari nanti. Semoga.

Tidak ada komentar:
Tulis komentar