Ngaji Qur'an On Air: Tartil-Tarjwid Tafsir (QS. al-Baqarah, ayat 57)
ANALISIS TARTIL-TAJWID
Membaca al-Qur'an berbeda dengan membaca teks lainnya. Bukan hanya karena ia kitab suci, tapi juga karena dalam membacanya kita diperintah agar membaca secara tartil sehingga membaca al-Quran itu memang khas, berpahala dan menenangkan jiwa.
Membaca secara tartil adalah membaca dgn baik dan benar. Tidak cukup hanya membaca secara baik, dengan suara merdu, dan lancar, tapi yg terpenting lagi adalah benar. Maksudnya, benar menurut tajwid, sebuah ilmu yg melatih kita agar kita bisa membaca al-Qur'an dengan tepat. Itulah mengapa S. Ali mendefinisikan 'Tartil' adalah tajwidul huruf wa ma'rifatul wuquf. Maksudnya, bunyi hurufnya harus dilafalkan dengan benar, ayat-ayatnya harus dibaca tepat agar tidak merubah makna. Ibnu Katsir menghimbau agar berlahan-lahan dalam membaca al-Qur'an, itulah pengertian tartil menurut beliau.
Baiklah, langsung aja kita analisis ayat 57 surah al-Baqarah dari perspektif ilmu tajwid.
Allah berfirman:
وَظَلَّلْنَا عَلَيْكُمُ الْغَمَامَ وَأَنزَلْنَا عَلَيْكُمُ الْمَنَّ وَالسَّلْوَىٰ ۖ كُلُوا مِن طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ ۖ وَمَا ظَلَمُونَا وَلَٰكِن كَانُوا أَنفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ
Pada ayat di atas, ada huruf ظ pada 3 kata (وَظَلَّلْنَا - وَمَا ظَلَمُونَا - يَظْلِمُونَ). Huruf ظ termasuk huruf yang sulit diucapkan bagi kebanyakan orang Indonesia karena pelafalannya tidak ada di dalam sistem bunyi bahasa Indonesia. Bahkan, ketika dialih aksarakan ke Indonesia, bunyi huruf ظ ini ditulis berbeda-beda. Ada 'dz', 'z', ada dzalim, zalim. Mana yg benar? terserah, mau ikut pedoman transkrip yang mana. Tapi yang jelas, pelafalannya dalam bahasa Arab masih tetap sama.
Menurut saya, huruf ظ termasuk salah satu huruf yang sulit diucapkan. Makhraj (output) bunyinya adalah gusi (litsawiyah). Tepatnya, ketika mengucapkan ظ ujung lidah menempel pada ujung dua buah gigi seri yang atas. Ini menurut teori tajwid ya. Pastinya, teori ini sulit dimengerti jika hanya dengan membaca kaidah tajwid aja dari buku. Praktik pelafalannya ya harus dengan cara musyafahah (face to face) alias belajar langsung di depan guru, meniru cara bacanya, dan dikoreksi jika kurang tepat.
Salah melafalkan ظ pd kata وَظَلَّلْنَا bisa merubah arti lo, hati-hati, hehe... Huruf ظ bisa berubah ض, kata وَظَلَّلْنَا (artinya menaungi) menjadi وضللنا (artinya, menyesatkan, menuduh sesat, menyembunyikan, menipu). Kan ayahab?!
Dari bab makhraj, kita pindah sejenak ke bab Mad (bacaan panjang). Pada ayat di atas, ada 8 mad thabi'i yang panjangnya 1 huruf atau 2 harakat saja, dan hanya ada 1 Mad Jaiz Munfashil pada kalimat (كَانُوا أَنفُسَهُمْ) yang menurut Imam Hafs, panjangnya 2,5 Alif atau sekitar 5 harakat/5 ketukan nada. Jangan panjang2 kayak mau adzan, hehe...
Panjang pendeknya pelafalan bunyi ini, ternyata juga berpengaruh pada perubahan bentuk kata, yang tentunya juga bisa merubah makna. Misalnya, pada kata وَظَلَّلْنَا,أَنزَلْنَا, طَيِّبَاتِ, رَزَقْنَا jika dibaca pendek menjadi وَظَلَّلْنَ,أَنزَلْنَ, طَيِّبَة, رَزَقْنَ ya maknanya berubah, sebab dari bentuk jamak berubah ke tunggal. Arti aslinya "Kami" menjadi "mereka", "baik-baik" menjadi "baik" saja.
Dari sini, bisa dimengerti bahwa belajar ilmu tajwid dan mempraktekkannya dengan benar, sangat amat penting sebelum belajar yang lainnya. Oleh karena itu, hukum belajar ilmu tajwid adalah fardlu kifayah, tapi mengamalkannya adalah fardlu a'in yang bagi setiap muslim.
Mari, menuju hukum Nun atau Tanwin. Pada ayat di atas, ada 4 bacaan ikhfa', yakni pada: وَأَنزَلْنَا, مِن طَيِّبَاتِ, وَلَٰكِن كَانُوا, أَنفُسَهُمْ. Ketika kita membaca huruf Nun yg disukun (Nun-mati), maka kita tidak bisa membaca Nun itu secara jelas, hanya samar-samar saja (ikhfa'). Kenapa? Menurut ilmu bunyi (Ilm Aswat), ketika udara yang akan kita gunakan untuk melafalkan Nun, yang mestinya berada dan tertahan pada posisi outputnya (ujung lidah dan gusi) menjadi menyebar hingga ke rongga hidung (khoisyum) sehingga bunyi Nun menjadi samar.
Kesalahan lain, meski termasuk lahn khofi (salah ringan), adalah bacaan miring. Pada ayat diatas, biasanya terjadi pada kata عَلَيْكُمُ yang mestinya dibaca 'alaikum menjadi 'alaekom.
Masih banyak yang dapat dianalisis dari ayat di atas menurut perspektif ilmu tajiwid, seperti: huruf Qolqolah, Mad Aridh lis sukuun, dls yang ada pada ayat di atas.
(Catatan dari pengajian rutin al-Quran di Masjid Muritsul Jannah Malang. Setiap hari Sabtu, Bakda Maghrib. Disiarkan juga melalui Radio el-Jannah 100.9 FM untuk Malang Raya)
Bersambung ke kajian tafsir...
Wallahu a'lam
Tidak ada komentar:
Tulis komentar