18 November 2016

Cara Merusak NU

 

Umpama sepakbola, NU seakan menjadi satu-satunya tim catenaccio ala Italia yang menerapkan pertahanan total dengan sesekali mengandalkan serangan balik. Demikian posisi NU dalam mempertahankan wajah Islam Indonesia yang secara akidah tetap berlandaskan Ahlussunnah Wal Jamaah dan berwawasan kebangsaan.

Hanya NU yang mampu mengakomodasi nilai-nilai budaya Indonesia yang majemuk dan menampilkan akhlak mulia. NU juga yang kali pertama menerima Pancasila sebagai dasar negara sehingga NKRI merupakan harga mati yang tidak bisa ditawar lagi. Oleh karenanya, NU setia dan siap mengawal NKRI dari berbagai ancaman, baik dari dalam maupun luar negeri.

Kini, seiring dengan Arab Spring dan kekacauan di negara-negara muslim akibat mudahnya diadu-domba atasnama agama, madzhab, sekte, ras, dan sebagainya, NU menampilkan Islam Nusantara untuk peradaban dunia. NU menawarkan model keberagamaan yang moderat, toleran dengan tetap mengedepankan persatuan di antara semua elemen bangsa di bawah semboyan Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tapi tetap satu jua.

Konsep NU ini tampaknya mulai digoyah oleh berbagai kelompok yang tidak menginginkan Indonesia bangkit untuk mengejar ketinggalan. Kelompok dengan berbagai motif dan kepentingan itu tampaknya sadar betul, bahwa untuk menghancurkan Indonesia menjadi berkeping-keping, satu-satunya cara adalah merusak NU terlebih dulu. Sebab, NU adalah pagar baja NKRI, pertahanan terakhir berbasis ormas Islam yang menurut mereka, harus dipecah-belah.

Lalu, bagaimana caranya? Tentu yang pertama adalah membunuh karakter para ulama dan kiai NU, terutama di tubuh PBNU sebagai striker. Para kiai dan ulama sepuh yang kredibilitas keilmuannya tidak perlu diragukan lagi, justru oleh mereka di-stigma dengan berbagai cap negatif. Ada yang dilabeli liberal, syiah, sesat, melenceng dari Aswaja, munafik, dan banyak lagi. Apapun alasan dan analisisnya, jelas stigma ini bertujuan membunuh karakter para ulama dan kiai NU. Dengan begitu, sedikit demi sedikit, santri dan umat tidak lagi respek terhadap NU.

Cara kedua adalah memecah NU menjadi beberapa bagian. Cara ini memang butuh waktu lama, tapi mereka punya taktik jitu dengan mencatut nama NU, lalu muncul NU Garis Lurus, Aswaja Garis Lurus, NU Asli, dan banyak lagi yang ada embel-embel NU. Mereka tahu, jika tanpa mencatut nama NU, pasti tidak laku di pasaran. Pasalnya, mereka tidak punya umat kecuali "menunggangi" warga Nahdliyyin.

Cara ketiga adalah doktrinisasi Islam radikal dan ekstrim. Dengan alasan memurnikan ajaran Aswaja dan mengembalikan NU kepada khittoh, mereka menanamkan ajaran intoleran. Ada pesan politik dalam doktrin tersebut sehingga emosi umat terus diaduk-aduk agar tidak puas terhadap NU. Taktik ini mereka harapkan agar suatu saat NU bergerak melawan Pemerintah, TNI dan Polri. Dengan begitu, kekuatan NU dan NKRI makin terkikis yang pada akhirnya, Indonesia akan pecah berkeping-keping.

Cara terakhir, mereka tahu bahwa di mata Internasional, NU adalah representatif umat Islam Indonesia. Oleh karenanya, mereka menampilkan Islam Keras, memuja para teroris, mendukung aksi terorisme sebagai jihad dan menanamkan sikap intoleran, lalu kemudian dipublikasikan secara luas. Dengan image buruk ini, secara tidak langsung, citra NU turut tercoreng.


Selain cara-cara di atas, masih ada 1001 taktik untuk melemahkan NU dan NKRI yang langkah awalnya adalah mengganggu stabilitas kehidupan berbangsa dan bernegara sehingga energi NU akan habis untuk mengatasi taktik licik mereka. 

Tidak ada komentar:
Tulis komentar