Aleppo, Suria: Before - After |
Puji syukur wajib dihaturkan oleh "umat Islam" paska Aksi 212
yang benar-benar berlangsung super damai, tidak ada kerusuhan, dan semua agenda
semisal shalat jumat berjamaah, istighatsah dan maulid akbar terlaksana dengan
aman.
Tentu saja, selain peran para ulama dan peserta aksi, juga berkat kerja
keras pemerintah khususnya kepolisian yang itu patut diapresiasi. Pasalnya,
sebelum, di saat dan sesudah Aksi 212 itu, kepolisian telah berjuang keras
membersihkan "sampah-sampah" yang ditengarai akan merusak hajatan
akbar tersebut.
Buktinya, orang-orang yang berpotensi makar, langsung diciduk pada pagi
hari sebelum Aksi 212 berlangsung. Tak hanya itu, secara estafet, Densus 88
terus bergerak menjinakkan "para pengantin" yang sudah siap bertemu bidadari.
Bom berdaya ledak besar juga berhasil disita. Para teroris berbaju
"mujahidin" di beberapa kota juga ditangkap. Yang pasti, jaringan teroris ini akan terus diburu hingga
Indonesia benar-benar bersih dari perusak agama dan NKRI.
Inilah fakta, bukan fiksi, apalagi sinetron. Tapi ternyata, sebagian
orang yang berotak "katak" malah mencibir jerih payah kepolisian dan
dengan seenak dengkulnya, menyebut prestasi penemuan bom ini sebagai
"Pengalihan Isu" dari kasus penistaan agama yang tengah menjerat Ahok.
Sementara itu, saat tersiar berita tentang kota Aleppo yang "merdeka" dari
cengkraman ISIS, Saudi, AS, dkk, justru mereka berteriak "Save Aleppo...
Save Aleppo". Jangan-jangan, teriakan inilah yang sesungguhnya pengalihan
isu untuk menutupi kelemahan jaringan teroris di Indonesia yang kini mulai
diberangus oleh Jenderal Tito dan Densus 88. Dan, beberapa teriakan memang
berasal sebagian orang yang terhasut media-media mainstrem yang selama ini
gemar memutar-balikkan fakta. Kasihan!
Selain teriakan "Save Aleppo", mereka juga mendesak pemerintah
untuk mengirim tentara ke Aleppo. Terus, untuk apa pemerintah kirim tentara?
Apa untuk membantu ISIS dan kaum pemberontak pemerintahan Bashar Assad? Lha
wong rakyat Aleppo sendiri sekarang sedang berpesta karena terbebas dari
cengkraman ISIS dan pihak pendukungnya, lha kok ini malah ujuk-ujuk minta kirim
tentara, hadeeh.
Perlu diketahui, direbutnya kembali Aleppo oleh pasukan pemerintah
Suria, itu artinya Suria yang selama ini anti AS dan Israel adalah negara yang kuat.
Prestasi ini sekaligus menjadi tamparan terhadap pihak-pihak manapun yang ingin
menjajah dan mendongkel kedaulatan negara Suria pimpinan Bashar Assad.
Jelasnya, pemberontak dan pembuat makar, pasti kalah. percayalah!
Dari aspek kemanusiaan, mestinya Aleppo menjadi pelajaran bagi semua
pihak, bahwa perang, pembunuhan, kerusuhan dan aksi-aksi anarkhis lainnya
adalah merugikan semua umat manusia, apapun agama, suku, bangsa dan negaranya.
Perang, baik menang atau kalah, sama-sama menyengsarakan, apalagi perang
saudara. Pembunuh dan terbunuh, kata Nabi, sama-sama di neraka.
Lalu, masihkah kita ribut dan asyik bertengkar hanya karena beda sudut
pandang dan keyakinan yang bagaimana pun juga sulit untuk disatukan apalagi
dengan cara pemaksaan. Sebaiknya, sebelum teriak "Save Aleppo"
apalagi mencibir pemerintah RI, ketahui dulu: "Aleppo iku opo?".
Wallahu a'lam.
Tidak ada komentar:
Tulis komentar