14 November 2016

Jumlah Kafir Bertambah

 

Di era orde baru, salah satu yang dipusingkan pemerintah RI adalah meningkatnya jumlah penduduk sehingga program KB sangat penting. Itu dulu, bagaimana saat ini? Wow, jelas tambah buanyak. Lho wong sekarang hobinya kawin, hehehe...

Begitu dahsyatnya, sampai lagu “135 juta” perlu di-update oleh Raja Dangdut Rhoma Irama menjadi “225 juta penduduk Indonesia. Terdiri dari banyak suku bangsa, itulah Indonesia”. Goyang ho…!! Kalo perlu, lagu “Balonku ada 5” ditambah ada 51. Loh, kok jadi bahas syair lagu.

Dulu, meski jumlah penduduk Indonesia meningkat dan mayoritasnya muslim, tapi budaya saling menghormati keberagaman dan perbedaan masih baik. Sikap toleransi dijunjung tinggi. Semua sadar, negara ini diperjuangkan bersama-sama, dengan tumpah darah para pejuang yang saat itu tidak lagi berpikir perbedaan suku, ras, bahasa, termasuk agama.

Tekad persatuan itulah yang membuat nusantara tetap menyatu dari Sabang sampai Merauke. Sampai kemudian, muncul golongan “ceci” alias celana cingkrang yang sedikit-sedikit wiridnya bid’ah, sesat, kufur. Ada juga yang bersorban, tapi menyebut saudaranya sendiri kafir, jahannam, binatang.

Oh, akhirnya orang pun bertanya-tanya. Katanya dakwah, tapi kok marah-marah. Katanya merangkul, tapi kok memukul. Katanya mengajak, tapi kok mengejek. Orang disuruh rukun dan toleran, tapi kok diprovokasi. Seruannya jihad dan katanya sudah sesuai ayat, padahal Tuhan itu penuh rahmat.

Terus, mau dibawa kemana nasib umat ini? Apa sesama bangsa harus perang, gitu? Yang beda tafsir berarti musuh, gitu? Bangsa yang besar, setauku sih, memiliki jiwa yang besar. Berlapang dada, bukan membusungkan dada, apalagi suka dada, kan KFC jadinya, hehehe...

Anehnya, seruan perpecahan ini makin hari makin diminati. Kurikulumnya lebih sukses dari K-13. Orang yang masih labil, didoktrin terus-menurut. Bukan wawasan mereka yang diperluas, tapi emosinya dibakar. Tiap hari diajari kebencian, kemarahan, dan hujatan. La iya, kok gak ada capeknya.

Fenomena ini makin mempertegas bahwa angka kewarasan, makin menurun. Sementara keserakahan kian meningkat yang diakibatkan oleh "salah asuhan" ini, sehingga pada akhirnya angka kekufuran, kesesatan dan kesurupan juga makin meningkat tajam.

Di mata mereka, jumlah orang kafir akan terus bertambah setiap hari dan angka itu makin melonjak tajam melebihi devisa negara, hehehe. Hari ini, Anda masih muslim, tapi besok sudah dicap kafir. Bahkan, Anda yang lagi khusyuk tahlil, juga disebut sesat. Aneh kan? Ya iyalah, lha wong surga neraka aja sudah dikavling, apalagi proyek.

Hanya di Indonesia, orang yang berpikiran sehat dan berwawasan kebangsaan, justru malah dibilang liberal, komunis, pluralis, kalau perlu masinis. Orang yang menginginkan konflik sekterian berakhir di bumi pertiwi, eh malah dilabeli syi’i, kafir, munafik, binatang, unta, sapi, ayam, tenyom,...hop..hop..hop… ini bukan kebun binatang, bro!

Oiya, selain jumlah kafir meningkat, jumlah janda muda juga meningkat tajam. Dua-duanya menggemparkan! Ayo, pilih mana? Kalau aku sih, pilih kelapa muda aja.

Wallahu a’lam

Tidak ada komentar:
Tulis komentar