7 April 2020

Corona dan Keledai

 


Gambar ini saya ambil dari status Kiai sekaligus dokter NU, Muhammad S Niam . Pesannya begitu penting dan 'muqtadhol hal' untuk kondisi pandemi Covid-19 saat ini. Kembali ingin saya tulis:


Bahwa, keledai dalam foto ini digendong oleh pimpinan prajurit bukan semata² karena si komandan itu mencintainya. Akan tetapi, karena keledai itu tidak paham ia sedang berjalan di ladang ranjau.

Saat ini, warga dunia, termasuk Indonesia, sedang berada di ladang wabah virus yg kasat mata, maka siapapun yg punya keledai agar diikat dulu supaya kebodohannya tidak membuat kita semua terbunuh.

Oleh karena itu, stay at home, diam aja di rumah. Jika keluar, jaga jarak, bila perlu pakai masker, hindari sebisa mungkin kerumunan massa (di masjid, pasar, dls). Terus jaga kebersihan, sering cuci tangan, perbanyak doa, dls.

Itu semua adalah aturan alias ikhtiyar, cara agar semua selamat, agar jangan ada yg sembrono. Istilah usul fiqhnya, "La Dharar wa La Dhirar", jangan membawa bahaya dan jangan pula menyebabkan bahaya kpd orang lain. Setelah ikhtiyar, bertawakkal kpd Allah dan terus berbaik sangka atas segala keputusan-Nya.

Musim pandemi ini sama dg perang, hanya saja musuhnya tidak bisa dilihat kebanyakan orang awam. Jika dlm perang, di garda depan pertempuran adalah tentara. Mereka menyusun strategi, rakyat mendukung 100 persen.

Nah, di musim pandemi, di garda depan perang adalah dokter dan para medis dalam hal pengobatan. Demi tugas ini, dari mereka sudah banyak korban. Tugas rakyat ada di garda awal, yakni pertahanan atau pencegahan. Rakyat harus saling bantu dan peduli agar mata rantai penyebaran virus ini tidak merebak kemana-mana sehingga sulit dikendalikan. Jika banyak rakyat berjatuhan, maka tenaga medis, alat, obat, rumah sakit, jelas tidak akan mampu mengatasi peperangan dalam mengobati penderita.

Lalu, apa tugas pemerintah? Pemerintah bertugas menfasilitasi antara garda pengobatan dan pencegahan dengan membuat beragam kebijakan untuk kemaslahatan semuanya, baik dari aspek kesehatan, sosial, ekonomi, pendidikan, dan banyak lagi.

Nah, tugas dai dan akademisi apa? Ya mengedukasi masyarakat dan umat. Ikuti aja kebijakan pemerintah. Dalilnya jelas, "Taatilah Allah dan taatilah Rasul dan Pemerintah (Ulil Amri)". (QS. An-Nisa: 59). Kalau sudah beriman, jangan berpecah belah karena kekuatanmu akan runtuh, dan tetaplah bersabar (QS. Al-Anfal: 46).

Semoga kita semua selamat dari pandemi ini, dan semoga musibah wabah ini segera berakhir, Insya Allah.

Tidak ada komentar:
Tulis komentar