12 November 2017

FENOMENA GOJEK

 


Maaf, tulisan ini bukan promosi GoJek atau Pro Transportasi Online ya. Tidak. Hanya sebuah goresan tentang perubahan teknologi yang begitu cepat dan sulit dibendung dengan cara-cara konvensional.

Sudah banyak yang menulis tentang "Distruption Era" yang tujuannya untuk menggugah kesadaran manusia jaman now tentang pergerakan teknologi milenial. Intinya, jika kita atau anak-cucu kita tidak mempersiapkan diri untuk hidup dan bersaing di masa depan, maka bersiaplah menjadi pecundang. Kura-kura begitu.

Aplikasi Gojek, Grab, Juragan Ojek dan sejenisnya, mulai tumbuh subur, dari yang skala nasional sampai skala perkotaan hingga pedesaan. Kini, tidak hanya perusahaan besar yang bisa membuat aplikasi, tapi secara personal pun banyak yang mampu mendesain aplikasi sendiri, lalu berubah menjadi developer indie. Mirip dengan penerbitan buku yang kini setiap orang bisa menjadi penerbit indie alias penerbit pribadi.

Adanya Medsos yang didukung teknologi jaringan komunikasi dan informasi yang canggih, benar-benar mewujudkan Era Globalisasi yang dahulu sekitar awal tahun 90-an masih dalam tataran prediksi. Kini, penduduk dunia bisa saling berkomunikasi lintas teritorial, lintas suku, bahasa, ras, agama, dan sebagainya hingga tidak ada lagi sekat pemisah. Jelas ada dampak negatifnya, tapi positifnya juga banyak.

Fenomena Gojek alias Ojek Online yang hingga kini masih terjadi pro-kontra hingga pemerintah pun masih kesulitan membuat regulasi yang pas dan adil. Ini adalah bukti, sekali lagi, bahwa kemajuan teknologi memang tidak mudah dibendung, apalagi dihadapi dengan gaya konservatif.

Gojek yang asli produk Indonesia ini, menurut saya, merupakan terobosan teknologi super cerdas dari anak bangsa. Potret anak-anak muda jaman now yang mampu melihat peluang dan tantangan, memadukan ide, kreativitas dan teknologi.

Ketika masalah transportasi makin bertambah rumit, mulai dari problem kemacetan, mahalnya biaya, keamanan, kenyamanan, kebutuhan konsumen, bertambahnya jumlah pengangguran, dan sebagainya, semua itu mampu dibaca oleh Gojek dan sejenisnya untuk menciptakan teknologi baru yang kini dikenal dengan Ojek atau Taksi Online.

Akhir-akhir ini, layanan Gojek pun dilengkapi Go-Food, Go-Clean, Go-Massage, dan mungkin akan terus berkembang sesuai kebutuhan. Mau makan, malas keluar rumah, ogah antri dan parkir, cukup ketik menu yang diinginkan melalui ponsel, lalu simsalabim, makanan tiba dan siap santap. Badan pegal, ingin pijat dan relaksasi, gunakan Android. Rumah kotor, pembantu mudik, ingin bersih dengan layanan profesional, silahkan pencet tombol digital di layar ponsel Anda.

Oh, begitu mudah, cepat dan murahnya berinteraksi dan berkomunikasi di era milenial saat ini. Karenanya, persaingan teknologi di masa depan, akan semakin gencar dan kompetitif. Positifnya, user makin merasakan kemudahan dan harga yang murah. Negatifnya, user yang menolak kemajuan Iptek, lama kelamaan akan merasa hidup di tengah hutan belantara.

Oleh karenanya, kita dan anak-anak harus mempersiapkan diri menghadapi ini semua. Dunia pendidikan yang masih berkutat dengan kurikulum jaman old, jelas akan melahirkan lulusan yang sulit bersaing di masa depan. Anak-anak harus dibekali kemampuan beragam dan melek IT, bahkan perlu dilatih untuk memproduksi teknologi baru melalui riset-riset pengembangan.

Jika calon penghuni bumi di masa depan masih dicekoki seperangkat ilmu keterampilan kuno, itu artinya sedang mempersiapkan generasi pecundang dan korban kemajuan teknologi. Ada banyak peluang yang bisa dibidik melalui teknologi. Semua tergantung mindset atau cara pandang kita dalam menatap masa depan. Pasrah dan menyerah, ataukah siap bangkit untuk bersaing.

Benar sekali, jika S. Ali bin Abu Thalib berpesan: "Ajarilah anak-anakmu sebab jaman mereka kelak tidak sama dengan jamanmu".

Tidak ada komentar:
Tulis komentar