24 Januari 2013

Hat Yai, Oh Hat Yai

 


Senin, 14 Januari 2013, sepulangnya dari kantor administrasi di Pattani, Thailand, sekitar jam 19:00, kami bersama rombongan langsung kembali menuju Hat Yai melalui perjalanan darat. Di sepanjang jalan tol yang bebas hambatan itu, berjejer pohon durian dan berbagai tanaman lainnya. Sungguh hijau ranum negeri Thailand bagian selatan ini!

Sebelum tiba di hotel, oleh pihak KBRI di Thailand, rombongan kami dijamu untuk makan malam di sebuah restoran yang sangat asri. Berbagai makanan disuguhkan, mulai dari udang, ayam bakar dan aneka seafood. Hebatnya lagi, buah untuk cuci mulut, lagi-lagi berupa durian super gede yang manis.

Setibanya di hotel x yang ada di tengah kota Hat Yai, kami langsung mandi air hangat, kemudian solat, lalu bersiap-siap untuk jalan-jalan menikmati suasana malam kota Hat Yai yang saat itu cukup ramai dengan para pedagang asongan di trotoar jalan. Mereka berjualan apa saja dengan harga-harga yang relatif terjangkau.

Hotel-hotel di Thailand, hampir semuanya memberlakukan larangan merokok di dalam kamar. Juga, tidak ada area smoking di sudut-sudut hotel. Di setiap kamar, ada alat pendeteksi asap. Kabarnya, jika ada tamu yang merokok di dalam kamar, didenda sebesar 100 hingga 1.000 Bath. Wah, inilah yang membuat beta tersiksa.

Karena itu, acara jalan-jalan sekalian shoping di malam itu merupakan waktu merdeka untuk dapat menikmati kretek khas Indonesia di negeri Gajah Putih. Di Thailand, saya juga menemukan rokok kretek yang mereknya sama dengan rokok saya. Namun, rokok itu produk impor dan bahkan dibungkus dari negara lain sehingga rasa khas Indonesianya agak berkurang.

Orang Thailand yang saya tawari rokok bawaan saya, mereka mengaku senang sebab dapat menghisap nikmatnya rokok original langsung dari Indonesia. Mereka menyebut, Indonesia adalah surganya tembakau dan produk rokoknya sangat digemari di Thailand dan juga di beberapa negara Asia.

Sekitar pukul 21:00, jalanan di Hat Yai mulai sepi dari pedagang asongan. Namun, cafe-cafe tetap buka hingga tengah malam. Semakin jauh kaki melangkah hingga ke sudut-sudut kota, semakin banyak discotik, bar, cafe dan dunia malam yang makin ramai dan menghangatkan suasana Hat Yai.

Kabarnya, Hat Yai dan Pattaya adalah tempatnya operasi kulit hingga operasi ganti kelamin. Oleh sebab itu, tradisi trans-gender di Thailand cukup dikenal secara internasional. Maka, jangan sampai terkecoh bila ada seseorang di pinggir jalan berparas cantik rupawan, boleh jadi, jenis kelaminnya bukan wanita, tapi waria alias produk trans-gender.

Dunia malam di Hat Yai benar-benar hingar bingar. Bukan hanya cafe dan diskotik malam, tapi lokasi "massage" alias pijat urat hingga mungkin pijat aurat, juga berderet di jalanan Hat Yai. Tampak juga iklan kecantikan dan operasi plastik yang murah meriah, mulai dari memerahkan bibir, mewarnai uban, memancungkan hidung hingga jasa konsultasi bagi yang ingin ganti kelamin.

Yang paling menegangkan, tentu saja diskotik malam. Bukan hanya sebagai ajang pesta minum minuman keras atau sekedar dansa, tapi para pengunjungnya juga disuguhi tari skriptis yang menampilkan gadis cantik hingga waria seksi. Mereka berani memperlihatkan daerah "Sekwilda" alias sekitar wilayah dada. Dan, kabarnya, semakin malam semakin banyak lagi "daerah" yang dipertontonkan!

Uniknya, ada sebuah diskotik skriptis yang bersebelahan dengan vihara, tempat para bhiksu dan kaum taat budha melangsungkan ritual agama. Artinya, antara "surga" dan neraka seperti asyik berdampingan. Hat Yai, seakan menjadi tempat pelabuhan bagi seseorang; apakah ia akan memilih jalan yang mengantarkan pada nirwana, ataukah menuju jahannam?

Meski semakin malam suasananya makin hangat, namun sebenarnya, kehangatan dan kenikmatan birahi di Hat Yai adalah semu belaka. Berjalan di trotoar kota Hat Yai dan masuk ke relung-relung kota itu, sama sekali tidak menyisakan apapun kecuali rasa prihatin; bahwa sedemikian parahkah manusia menuruti hawa nafsunya sehingga kebebasan benar-benar tanpa batas?

Menjelang tengah malam, saya pun balik ke hotel untuk beristirahat. Sekitar pukul 4:30, saya terbangun dan yang terdengar adalah lolong anjing yang bersautan. Berbeda dengan di Pattani, Thailand. Di sana, masih terdengar suara adzan menyambut fajar pagi, petanda datangnya hari baru untuk semangat baru.

ขอแสดงความยินดีคืนหาดใหญ่ ประเทศไทยลา
Selamat Malam Hat Yai, Selamat Tinggal Thailand

1 komentar:
Tulis komentar