2 Agustus 2019

Manna wa Salwa (2)

 

Ngaji Qur'an On Air:
Tartil-Tarjwid Tafsir (QS. al-Baqarah, ayat 57)

ANALISIS TAFSIR

Terjemahan ayat itu:
Dan Kami naungi kamu dengan awan, dan Kami turunkan kepadamu "manna" dan "salwa". Makanlah dari makanan yang baik-baik yang telah Kami berikan kepadamu; dan tidaklah mereka menganiaya Kami; akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.

Kandungan ayat ini, pertama, Allah mengingatkan tentang nikmat yg Dia berikan kpd Bani Israil, umat Nabi Musa. Ketika mrk dlm kesulitan, kepanasan dan kelaparan, Allah mencukupi kubutuhan primer mereka, menurunkan makanan dan minuman yg berkualitas dan super nikmat. Kedua, ayat ini menjadi pelajaran bagi kita, umat Nabi Muhammad saw, bahwa Allah akan selalu memberi yg kita butuhkan. Percayalah! Ketiga, ayat ini menjadi pembanding atau tolok ukur bagi kita, umat Nabi Muhammad yg hidup di akhir zaman. Bahwa, menuruti perintah Allah dan Nabi-Nya, pasti berakhir dalam kebahagiaan, meski harus menempuh banyak kesulitan dan hambatan. Umat terdahulu yg berakhir menderita disebabkan krn mendzalimi diri mereka sendiri.

Secara historis, ayat di atas berkisah tentang perjalanan hijrah Nabi Musa dan umatnya, dari Mesir menuju Syam (Palestina), ke tanah suci yang dijanjikan. Sebuah perjalanan yg jauh dan melelahkan, melintasi gurun sahara, di bawah terik mentari, menghadapi medan yg bukan hanya menguras tenaga, tapi juga mengancam keselamatan jiwa dan harta. Perjalanan panjang ini ditempuh, justru setelah mereka diselamatkan dari kejaran Fir'aun dan bala tentaranya yg ditenggelamkan Allah. Pasca era Fir'aun, tibalah era Bani Israil yg sejarah akan mencatat sepak terjang mereka. Kisah mereka ini juga disinggung oleh al-Qur'an sebagai ibrah atau pelajaran bagi orang yg berakal dan beriman.

Ketika melintas di gurun sahara, Allah menaungi mereka dg 'ghomam' artinya 'awan putih' agar tidak kepanasan. Istimewa! Awan putih (ghomam) ini sering muncul di padang pasir, demikian menurut riwayat Nasai dan Ibn Abbas dalam tafsir Ibnu Katsir. Ibnu Jarir menambahkan, awan itu jauh lebih dingin dan lebih indah dari awan pada umumnya. Pada ayat ini, kata yg digunakan adalah 'ghomam' bukan 'sahab'. Jadi, jenisnya memang lain. Bahkan, ada tafsir yg juga mengutip pendapat Ibn Abbas, berpendapat  bhw awan itulah yg didatangkan Allah pd perang Badar.

Luar biasa. Tentang awan saja, para ulama tafsir memiliki banyak pendapat yg tentunya diperkuat dalil yg mrk pegang. Saat di sekolah, kita diajari bahwa yg dimaksud awan adalah suatu gumpalan uap air yang terbentuk oleh adanya siklus daur air yang terus menerus terjadi. Siklus daur air ini biasa disebut oleh para ahli sebagai siklus hidrologi. Adanya pemuaian air yang menguap menuju atmosfer dikarenakan oleh adanya panas bumi dan pancaran sinar matahari. Kemudian, terjadi pengembunan dan pemadatan uap air yang bergabung menjadi satu pada tingkat ketinggian tertentu diatas langit dan membentuk awan.

Setelah diteliti, ternyata jenis awan juga beragam, tergantung dari sisi mana melihatnya. Tak heran, jika para ulama tafsir klasik berbeda pendapat ttg istilah 'ghomam'. Dari bentuknya, ada: (1) Awan Cumulus, awan yg sering kita lihat di langit tanpa adanya mendung. Bentuknya seperti gumpalan kapas yg menghampar scr horisontal; (2) Awan Stratus, bentuknya spt karet yg menghampar ke segala penjuru. Awan ini terasa lebih sejuk krn menutup pancaran sinar matahari langsung ke permukaan bumi; (3) Awan Sirrus, mirip bulu ayam atau pasir di dasar laut. Awan ini diam, tenang, memiliki serat di antara bagiannya. Volumenya sedikit sehingga tidak berpotensi mendatangkan hujan. Dari sisi letaknya dari permukaan bumi, ada awan tinggi, awan sedang, dan awan rendah. Akibat ketinggiannya yg berbeda, maka bentuk dan kekuatannya jg berbeda.

Dalam geografi, nama awan juga beragam. Ada Cirrus (Ci), Cirrocumulus (Ci Cu), Cirrostratus (Ci St), Alto Cumulus (A cu), Alto Stratus (A St), Strato Cumulus (St Cu), Stratus (St), Nimbo Stratus (Ni St), dan lain sebagainya.

Dalam bahasa Arab, kurang lebih ada 24 kata untuk menyebut awan, yaitu: الحنطريرة, اليعبوب, ,الضجوع الحنطريرة, اليعبوب, الضجوع, الناهور, المزن, الْغَمَام, السَّمَاء, الْغَيْم, الْغَيْن, الطخف, الطخاف, العشى, العشية, الكثيف, القنيب, القعر, الربَاب, الضباب, الزبرج, الطرمساء, السحق, الكدرة, القلهبة, الهزم, الناهور, المزن, الْغَمَام, السَّمَاء, الْغَيْم, الْغَيْن, الطخف, الطخاف, العشى, العشية, الكثيف, القنيب, القعر, الربَاب, الضباب, الزبرج, الطرمساء, السحق, الكدرة, القلهبة, الهزم.

Wow.. banyak banget kan? Apa semua kata itu sinonim krn menunjuk pd satu obyek? Tentu tidak, sbb adanya nama (ism) menunjuk pd obyek tertentu pemilik nama itu (musamma) yg tentu saja perbedaan nama akibat perbedaan sifat, bentuk, jenis, dls. Lalu, dlm ayat tsb, awan yg mana? Saya ikut para mufassir aja setelah mereka melakukan analisis, selalu diakhiri 'Wallahu a'lam bi muradihi', hanya Allah yg tahu maksudnya.

Bersambung....

Tidak ada komentar:
Tulis komentar