2 Maret 2019

K A F I R

 

"Kafir", kata ini, dalam perspektif bahasa, termasuk bahasa Indonesia, apalagi Arab, jelas berkonotasi negatif. Hampir tidak ada, orang atau kelompok, mau dicap atau dipanggil "Fir, Kafir". Iya kan?
Karena itu, meski keluarga dan adik Pak Prabowo itu non-muslim, tolong jangan dipanggil "Kafir". Inilah akhlaq sesama manusia, sebangsa dan setanah air, yang ingin disampaikan oleh para alim ulama NU. Bahwa, meskipun secara TEOLOGI, "kafir" antonim (lawan kata) "mukmin" (Mu'jam Lughatul Fuqaha', 1985), namun dalam ruang publik dan hubungan sosial, tak elok bila menyebut "kafir" kepada sesama anak bangsa.
Lebih dari itu, dalam perspektif leksikologi, makna kata "kafir" ternyata banyak sekali. Kita bisa merujuk ke Kamus al-Wasith (Majma' Lughah Mesir, 1960), Mu'jam Syamsul Ulum (al-Humairi, w. 1171), Kamus ar-Raaid (Jibran Mas'ud, 1965), Mukhtar as-Shihah (ar-Razi, w. 1268), dan lain-lain yang sekali lagi, arti "kafir" itu banyak sekali.
Contoh:
"Anak itu berenang di Kafir" (Kafir=Nahr, sungai yg banyak airnya); "Ia bepergian ke Kafir" (Kafir=Pelosok Bumi yg jauh dan luas); "Yuk, kita ikut wisata Kafir" (Kafir=Bahari alias Laut); "Papa bekerja siang dan Kafir" (Kafir=Lail, malam); "Pertemuan para kafir di sawah" (Kafir= Zarra', petani yg menanam benih di tanah), "Matahari tertutup kafir" (Kafir=awan).

Nah, kalau uda gitu, mau pilih "kafir" yg mana? Hehe...
Jadi, inti dari hasil bahtsul masail tentang penyebutan "Non-Muslim" sebagai ganti kata "Kafir" ini, bukan berarti mau meng-amanden al-Quran. Jauh bro.. Juga bukan dalam perspektif teologi (keimanan) yang semua umat beragama paham, bahwa umat Islam pasti melihat non-muslim itu "kafir" karena menolak ajaran Islam, begitu pula sebaliknya.
Penggunaan kata "Non-Muslim" tidak "kafir", dalam perspektif sosio-politis dan kebangsaan, bertujuan agar kata "kafir" yang berkonotasi negatif dan menyakitkan itu, tidak menjadi konsumsi publik, apalagi dengan sangat mudahnya diumbar untuk menghakimi semua orang/kelompok yang tidak sepaham, seakidah, dan sepakat dengan pikiran dan keyakinannya sendiri.
Wallahu a'lam

1 komentar:
Tulis komentar
  1. mudah mudahan kita semua tidak menjadi kapir dan istiqomah dalam menjalankan ibadah kepada alloh swt

    BalasHapus