23 September 2019

Bioskop Syar'i

 



Nonton film di bioskop, mau? No, thanks. Sejak 1994, udah 'tobat' tidak nonton film di bioskop, tapi di luar bioskop, tetap istiqamah, hehe...

Jadi, meski ada film 'Ayat-ayat Cinta' atau 'Juz-juz Cinta', 'Ketika Cinta Bertasbih' atau 'Ketika Cinta Bertahlil, Beristighatsah, dls', tetap ogah masuk bioskop, mending masuk Mall. Begitu juga film 'The Santri', apalagi 'Hayya', kuatir ikhtilath bareng ukhti², hehe...

Beda dgn zaman 'jahiliyah' pra 94, hampir sekali dlm seminggu, mesti 'i'tikaf' di bioskop, dan 'ritual' itu pas masih mondok dulu. Ini baru hebring! Uniknya lagi, nontonnya itu 'berjamaah', klop deh. Santri jaman old, kalau mau 'dakwah' alias ngajak nonton temannya, pakai 'kode rahasia' agar 'selamat' dari OTT pengurus pondok.

'Ayo, Babul Jamil', ajak teman santri. Artinya, 'Lawang Indah', nama bioskop di Lawang Malang. Kalo 'Azhar' berarti 'Lawang Sari', bukan universitas Al-Azhar, hehe... Yg enak itu, jadi senior alias pengurus. Bisa nonton pake alasan razia. Nah, ini baru khariqul 'adah, nyeleneh.

Dulu, tiap habis nonton, nama² judul film selalu ditulis dibalik pintu lemari pondok spy database-nya jelas dan lengkap. Film² favorit santri dulu adalah action Mandarin, era Lie Tie Hua sebelum 'hijrah' jadi Andy Lau, 'God of Gambler' Chow Yun Fat, Aaron Kwok, Jacky Cheung, Jet Li, Jackie Chan, dan si kocak Stephen Chow.

Kata teman waktu ngopi, "Kini, nonton bioskop aja, ada aturan 'syariat'nya". Wow, amazing!

1. Nonton harus diniati ibadah.
2. Sebelum masuk gedung bioskop, sandal dilepas.
3. Harus ada satir pembatas antara penonton akhi dan ukhti.
4. Aktor-aktrisnya harus se-muhrim.
5. Kalau bisa, lampu bioskop harus dinyalakan agar tidak terjadi hal² yg diinginkan bersama.

Ribet banget kan? Era uda Revolusi Industri 4.0, tapi nobar makin banyak aturan, plus fatwa lagi. So, satu² film yg lolos seleksi 'halal' ya cuma "The Kadrun: Powder of Love".

Traktiiir

Tidak ada komentar:
Tulis komentar